duapuluhdua

4.3K 436 16
                                    

Hari ini diadakan acara tujuh bulanan Eyi yang diadakan dikediama Eyi dan Ricad. Mengundang segenap keluarga, tetangga dan anak-anak panti.

Tidak terasa waktu sudah cepat berlalu. Bahkan Sekar sudah bekerja di caffe milih Eyi. Iya, caffe yang sulu sempat diurua oleh Anna. Tika, Ibu Ricad juga sudah membuka usaha ketring makanan dan kueh kering. Untung saja kemampuannya memasak dan membuat kue kering tidak sia-sia.

Bahkan katringnya sudah menjadi langganan dikantor Adhiaksa.

Setelah pulang sekolah, Sekar akan langsung menuju tempatnya kerja. Berkat bantuan Eyi ia kini sudah tidak membebani ibunya. Sekolah yang dia tempati sudah gratis spp. Uang saku pun dari uang sendiri berkat dia bekerja.

Kembali ke cerita Eyi dan Ricad.

Setelah mengikuti rangkaian acara dengan adat jawa. Kini giliran doa bersama. Semua tangan mengadah keatas bermunajat kepada Sang pemilih kuasa.

Pukul 3 sore acanya sudah selesai. Ricad dan Eyi sedang duduk didepan tv. Sementara yang lain membereskan sisa acara tadi. Sebenarnya Eyi dan Ricad ingin membantu, tapi Eyi dilarang karena takut kandungannya kenapa napa. Padahal kandungannya juga sehat.

Sementara Ricad, tidak diperbolehkan membantu karena Eyi selalu saja menempel padanya.

"Kayaknya dedeknya gamau jauh jauh dari Ayah ya?" Tanya Ricad sambil mengelus perut Eyi yang sudah buncit.

"Iya, dedek mau deket ayah teyuss." Kata Eyi dengan nada cadel menirukan suara anak bayi.

Ricad yang gemas dengan istrinya mencubit pelan pipi Eyi. Tiba-tiba Okta datang menghampiri keduanya yang sedang duduk di sofa.

"Pacaran teruuss." Okta melihat kemesraan Eyi dan Ricad itu sedikit euum.... iri.

"Iri bilang bos." Kata Ricad cuek.

"Iya, gue iri. Puas kalian. Gak kasian apa sama gue yang jomblo sendiri disini." Kata Okta sedikit kesal.

"Cup cup cup, adek gak boleh nangis. Nanti kita beli permen yaa." Kata Eyi dengan nada mengejek Okta. Eyi akan mengatakan seperti itu saat Okta menangis, tapi dulu sebelum mereka beranjak menjadi orang dewasa.

"Mbaaakkk." Okta semakin menekuk mukanya kesal. Eyi dan Ricad tertawa melihat tingkah Okta.

Tiba-tiba Sekar datang menghampiri Okta yang sedang menekuk wajahnya kesal.

"Mas Okta kata Bulik suruh pindahin sofa kedalem rumah." Kata Sekar.

Okta malah menatap Sekar sebal.

Tapi Okta tetap bangkit lalu berjalan meninggalkan mereka bertiga.

"Hati hati ya, Dek. Lagi galak." Kata Eyi sambil terkekeh.

"Mbak! Aku dengeer!" Teriak Okta dari ruang tamu.
.
.
.

"Mas." Panggil Eyi pada suaminya yang sedang berbaring.

Malam ini, entah kenapa Ricad merasa tubuhnya lelah. Entah karena acara yg baru saja dilangsungkan, atau dia stres karena hari persalinan Eyi yang semakin dekat.

Padahal masih 2 bulan lagi, Eyi saja yang mau melahirkan santai santai saja.

"Eughh." Ricad hanya bergumam menjawab panggilan Eyi.

"Mas, iihhhh banguun." Kata Eyi kesal. Dia menggoyang-goyangkan bahu Ricad dengan kencang.

Ricad tetap tidak bangun. Ia malah membalikan tubuhnya memunggungi Eyi.

Eyi yang merasa dipunggungi merasa sakit hati. Air matanya tiba-tiba meluncur dengan cepat.

"Hiks." Eyi menangis, tangannya menutupi wajahnya dengan telapak tangannya.

Eyi manis, mas yang punya!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang