Duabelas

7.1K 607 17
                                    

Akhir pekan atau hari minggu adalah hari yang ditunggu oleh semua orang, karena bisa bermalas malasan atau bisa bersantai dan tidak melakukan aktivitas apapun.

Termasuk sepasang suami istri yang masih bisa disebut pengantin baru ini masih bergemul dalam selimut setelah menuanikan kewajibannya tadi pagi.

Apalagi hujan diluar sana baru saja berhenti menyisakan dingin yang sedikit menusuk sampai tulang.

Ricad masih menyembunyikan wajahnya di dada Eyi, memeluk tubuh Eyi posesif. Setelah mengetahui rasanya bercinta satu minggu yang lalu, Ricad sangat manja kepada Eyi seperti tidak mau lepas.

"Mas bangun yuk" kata Eyi dengan lembut sambil mengelus punggung Ricad.

"Eunghh" Ricad melengguh merasa terganggu, ia malah membenamkan wajahnya lebih dalam ke ceruk leher Eyi.

"Mas udah siang loh" kata Eyi kembali mencoba  membangunkan Ricad kembali.

Memang dicuaca yang dingin ini, membuat semua orang hanya ingin melanjutkan tidurnya ditambah bertepatan dengan hari libur.

"Libuurr" kata Ricad manja dengan suara seraknya karena baru bangun tidur.

"Bangun ihh, masa mau gini terus" kata Eyi.

Ricad akhirnya bangun, ia teringat sesuatu. Ia akan memberikan sebuah kejutan untuk Eyi hari ini.

"Nah, gitu dong" kata Eyi lalu membuka selimutnya yang membungkus tubuh mereka.

Ricad bangun dan duduk diatas kasur, ia memeluk  tubuhnya sendiri karena kedinginan.

"Mas mau dimasakin apa?" Kata Eyi sambil turun dari kasur.

"Apa aja masakan kamu, mas makan" kata Ricad sambil tersenyum pada Eyi. 'Gombal' kata Eyi tanpa suara pada Ricad.

Akhirnya keduanya menuju dapur. Eyi menyiapkan teh untuk Ricad, baru mulai memasak.

Sedangkan Ricad sedang menonton tv diruang tv. Karena mereka masih tinggal diapartemen, jadi tidak ada sekat antara ruang tv dengan dapur.

Tidak ambil pusing, Eyi hanya memasak sop ayam dan tempe goreng. Karena hanya ada itu di dalam kulkas, karena belum belanja lagi.

Makanan sudah tersaji dimeja makan, Ricad langsung menuju meja makan. Eyi menyiapkan makanan untuk Ricad.

"Mas nanti belanja keperluan dapur ya" kata Eyi sambil menaruh piring yang sudah penuh dengan nasi dan lauknya.

"Ok" kata Ricad lalu melanjutkan makan mereka.
.
.
.
Pukul 9 pagi mereka baru berangakat menuju pusat perbelanjaan untuk membeli keperluan dapur.

Sesampainya disana, ia langsung menuju tempat isi dapur, seperti sayuran, dan lain lain. Setelah selesai, Eyi dan Ricad langsung membayar belanjaan mereka.

"Ngga ada yang dibeli lagi?" Tanya Ricad pada Eyi. Eyi sedikit perpikir lalu menggelengkan kepalanya tanda tidak.

"Ikut mas dulu yuk" kata Ricad lalu menarik tangan Eyi menuju suatu tempat. Sedangkan belanjaan yang tadi dititipkan.

"Mau kemana sih mas?" Tanya Eyi penasaran. Pasalnya mereka sudah berada ditempat furnitur.

"Kamu pilih sesuai yang kamu suka" kata Ricad.

Eyi menatap Ricad bingung

"Kan kita udah punya kasur, masih bagus juga" kata Eyi

"Udah ya sayang, kamu pilih yang kamu suka aja. Ok? Yang besar sekalian" Kata Ricad tanpa penolakan.

Akhirnya Eyi memilih salah satu kasur lumayan besar muat untuk 4 orang, lengkap dengan bantal dan seprei sekaligus bedcover nya.

Ricad langsung membayarnya.

Meraka pun akhirnya meninghalkan mall dan melanjutkan perjalanan.

Ditengah perjalanan Eyi merasa bingung karena ini adalah bukan jalan menuju apartemennya, atau menuju rumah papinya.

"Mas kita mau kemana?" Tanya Eyi heran. Ricad hanya tersenyum untuk menjawab pertanyaan Eyi.

"Iihh ditanya kok malah senyum" kata Eyi kesal

"Tunggu ya, nanti kamu juga tau" kata Ricad sambil tersenyum penuh dengan makna. Eyi tidak menjawab, ia malah berpikir kemana suaminya akan membawanya.

Mobil mereka memasuki pekarangan rumah, pagarnya sudah dibukakan oleh seseorang. Ricad langsung memasukan mobilnya kedalam garasi

Eyi bingung

"Ayo turun" kata Ricad, Eyi menurut.

Eyi mengikuti langkah Ricad dari belakang. Tiba tiba pria yang membukakan pagar tagi menghampiri mereka.

"Ini pak kuncinya" kata Bliau

"Makasih ya pak udin" kata Ricad dengan ramah.

Ricad membuka pintu rumah, tidak lupa membaca basmalah. Eyi semakin bingung dengan ini.

"Ini rumah siapa sih?" Tanya Eyi penasaran.

"Rumah kita" jawab Ricad

"Maksudnya-"

"Iya rumah kita, maaf mas cuma bisa memberikan yang seperti ini. Tidak bisa memberikan yang lebih mewah dari rumah papi" kata Ricad tertunduk. Eyi hanya diam menatap Ricad.

"Tapi mas yakin, kebahahiaan keluarga adalah yang paling penting" kata Ricad

"Kenapa mas ngga bilang kalo mas punya rumah" kata Eyi mau menangis.

Ricad membawa Eyi kedalam pelukannya.

"Maaf, hanya bisa memberikan rumah sedernaha ini untuk Eyi. InsyaAllah kalo ada rezeki, kita perbesar rumah ini" kata Ricad

"Tapi kalau kamu ngga nyaman, kita bisa kok tinggal di apart lagi, dan nunggu rumah ini diperbesar" kata Ricad. Eyi langsung menggelengkan kepalanya.

Eyi sangat menghargai apapun yang suaminya berikan.

"Eyi suka kok tinggal disini, lagipula kita hanya berdua" kata Eyi sambil menatap mata Ricad.

"Kata siapa?" Tanya Ricad

"Kan emang kita cuma berdua" kata Eyi. Ricad mendekatkan wajahnya pada telinga Eyi. Iya mebisikan sesuatu

"Mass iihhh" kata Eyi malu setelah mendengar bisikan dari Ricad.

"Memang kan. Lagipula apartemen tidak baik buat anak anak dan ibu hamil" kata Ricad dengan senyum penuh arti.
.
.
Eyi dan Ricad berkeliling untuk melihat isi rumah. Mulai dari ruang tamu, ruang keluarga, dapur, dan ada taman dibelakang rumah. Rumah nya tidak mewah, tapi bagus dan sejuk karena banyak pepohonan.

Terdapat tiga kamar, satu kamar utama, satu kamar untuk calon anak mereka, dan satu lahi untuk tamu. Rumah ini hanya satu lantai tapi cukup luas.

"Jadi? Kapan pindah kesini?" Tanya Ricad pada Eyi

"Eyi ngikut mas aja, tapi lebih cepat lebih baik" kata Eyi

"Nanti kita bicarakan sama mami sama papi" kata Ricad.
.
.
.
.
.
.
Tbcccc

Miss me?😊

Maapkeun tambah gaje

Eyi manis, mas yang punya!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang