Hari ini Nona berpakaian hitam-hitam. Tadi malam baru saja perasaannya mati. Dibunuh oleh pemiliknya sendiri. Sungguh ironi bukan?Nona sedang berkabung. Sembari menatap makam langsung, sedihnya tak juga berujung. Dia meletakkan bunga sebagai simbol atas ketulusannya dulu. Terlihat di sebelah makam, terdapat bunga yang sudah layu. Mungkin Tuan yang memberi ucapan berbela sungkawa padahal siapa tahu dibelakang Nona, Tuan tertawa.
Tapi dari semua itu, Nona tetap bersyukur. Meski Nona kerap kali tersungkur dan menimbulkan bilur, meski kebahagiannya tak dapat diukur, meski harapannya terkubur. Nona lebih memilih menerima, memulihkan sementara, lalu kembali percaya bahwa segala kehilangan bisa sembuh dengan kerelaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Patahan Aksara
PoetryBiarlah aksara berbicara untuk saat ini sebab aku tak pandai berbicara di hadapanmu. Kini aku menuliskanmu di setiap kataku. Menuliskanmu bagai tak berujung dalam aksaraku. Aksara ini patah, mungkin juga hatiku ikut terbawa patah. Tapi tak apa asal...