limabelas

4.7K 423 14
                                    

"Hueekkk"

"Hueekk"

Ricad meraba sebelah tempat tidur yang sudah kosong, lalu ia membuka matanya dan langsung beranjak dan menuju kamar mandi yang berada disamping tempat tidur. Ia mendengar suara muntah dari Arah kamar mandi.

Sudah pasti pelakunya adalah istri tercintanya, Eyi.

Ricad langsung berlari kearah kamar mandi dan mengurut tengkuk istrinya. Sudah seminggu sejak mereka dari doker Eyi mengalami morning sickness. Wajar bagi seorang ibu hamil di trimester pertama mengalami seperti itu.

Tapi tetap saja Ricad mengkhawatirkan kondisi istrinya yang seperti itu. Ditambah siang hari Eyi harus pergi kerumah sakit untuk bekerja.

Ricad selalu protektif kepada Eyi untuk selalu menjaga kondisi tubuh dan kandungannya.

Seperti hari ini ia juga menyuruh Eyi untuk ijin cuti, tapi Eyi akan mengeluh dan bilang bahwa ia mencintai pekerjaannya.

"Istirahat aja sayang, enggak berhenti kerja." Kata Ricad menuntun istrinya kembali ketempat tidur.

"Tapi nanti sepi dirumah sendirian." Kata Eyi kembali mempoutkan pipinya.

"Kerumah Mami aja, biar ramai." Eyi tetap saja menggeleng dan matanya bersiap untuk menumpahkan genangan air.

"Enggak mauu huaaaaaa." Ricad membuang nafas melihat Eyi yang sensitif semenjak hamil.

"Iya sayang, gapapa berangkat kok. Tapi nanti disana jangan kecapean ya?" Kata Ricad mengingatkan Eyi sambil mengusap airmatanya.
Eyi mengangguk patuh.
.
.
.
.

Ricad baru saja mengantar Eyi kerumah sakit. Ia melajukan mobilnya menuju kantor keluarga Adhiaksa untuk bekerja.

"Pagi Ta." Sapa Ricad pada Okta yang sampai bebarengan dengannya di basement.

"Pagi Mas."

Mereka menaiki lift khusus untuk suangan mereka.

"Gimana Mbak, Mas?" Tanya Okta, dia sangat tidak sabar menunggu keponakan pertamanya.

"Masih morning sickness, Mas kasian liat Eyi yang kayak gitu" kata Ricad mengingat kondisi istrinya tadi pagi.

"Masih kerja?" Tanya Okta lagi.

"Hm, dia maksa minta buat kerja tadi pagi padahal sudah Mas larang."

"Mbak kan emang gitu mas, kepala batu." Kata Okta

"Kayak kamu enggak aja." Timpal Ricad lalu tertawa. Okta langsung menekuk wajahnya sebal.
.
.
.

"Susteeeerrrr!!" Panggil Eyi sedikit berlari memanggil suster Margaret yang jaraknya cukup jauh.

"YA AMPUN DOK! JANGAN LARI! INGET KANDUNGAN" Seketika suster Margaret berteriak dilorong.
Eyi yang baru ingat dia sedang hamil langsung menghentikan gerakannya dan menatap suster Margaret yang sedang berlari menuju dirinya.

"Dokter ini gimana sih! Hos hos Inget dong, baru trimester pertama" kata Suster Margaret dengan ngos ngosan menstabilkan nafasnya.

"Bisa digantung hidup hidup saya sama pak Rizal kalo seperti ini" kata Suster Margaret melebih-lebihkan.

"Lebay Lu." Kata Eyi sambil cengengesan menatap orang yang sudah ia anggap sebagai kakak sendiri.

"Lagian ngapain si, teriak teriak gitu? Telpon kan bisa" protes suster Margaret.

"Hehe lupa Kak, sorry" kata Eyi memamerkan deretan gigi rapihnya.

Sebenarnya Eyi dan Margaret cukup dekat, karena dulu kuliah sempat sefakultas. Eyi sudah Margaret anggap sebagai adik karena dia tidak memiliki adik, dan begitupun Eyi yang mengaggap Margaret sebagai kakak, karena Eyi tidak punya kakak alias anak sulung.

Jam makan siang sudah tiba. Eyi berencana akan makan siang bersama dengan margareta.

"Eh, kandungan lu gapapa kan?" Tanya suster margaret khawatir sambil meraba perut Eyi.

"Hehe enggak papa kak, dedeknya kuat kok" kata Eyi

"Sukur deh" kata Margaret menghela nafas.

Sambil berjalan kearah kantin, mereka mengobrolkan hal hal yang ringan sambil tertawa.

Perlu diketahui bahwa Margaret ini single alias jomblo di umurnya yang menginjak angka 27 tahun. Eyi juga tidak tahu pasti apa alasan Margaret menjomblo selama itu, tapi dia tidak pernah bosan untuk menyuruh Margaret menikah.

Eyi akan berbicara seperti ini 'Kak kalo lo nikahnya tua dan punya anak diusia gak muda lagi, orang bakal ngira itu cucu lu, bukan anak lu' yang sukses membuat Eyi mendapatkan hadiah getakan dikepala.

"Yi, gimana rasanya hamil?" Tanya Margaret tiba-tiba. Eyi mengerutkan keningnya bingung.

"Lu kepo?" Tanya Eyi menatap Margaret.

Margaret sudah tahu tatapan seperti itu dari Eyi, dan pasti ujung ujungnya Eyi akan menyuruhnya menikah.

Apalagi sejak Eyi menikah, hampir setiap hari Eyi gencar meneror Margaret agar segera menikah.

"Makanya hamil sono, cari suami" kata Eyi

"Lu nyuruh nyari suami kayak nyuruh beli es" kata Margaret kesal.

Ah sedikit cerita, dulu sebelum Eyi menikah pun Eyi sudah menyuruh Margaret untuk menikah. Karena Margaret selalu saja menanyakan hal-hal yang umum yang terjadi dipernikahan. Misalnya, gimana rasanya menikah? Gimana rasanya belah duren? Gimana rasanya nyiapin keperluan suami? Gimana rasanya hamil?

Eyi yang kala itu belum menikah meringis mendengar pertanyaan yang dilontarkan Margaret. Ia kadang kesal sekali dengan Margaret karena tingkahnya yang seperti itu.

Memang terkadang Margaret dewasa secara pemikirannya, tapi dia juga akan sedikit bodoh mengenai hal hal yang berkaitan dengan pasangan.

Maka dari itu, Eyi sebagai adik asuh yang baik memberi tahu Margaret biarpun Eyi juga sama saja dalam hal yang berkaitan dengan pasangan. Tapi papi dan maminya bisa ia jadikan referensi dan membagi ilmunya dnegan Margaret.

"Kak, lu tau dokter pindahan yang baru?" Eyi membuka obrolan saat mereka selesai makan.

"Yang mana? Yang cewe?" Tanya Margaret.
Eyi sedikit mencondongakan badannya mendekati Margaret. Begitu juga Margaret. Kalian tahu jika suasana sudah seperti ini? Yaps benar. Gosip jawabannya.

"Bukan, itu yang cowok. Yang lagi makan sama dr. Irwan" kata Eyi sambil melirik ke belakang sedikit.

Margaret mengikuti arah gerakan yang Eyi tunjukan. Dia menemukan sosok asing yang sedang duduk makan siang bersama dokter senior disana.

"Gila Yi ganteng banget, gakuat gue" kata Margaret dramatis melihat dokter baru itu.

"Pokoknya gue akan mengakhiri kejombloan ini dengan dia titik." Kata Margaret penuh percaya diri.

"Tapi-"

"Engga ada tapi-tapian pokoknya gue harus sama dia" kata Margaret semangat. Eyi baru kali ini melihat Margaret nafsu dengan laki-laki, padahal di rumahsakit ini juga banyak dokter dokter sekelas dokter baru itu. Tapi Dia tidak seheboh itu.

"Ck. Dengerin dulu" kata Eyi malah karena perkataannya dipotong. Margaret menatap Eyi lalu mengisyaratkan untuk melanjutkan perkataannya.

"Tu dokter pas pertama kerja udah bawa anak kecil kesini. Kata si Fani itu anaknya" kata Eyi. Fani adalah temannya yang kebetulan jadi asisten dokter baru itu.

Seketika bahu Margaret merosok kebawah. Lalu menghela nafas.

"Baru gue mau berjuang, dia malah udah punya pawang" kata Margaret sedih. Lalu Eyi menepuk-nepuk bahunya.
.
.
.
.
.

Hai man teman, how are you?
Maafin ya baru bisa up lagi, kebetulan ide lagi lancar. Tapi gatau juga nulis apa, random banget.

Typo? Tandai!!

Ketjup basah dari author😘

See u next time....

Eyi manis, mas yang punya!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang