TUJUH

15.6K 893 60
                                    

Abel menelan ludahnya gugup, Demi tuhan, tenggorokkannya terasa sakit saat ini, bagaimana tidak, sedari satu menit yang lalu, sang papa, yaitu Raja, menatap dalam kearah dirinya yang tengah berdiri di depan lemari pakaiannya yang berada di rumah nenek, dan kakeknya, Manda, dan Azhar.

Tatapan papanya, seakan menelanjangi dirinya habis, dalam, tajam, dan seperti orang yang tengah bergairah. Abel menggeleng keras. Papanya gila, Abel yang sudah berumur delapan belas tahun, dan telah menjadi mahasiswa tau, jenis tatapan yang tengah di lempar papa untuknya saat ini.

"Kenapa nggak jadi buka lemarinya, papa yang buka, dan yang pilih baju untuk kamu pake tidur malam ini, hm?"Ucap Raja dengan seringai khasnya.

Bulu-bulu di tubuh Abel terasa meremang, tengkuknya terasa bergetar di belakang sana.

Rasa takut dengan cepat mendominasi diri Abel pada papanya, tapi seperkian detik, gadis muda itu terlihat menggeleng keras.

Jangan takut, tekan batinnya agar jangan takut pada papanya sendiri.

"Papa...kenapa suka banget, sih masuk dalam kamar Abel tanpa ngetuk pintu."rengek Abel manja.

Bibirnya yang merah menggoda, dan...basah, membuat Raja dengan susah payah menelan kasar ludahnya.

Oh sial! Raja sudah nggak tahan, demi apapun, Raja sudah berumur 38 delapan tahun, tapi...umur sudah setua itu, Raja bahkan belum pernah merasakan, ah bagaimana nikmatnya surga dunia apabila milknya di bungkus oleh...ah, hentikan, Ja. Raja menggeleng keras.

"Maaf."bisik Raja pelan.

Raja dengan tenang, melangkah dengan langkah lebar mendekati Abel.

Abel seketika merasa terancam. Tubuhnya merespon agar segera berlari dari sang papa. Membuat kedua kakinya yang sedikit gemetar di bawah sana reflek melangkah mundur, tapi...sial! Ada lemari tiga pintu yang menghalangi langkahnya. Membuat ia terjebak, dengan tubuh bagian belakang yang menempel, dan menekan kuat lemari jati itu.

"Kamu takut, Sayang? Kamu kayak ketakutan."Ucap Raja dengan nada yang di buat sedih.

Abel menggeleng panik. Demi apapun, Abel nggak mau papanya ngambek, laki-laki tua yang sampai saat ini belum pernah, dan mau menikah sangat ngeri apabila ia ngambek, marah, dan sebagiannya terhadap dirinya. Laki-laki itu akan cuek, tak peduli, bahkan akan gila di malam hari, pulang larut dengan kondisi mabuk, kadang mambuk di rumah, di kelab, dan membawa seorang gadis seksi dengan pakaian ala anak tk-nya, entah kenapa, Abel nggak suka melihat papanya main-main dengan gadis nakal.

"Tidak! Abel nggak takut. Maafkan Abel."Ucap Abel cepat.

"Terus kenapa melangkah mundur di saat papa ingin berada dekat denganmu barusan, hmm?"Bisik Raja serak.

Tangan kekarnya saat ini tengah mengelus lembut pipi lembut, dan mulus Abel. Usapan penuh kasih dari sang papa membuat Abel merasa sangat nyaman, terpaan hembusan nafas kasar sang papa juga, membuat Abel merasa melayang di udara, harum, dan hangat.
Abel suka.

Abel memejamkan matanya erat, menikmati kelembutan yang di ciptakan oleh papanya dengan jarki-jarinya yang kekar, kasar, dan panas... untuk memanjakan wajahnya.
Ah, Abel rasanya mau tidur, dan sangat mengantuk saat ini, tangan papanya sangat ajaib.

Tapi, mendengar ucapan lirih, dan nada penuh ketersiksaan dari Raja, membuat Abel membuka matanya kaget, dan nyalang dalam sekejap.

"Aku mau meminta hak-ku, Sayang. Demi Tuhan, aku sudah tidak tahan."

Tbc!

BASTARD BROTHER! (LENGKAP)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang