SEMBILAN

15.2K 825 35
                                    


03-09-201909:58

Untuk ketiga kalinya, Hans menginjakkan kakinya di tempat laknat ini lagi! Musik berdendang dengan keras, lampu warni-warni kerlap-kerlip yang menyala menghiasi, membuat Hans seketika merasa pening, Hans sangat benci berada di tempat seperti ini, tapi karena suatu hal yang penting ia harus datang kemari lagi.

Tatapan matanya terlihat marah. Ia mendapat kiriman foto dari seseorang yang sangat di pujanya. Membuat Hans akhirnya datang ke sini untuk sekali lagi, lagi-lagi alasannya karena wanita itu.

Hans membenci dirinya yang lemah, dan hina karena cinta. Hans benci cinta, karena cinta ia harus melakukan hal hina pada adiknya, karena cinta ia rela masuk ke dalam kubangan dosa yang akan menciptakan rasa sesal yang besar dalam dirinya suatu saat nanti, Hans yakin, tapi tetap saja ia melakukan kesalahan-kesahalan, dan dosa hanya untuk menggapai cintanya yang selalu di tolak oleh wanita itu.

Hans mengedarkan pandangannya kesegala arah, mencari seorang wanita dari kerumunan yang memakai pakaian dress mini warna hitam. Tapi banyak sekali wanita lain yang memakai pakaian seperti yang di pakai wanita itu malam ini, tapi, Hans sangat mengenali setiap inci tubuh wanita itu, membuat Hans dengan mudah mengenali wanitanya hanya dari melihat punggungnya saja.

Seketika tangan Hans mengepal erat, matanya terlihat memerah marah, di sana, di depan matanya terlihat seorang wanita tinggi semampai dengan tubuh proposionalnya terlihat bergoyang dengan seorang laki-laki yang sangat Hans benci.

"Sialan!"Dengan langkah seribu, Hans melangkah menuju dua orang yang tengah berjoget bagai orang kesurupan itu.

Hatinya sakit, sialan! Gadis itu mengkhianatinya, dan melanggar janjinya!

****

"Lepaskan tanganku! Kamu mnyakitiku, Hans!"desis suara itu tajam.

Manik hitamnya menatap penuh peringatan agar Hans segera melapas pegangan tangannya. Hans menurut, tidak sampai melepaskan, laki-laki itu hanya mengendurkan pegangannya di tangan lembut, dan rapuh itu.

"Apa yang kamu lakukan di sini?"Desis Hans tajam.

Perempuan cantik yang bernama Febi itu terlihat tersenyum manis, matanya menatap lembut pada Hans. Membuat Hans melelah melihatnya, dan semakin cinta pada Febi.

"Apalagi selain untuk menghibur diri."Ucap Febi tak acuh.

Seketika wajah Hans memerah marah.

"Masih banyak cara untuk menghibur diri, Febi."Desis Hans tajam. Tangannya kembali mencengkram kuat pergelangan tangan Febby.

"Kamu melukaiku, Hans. Lepaskan tanganku.!"Pekik Febi menahan sakit

Hans menatap nanar pada Febi, manik hitam kelamnya menatap terluka pada Febi. Gadis sialan yang telah berhasil merenggut sampai dasar kecil hati Hans. Gadis sialan yang memiliki rupa canti, baik, dan lembut di sekolah yang berhasil membuat Hans menjadi seperti saat ini. Tergila-gila padanya sampai setuju melakukan hal yang mungkin akan laki-laki itu sesali nanti.

Gadis ini adalah teman adiknya, miris memang. Hans tersenyum sendu. Ah, seketika rasa bersalah, dan rasa menyesal menyapa telak hati Hans teringat akan kelakuannya yang sudah membuat adiknya Jessy hancur, dan harus kehilangan harta berharganya untuk laki-laki yang akan menjadi suaminya kelak.

"Jangan menatapku seperti itu!"Pekik Febi keras, dan menghentak kuat tangan Hans, sampai pegangan Hans di tangannya terlepas.

"Kamu menyakitiku, Febi. Siapa laki-laki tadi?"Hans menatap tajam manik hitam kelam Febi.

Bahkan mereka memiliki sorot mata yang tajam, dan memiliki manik mata yang hitam kelam. Untuk satu ini, Hans suka.

"Kamu bukan siapa-siapaku!"

"Aku tidak menyakitimu."lagi, sembur Febi tajam, membuat Hans seketika melebarkan senyumnya. Senyum misterius yang menyiratkan rasa senang, dan bahagia yang di rasakan laki-laki itu saat ini.

Febi menatap Hans penuh tanya, ada apa dengan laki-laki ini. Tadi marah, sekarang tersenyum. Bagai orang gila!

"Kamu kenapa?"

"Kenapa kamu membenci Jessy, sangat membencinya Febi? Apa ada yang telah terjadi antara kalian berdua?"Tanya Hans tidak menjawab pertanyaan Febi.

Seketika raut wajah Febi terlihat murung, dan sendu.

Hans tidak suka melihatnya.

"Aku...a-aku sudah menghancurkannya sampai tak bersisa, dengan bantuan al-kohol, aku telah menghancurkannya, Febi. Kamu harus menepati janjimu. Kamu milikku sekarang."Ucap Hans susah payah.

Hatinya terasa sakit, dan sesak di dalam sana. Tapi, perlahan tapi pasti, rasa sesak itu hilang di saat senyum indah, dan manis terbit begitu menwan di paras cantik Febi.

"Benarkah, Sayang?"

Hans mengangguk.

"Benar, karena aku teramat mencintaimu. Sangat mencintaimu."

Maafkan kakak, jessy. Bisik Hans merasa bersalah di dalam hati kecilnya, untuk sang adik angkatnya yang malang.

BASTARD BROTHER! (LENGKAP)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang