Kala itu, rembulan menampakkan sebagian sinarnya pada wajahmu."Menurutmu kita ini apa?"
"Sisa-sisa keikhlasan."
Alismu bertaut, "Maksudmu?"
"Ya, sisa-sisa keikhlasan." Jedaku sebentar. Lalu mengambil napas panjang,
"Menyayangimu memerlukan keikhlasan, Merindukanmu memerlukan keikhlasan, Melupakanmu memerlukan keikhlasan. Kini, Melepasmu juga memerlukan keikhlasan. Dan—aku, kau, kita adalah sisa-sisa keikhlasan yang berakhir sia-sia."
KAMU SEDANG MEMBACA
Patahan Aksara
PoetryBiarlah aksara berbicara untuk saat ini sebab aku tak pandai berbicara di hadapanmu. Kini aku menuliskanmu di setiap kataku. Menuliskanmu bagai tak berujung dalam aksaraku. Aksara ini patah, mungkin juga hatiku ikut terbawa patah. Tapi tak apa asal...