TIGA

23.6K 1.1K 25
                                    

TIGA

Jessy bagai mayat hidup. Permintaan maaf yang di lontarkan oleh Hans seakan tidak pernah menyapa telinga gadis itu saat ini.

Tatapan matanya kosong, nafasnya terengah-engah, dengan tubuh yang kaku.

Tubuh telanjangnya kini telah di bungkus rapi oleh selimut, yang di ambil Hans dari kamar Jessy.

Hans sendiri, laki-laki itu sudah memakai pakaiannya. Pakaian baru yang ia ambil dari dalam kamarnya. Penampilannya kacau, wajahnya masih pucat pasih. Gurat, dan garis wajahnya menampilkan rasa takut, dan penyesalan yang amat dalam.

Rasa takut semakin menyapa diri Hans di saat adiknya sedikitpun tidak menyahut omongan, dan panggilannya. Setelah berteriak kencang tepat di telinga kakaknya tadi, Jessy bagai mayat hidup. Bagai orang bisu yang tidak bisa berbicara sedikitpun. Tubuhnya kaku, dan tak bergerak walau sudah di gerakkan paksa oleh Hans.

"Maaf. Tolong jangan begini, Jessy."

"Kakak khilaf. Demi Tuhan, kakak tidak ada niat untuk melakukan ini."Bisik Hans frustasi dengan bibir yang bergetar pucat.

Hans ingin menangis bahkan meraung hebat saat ini, tapi di tahannya sebisa mungkin.

"Kakak mabuk. Ampuni kakak. Jangan diam seperti ini Jessy. Kakak menyesal."Hans menggoyangkan lembut kedua bahu Jessy. Tapi, tetap tidak ada respon dari Jessy sedikitpun.

Matanya bahkan tidak berkedip sedikipun membuat Hans semakin bergetar takut di tempatnya.

Hans tak kuasa melihat adiknya yang seperti ini. Hans menenggelamkan kepalanya menyesal tepat di depan perut Jessy yang terbungkus selimut. Menumpahkan air mata, dan isak menyesalnya di sana. Kedua tangannya melingkar lemas di pinggang ramping adiknya dengan gumaman-gumaman permohonan maaf yang di ucap dengan suara serak syarat akan penyesalan yang dalam.

"Tolong katakan sesuatu, Jessy."mohon Hans putus asa.

"Maaf. Kakak mabuk. Ampuni kakak. Jangan begini."Hans mengangkat kepalanya lemah dari perut Jessy. Menatap Jessy menyesal dengan wajah bersimbah air mata.

Hans menahan nafasnya kuat, melihat kepala Jessy yang menggeleng pelan, lalu, dengan pelan sekali Jessy menundukkan kepalanya untuk menatap dirinya yang kini duduk pasrah di lantai dengan kedua tangan yang masih memeluk erat perut ramping Jessy.

"Hiks....aku...aku mau mati."Raung Jessy akhirnya.

Air mata kembali mengalir deras di kedua mata wanita itu.

"Aku...aku menjijikkan. Kamu menjijikkan! Aku mau mati!"Raung Jessy keras.

Hans menggelengkan kepalanya keras, dan mengeratkan pelukannya di perut Jessy yang saat ini meronta ingin di lepaskan dari dekapannya. Hans bahkan saat ini sudah ikut duduk di sofa, tepat di samping Jessy, mendekap erat tubuh Jessy yang ingin lepas darinya. Tidak! Hans tidak akan melepaskan adiknya saat ini. Hans takut Jessy akan..tidak! Itu menyeramkan!

"Lepas brengsek! Jangan sentuh aku."Ucap Jessy lirih kali ini.

Hans akhirnya melonggarkan dekapannya pada tubuh Jessy. Dengan tangan yang bergetar hebat, Hans menaikkan selimut yang melorot dari tubuh adikknya. Pasalnya, kedua payudara adiknya terlihat jelas oleh kedua matanya saat ini membuat Hans dengan cepat menutup kedua payudara itu dengan selimut lalu menaikkan selimut sampai ke leher Jessy.

"Maaf. Kakak nggak akan sentuh Jessy lagi. Kakak khilaf. Ampun, jangan begini."bisik Hans dengan suara seraknya tepat di depan telinga Jessy.

"Jangan sentuh aku!" Desis Jessy dingin.

"Kakak akan lepas. Tapi, janji, jangan melakukan hal aneh. Kita harus bicara setelah ini. Jessy mandi, ya. Jangan melakukan hal yang aneh-aneh."bisik Hans dengan nada memohonnya. Matanya yang merah menatap penuh mohon pada Jessy.

Jessy membuang jauh tatapannya dari Hans. Jessy jijik hanya untuk sekedar melihat wajah kakaknya saat ini.

"Kakak akan tanggung jawab."bisik Hans parau.

Mendengar ucapan terakhir Hans. Perlahan tapi pasti senyum sinis terbit menyeramkan di kedua bibir tipis, dan pucat Jessy.

"Tanggung jawab seperti apa bodoh!"Hardik Jessy dingin.

Hans menelan ludahnya kasar, dan kepalanya menggeleng bingung.

"kakak nggak tau, nikah? kakak belum siap untuk hal itu."parau Hans pelan.

Mata Jessy melebar mendengarnya, rasa sesak di dadanya semakin dalam di rasakannya setelah mendengar ucapan kakaknya barusan.

"Kamu harus mati! Bajingan!"desis Jessy lemah.

Tanpa kata, akhirnya Jessy dengan susah payah bangkit dari dudukannya untuk menuju kamarnya. Jessy ingin membersihkan tubuhnya sebersih mungkin saat ini dari sisa tubuh laknat kakaknya. Jessy bahkan akan menyiram seluruh tubuhnya dengan air panas. Jessy jijik dengan tubuhnya, Jessy jijik, apapun akan Jessy lakukan untuk menghilang sisa-sisa menjijikkan yang di tinggalkan oleh kakaknya di tubuhnya yang sangat hina, dan menjijikkan saat ini.

Tapi sayang, belum sempat Jessy melangkah,.

"Argg!"Raungnya pilu menahan sakit.

Sakit sekali pusat intinya di bawah sana. Ngilu, perih, dan selangkangannya seakan ingin terbelah menjadi dua saat ini.

Lagi, akhirnya air mata kembali mengalir deras dari kedua mata hitam kelam itu. Tubuhnya bergetar hebat menahan pedih yang tengah menyapa hati, dan raganya saat ini.

"Jessy...."lirih Hans dengan tatapan merasa bersalah yang amat besar untuk Jessy.

Dengan gontai, Hans bangkit dari sofa melangkah tak sabar menuju Jessy.

Hans ikut duduk di lantai. Memungut selimut yang teronggok di lantai untuk menutup rapat tubuh adiknya yang terekspos di depan mata kepalanya saat ini.

Tidak ada tatapan nafsu, tidak ada perasaan malu atau apapun itu di saat matanya menangkap tubuh adiknya yang telanjang bulat dengan kedua matanya saat ini. Tadi malam, karena ia mabuk. Tolong garis bawahi!

Lagi, masih dengan tangan yang bergetar kuat, Hans membawa selimut itu sampai ke batas leher Jessy.

Hans menubruk kuat tubuh adiknya, memeluknya erat dengan gumaman-gumaman maaf yang laki-laki itu ucap dengan suara serak, dan paraunya. Tanpa di balas atau di sahut oleh Jessy sedikitpun.

"Ijinkan kakak menyentuh kamu untuk terakhir kalinya. Kakak yang akan gendong Jessy."Ucap Hans lembut.

Jessy hanya diam dengan tatapam yang nanar menatap miris kearah sang kakak yang kini tengah bersiap-diap ingin menggendongnya menuju kamarnya.

Jessy menutup matanya rapat.

Ini untuk yang terakhir kalinya. Selamat tinggal dunia.

Tbc

BASTARD BROTHER! (LENGKAP)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang