Sebuah teka-teki, yang kehilangan jawabannya. Sebuah puzzle, yang kehilangan satu potongannya. Sebuah surat yang kehilangan tulisannya. Sebuah canda, yang kehilangan tawanya. Petualangan dimulai. Kita susun kembali cerita sederhana ini. Lekas sembuh, jangan menerus rapuh. Setelah semesta berpihak, pasti semua kembali utuh.
Lala.
• • • • •
Sesuatu yang aku inginkan selalu terpenuhi. Seharusnya apalagi yang membuat aku tidak bersyukur.
Aku menunggu Ayahku, Jendral Husein, yang telah berjanji untuk membelikan boneka baru di hari ulang tahunku.
Kesabaran perjalanan dan ocehanku dirumah adalah makanan sehari-hari baginya. Kata Ayah, selagi mampu, Ayah akan selalu menuruti keinginanku.Matahari terbenam menambah dinginnya suasana Kota Bandung. Teriknya berganti dengan samar2 gelap malam yang tak lama kemudian menghidupkan bintang-bintang dan aku masih menunggu hadir sang pejuang perjalanan.
Penantian yang tak sia-sia, 2 hadiah yang aku inginkan telah tiba, boneka beruang baru dan kehadiran Ayahku. Aku mencium tangannya, ia mencium keningku dan berkata "Selamat ulang tahun putri kecilku".
Aku Langit, Langit Agalia Ilsa, pecinta boneka beruang, 2 SMA, diusiaku yang sudah beranjak dewasa, Ayah tetap memanggilku putri kecil, dan akan terus seperti itu selamanya.
• • • • •
Bidadari bumi selalu membuatkan sarapan pagi kesukaanku. Roti coklat dan susu caramel adalah suatu kewajiban dari sarapan yang ia sajikan untukku.
Sebelum matahari terbit, aku sudah harus meninggalkan rumahku. Bukan karena jarak sekolahku yang terlalu jauh, tapi karena ketepatan waktu sang Jendral. Ia mendidikku seperti itu sejak aku kecil. Disiplin dan tepat waktu.
Aku menyukai embun pagi, saksi kehangatanku bersama Ayah. Aku menyukai jalanan, ia mengajarkanku lelahnya mencapai berbagai tujuan. Aku menyukai obrolan pagiku bersama Ayah.
"Apa pencapaian kamu hari kemarin Langit?" pertanyaan yang selalu Ayah lontarkan ketika kami memulai perjalanan.
"Ulangan harian kimiaku 90, Yah, perlombaan Sastra kemaren juga diumumin, Langit juara 1" jawabku sambil tersenyum senang.
"Bagus. Pokonya inget, kamu harus lebih baik setiap harinya" ucap Ayah sambil mengusap ujung kepalaku.
"Siaaaap!" kataku dengan gerakan hormat ala sang Jendral.
Ayah tertawa geli melihat tingkahku.
• • • • •
11 IPA 1 adalah kelasku, salahsatu program kelas unggulan di sekolahku. Dengan fasilitas yang sangat lengkap didalamnya. Terdapat 1 whiteboard dan 1 blackboard. Infocus terpasang disana. Disudut ruangan ada satu kulkas kecil untuk menyimpan makanan atau minuman yang akan disuguhkan kepada guru-guru yang mengajar di kelasku, tersedia 10 stop kontak untuk men-charge laptop atau handphone kami, disampingnya terdapat loker dan 2 lemari tempat kami menyimpan buku-buku.
Ruangan ber-AC dan free wifi itu menambah rasa betah setiap orang yang memasukinya. Kelas yang selalu dibanggakan oleh Kepala Sekolah dan guru-guruku, karena di sanalah tempat anak-anak emas bersaing.
KAMU SEDANG MEMBACA
Canderasa
Teen FictionIni cande bukan canda. Buat kamu, semua rasa gak pernah bercanda. Katanya. Perihal manusia baik yang mempunyai seribu pertanyaan dengan sejuta jawabannya. Gema ilusiku selalu bersamanya. Manusia yang hidup dengan segala diskusi sakralnya. Saat ia m...