sembilanbelas

4.2K 442 15
                                    

Tak berapa lama mobil ambulance yang ditumpangi Ibu mertua Eyi dan Sekar tiba. Eyi yang sedang menunggu dengan Anna didepan UGD langsung berjalan saat melihat brankar didorong menuju ruang UDG.

Eyi langsung menghampiri Sekar dan memeluknya, memberikan kekuatan. Sedangkan Anna sesekali mengelus kepala Sekar.

Ricad dan Okta belum sampai dirumah sakit. Sedangkan Eyi dan yang lainnya menunggu diluar ruang UGD.

Sekar menceritakan awal mula ibunya sakit. Saat tadi pagi sebelum berangkat sekolah ibunya sempat mengeluh dadanya sakit dan sedikit pusing. Saat Sekar akan keluar rumah untuk sekolah, Ibunya jatuh dan tidak sadsrkan diri.

Sekar langsung memanggil Uti Rahma dan memintanya mengantar ke RS. Kata dokter jantung ibunya kembali kambuh, tapi tekanan darahnya yang tinggi sulit untuk ditangani.

Akhirnya dokter menyarankan untuk dirujuk kerumah sakit besar di Jakarta.

Sekar menceritakan itu sambil menangis. 

Tak berapa lama dokter senior keluar dari ruangan.

"Dokter Eyi" panggil dokter itu.

"Iya Prof. Gimana kondisi ibu saya?" Tanya Eyi.

"Kondisinya masih rawan jika melakukan oprasi sekarang. Tekanan darahnya masih tinggi, mungkin besok atau lusa baru bisa oprasi. Itupun kalo twkanan darahnya bisa stabil" kata Dokter.

"Makasih ya Prof" kata Eyi. Dokter itu tersenyum lalu pamit untuk meninggalkan mereka.

Ibu mertua Eyi akhirnya dipindahkan keruangan intensif. Eyi sudah duduk di sofa bersama Anna. Sedangkan Sekar masih duduk di depan ranjang ibunya.

"Nak Sekar, istirahat saja dulu. Mas Icad sebentar lagi sampai kok" kata Anna. Ia tidak tega melihat Sekara sedih terus-terusan.

"Engga papa tante, Sekar ngga ngantuk kok" kata Sekar

"Dek, Mas Icad sudah ada dibawah. Sebentar lagi masuk kesini" kata Eyi memberi taku, Sekar hanya mengangguk untuk menjawab.

Tak berapa lama. Ricad dan Okta masuk keruangan dimana Tika- ibunya dirawat.

"Mas" panggil Sekar langsung memeluk Ricad. Ricad membalas pelukan adiknya yang kembali menangis.

"Gapapa, semuanya bakal baik-baik aja" kata Ricad kembali menenangkan adiknya.

Sedangkan Okta menghampiri Anna dan Eyi yang berada disofa.

Ricad lalu menghampiri istrinya. Eyi mencium tangan Ricad, dibalas dengan kecupan didahi Eyi. Setelah itu menyalami mertuanya. Ia berterima kasih kepada Eyi dan mertuanya yang sudah membantunya.

Sedangkan Okta dari tadi hanya melihat dan meneliti adik dari iparnya. Sebenarnya dia sudak kenal Sekar. Tapi dia tidak terlalu akrab, karena dari dulu Okta kurang suka main dengan perempuan kecuali kakaknya.

"Kamu pulang aja ya, istirahat" kata Ricad kepada istrinya.

"Biar Mas yang menunggu ibu" lanjut Ricad. Eyi menatap suaminya ragu.

"Mas juga harus istirahat, enggak cape apa?" Kata Eyi lirih.

"Iya nanti Mas istirahat disini" Kata Ricad.

"Nak Sekar ikut kami saja ya, istirahat biar besok bisa nungguin ibu lagi" kata Anna mengajak sekar. Sekar merasa sungkan kepada keluarga kakak iparnya ini, pasalnya ia tidak terlalu akrab dengan mereka.

"Eyi juga pulang kerumah Mami aja ya, dirumah juga sendirian kan?" Tanya Anna

"Iya, kamu dirumah Mami aja. Banyak yang jaga juga disana" kata Ricad.

"Adek ikut sama Mbak Eyi aja ya, istirahat disini tidak akan nyaman" kata Ricad kepada adiknya.

"Tapi nanti Mas Icad sendirian" kata Sekar sungkan.

"Gapapa, Mas kan mau nemenin ibu" kata Ricad.

Akhirnya sedikit paksaan Sekar mau ikut dengan Eyi untuk menginap dirumah Adhiaksa. Ricad juga sempat minta maaf kepada adiknya itu karena baru bertemu dan tidak bisa menemani saat menuju ke Jakarta.

"Titip Sekar ya, Mi" kata Ricad mengantar mereka keluar ruang inap Tika.

"Iya, kalo ada apa-apa telpon langsung ya" kata Anna kepada mertuanya.

Ricad kembali mengecup kening adiknya dan istrinya.


Dalam perjalanan hanya tersisa keheningan. Tidak ada yang mengawali untuk bicara. Mereka tenggelam dalam pikiran masing-masing. Sesekali Okta yang sedang menyetir melirik ke spion depan, melihat Eyi dan Sekar yang duduk dibelakang.

Eyi melihat Sekar yang sedang melamun, lalu mengusap tangan Sekar pelan.

"Jangan melamun" kata Eyi mengingatkan Sekar. Sekar hanya tersenyum untuk membalas perkataan Eyi.

Sesampainya dirumah Sekar langsung disuruh tidur dikamar tamu. Eyi tidur dikamarnya. Satu jam, dua jam, sampai jam 3 malam Eyi tidak bisa tidur. Untung saja besok dia libur karena hari sabtu.

Lalu ia menuju kamar Sekar, sama dengan Eyi, Sekar juga tidak bisa tidur.

"Kok belum tidur?" Tanya Eyi saat ia sudah diijinkan masuk oleh Sekar.

"Mbak juga nggak tidur" kata Sekar.

"Mbak gabisa tidur" jawab Eyi lalu duduk diranjang Sekar.

"Tidur disini aja" jawab Sekar, Eyi tiba-tiba mengangguk senang. Entah kenapa ia bahagia saat diijinkan tidur dengan Sekar.

"Makasih ya Mbak, kalo enggak ada Mbak aku pasti sudah pusing memikirkan ibu" kata Sekar.

"Mbak ini kan Mbakmu juga, jangan sungkan. Ibu juga kan ibu Mbak juga. Mbak juga sedih kalo terjadi apa-apa sama ibu" kata Eyi. Tiba tiba Sekar langsung memeluk Eyi dan kembali menangis.

"Sudah, cup cup. Nanti Mbak dan dedek bayi ikut nangis" kata Eyi sudah lirih dan siap-siap akan menangis, matanya sudah berkaca-kaca.

Sekar melihat Eyi yang siap menangis langsung tertawa. Entah apa yang lucu dilihat dari Eyi. Tapi ia menahan tawanya agar Eyi tidak baper.

Akhirnya mereka berbaring dan siap-siap tidur. Tapi lagi-lagi keduanya tidak bisa tidur. Padahal jam sudah menunjukan setengah empat dini hari.

"Dek" panggil Eyi pada sekar

"Heum?" Jawab sekar

"Mbak laper deh" kata Eyi dengan suara lucu. Sekar hanya mengerjapkan matanya melihat Eyi.

"Bikin mi instan yuk" ajak Eyi. Sekar berpikir bahwa Eyi ini ngidam. Sekar mengangguk, mereka akhirnya menuju dapur.

Sedang bersiap untuk memasak mi, mereka dikagetkan dengan Okta yang muncul didapur. Okta juga sama kagetnya melihat kedua perempuan ada didapur.

"Kalian ngapain?" Tanya Okta masih kaget. Okta ini sedikit pengakut.

"Kamu ngapain disini?" Tanya Eyi balik.

"Yeuu ditanya malah balik nanya. Aku mau bikin kopi" kata Okta lalu mengambil gelas di kabinet dapur.

"Mbak sama Sekar mau bikin mi, kamu mau?" Tanya Eyi.

Mendengar kata Mi, Okta langsung semangat 45 untuk mengangguk. Eyi sudah tau kelakuan adiknya yang sangat maniak mi. Tapi selalu dibatasi oleh Mami.

Okta kembali kekamar, katanya untuk mengambil laptop dan akan kembali ke dapur.

"Mas Okta tu sukami ya, Mbak" tanya Sekar heran melihat tingkah Okta tadi.

"Iya, tapi kata Mami gaboleh sering-sering. Akhirnya cuma bisa seminggu sekali makan mi"
.
.
.
.
.
Hai gais

Maap nih, gaje banget ceritanya wkwkwk
Sebenernya mau up sih, tapi males nulis .

Halah curhat

Makasih masih mau baca cerita akuuu huhuu aku terharu.

Jangan lupa komen yaaa

Kalo ada typo bilang wkwkwk

Eyi manis, mas yang punya!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang