DELAPAN

15.1K 826 6
                                    

Nafas Abel terengah-engah. Jantungnya yang lebih parah di dalam sana, berdebar-debar bagai ingin loncat keluar dari dalam rongganya.

Abel melihat kearah belakang, tidak ada tanda-tanda pintu yang di buka dari dalam. Papanya tidak mengejarnya, Abel menghembuskan nafas lega, sambil mengelus dadanya penuh syukur.

Tadi...papanya meminta hal yang sangat menjijikkan padanya. Membuat Abel takut, marah, dan kecewa pada papanya.

Hampir saja, untuk kesekian kalinya dengan cara paksaan, papanya Raja ingin mencium bibirnya, tapi dengan gesit Abel dapat menghindar dari ciuman papanya kali ini.

Kali ini papanya sudah sangat keterlaluan, dengan terang-terangan ingin meminta haknya? Hak apa? Abel tidak mengerti, dan kali ini kelakuan papanya sangat-sangat menjijikkan menurut Abel.

Abel...Abel tidak akan mudah menerima permintaan maaf papanya kali.

"Aku mau tinggal sama mama."bisik Abel lirih.

Matanya melirik sedih kearah pergelangan tangannya, sedikit merah, dan ada bekas jari kekar di bawah sana. Papanya mencengkram begitu kuat pergelangan tangannya, menahannya agar jangan kabur.

Tapi, Abel berhasil kabur setelah ia menendang milik sensitif papanya dengan menggunakan lututnya kuat. Abel bahkan meninggalkan papanya yang terlihat sangat kesakitan tadi.

"Aku mau tinggal sama mama, Abel takut."bisik Abel lagi.

"Kamu nggak boleh takut."Ucap suara itu berat, dan tegas.

Sontak membuat Abel menoleh keasal suara. Matanya seketika berbinar cerah, setidaknya sudah ada Hans saat ini bersamanya, dengan takut-takut, Abel terlihat melirik kearah belakang, aman, pintu masih tertutup rapat.

Tapi, seketika rasa was-was, dan takut melanda diri Abel akan keadaan papanya. Tapi, dengan cepat Abel menggeleng lagi, ah, papanya pasti baik-baik saja di dalam sana. Laki-laki itu kuat.

"Kakak mau kemana?"Tanya Abel lembut, senyum hangat ikut terbit di kedua bibirnya.

Hans sangat baik, dan lembut. Abel menyukai sifat Hans. Hans terlihat sangat menyayanginya, bahkan laki-laki itu akan mengajaknya secara diam-diam untuk sekedar jalan-jalan di saat papanya tidak berada di rumah. Hans sangat dekat dengannya. Abel merasa nyaman, dan candu apabila ia berada di dekat Hans. Hans berbeda dengan papanya, sejak Abel memasuki sekolah menengah pertama, rasa takut, gugup, dan was-was, menyapa kuat hati, dan perasaannya di setiap ia berada dekat dengan papanya. Papanya juga yang kelewat aneh, dan keterlaluan.

Laki-laki yang berumur 38 delapan tahun itu selalu mengekangnya, mengawasinya secara diam-diam, dan membatasi segala ruang geraknya, mungkin apa yang di sebutkan di atas sedikit tidak masalah bagi Abel.

Tapi perlakuan janggal, dan tak senonoh papanya terhadap dirinya seperti mencuri ciuman di bibirnya, membelai lembut perut rampingnya, terus naik ke...ah, benar-benar keterlaluan. Ia adalah anaknya walau hanya anak angkat. Papanya aneh, dan seperti ada sesuatu yang di sembunyikan oleh papanya terhadap dirinya.

"Kenapa bengong, hm?"Hans melangkah dekat kearah Abel.

Jelas, setelah laki-laki itu melirik sekilas kearah pintu yang masih tertutup rapat itu. Melihat, apakah ada tanda-tanda kakaknya yang akan keluar.

Aman, setidaknya aman untuk satu menit ke depan. Bisik hati Hans lega di dalam sana.

Kakinya yang panjang melangkah tergesa menuju Abel. Bibir tipis kecoklatannya memberi senyum hangat yang menanangkan untuk Abel yang dapat membuat Abel merasa nyaman, dan betah.

Bahkan tangan kekar Hans saat ini, mengambil lembut, lalu menggenggam tangan halus Abel kuat. Abel seketika merasa panas di kedua pipinya.

"Kak Raja baik. Dia sayang kamu, Abel. Apapun yang dia minta, kamu harus menurutinya. Kamu sudah terikat dengan Kak Raja. Kamu wajib melayaninya."Ucap Hans ambigu menurut Abel.

Abel sama sekali tidak mengerti maksud, dan tujuan ucapan Hans. Manik abunya menatap penuh tanya kearah Hans.

Tapi, Hans hanya memberinya senyuman hangat, dan menenangkan. Lalu...tanpa di duga Abel. Laki-laki itu mencium lembut, dan lama puncak kepalanya. Seakan menghirup rakus aroma yang menguar lembut dari rambut halusnya.

"Kamu nggak boleh takut."gumam Hans dengan bibir yang masih menempel di puncak kepala Abel.

"Lepaskan Abelku, Hans. Sebelum kakak memotong kedua bibirmu."Ucap suara itu marah.

Hans, dan Abel tersentak kaget, dan Hans dengan cepat menjauhkan dirinya dari Abel.

Hans tidak mengeluarkan sepatah katapun. Manik hitam kelamnya yang sama persis dengan Raja , hanya menatap penuh arti pada Raja yang terlihat marah saat ini.

"Kakak salah paham. Sama satu lagi, aku sedikitpun tidak punya rasa padanya, dia hanya ku anggap sebagai adik. Aku anya senang saja, menggoda, dan membuatmu cemburu. Tidak lebih!."bisik Hans pelan.

Yang menurut Abel sangat ambigu, dan tidak di mengertinya sama sekali. Abel tidak tau masalah antara Hans dengan papanya.

"Apa maksudmu?"Desis Raja sinis.

"Kakak nggak bodoh, kakak jelas tau, apa arti ucapanku barusan."Ucap Hans tak acuh, lalu melenggang pergi meninggalkan Abel, dan Raja tanpa kata.

Ada hal yang penting yang harus ia lakukan sekarang, sebelum semuanya terlambat.

Tbc

02-09-2019-21:53

BASTARD BROTHER! (LENGKAP)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang