Sebelum membiru, biar ku hangatkan pilunya. Dengan mengingat pernah ada cerita indah yang singgah sebelumnya, bukankah itu sedikit menyembuhkan? Atau hanya membuat luka semakin dalam?
Lala.
•• • • •
Hari Minggu, aku harus bangun sepagi ini dan berangkat ke sekolah. Heran ya? Masa hari Minggu sekolah?
Semua perlengkapan yang akan ku bawa sudah ku persiapkan. Setelah setiap hari selama seminggu ini aku pulang sore karena belajar bersama Al, beberapa hari lagi Olimpiade Sains Nasionalku di Jakarta dimulai, jadi aku harus berangkat hari ini dan menginap disana untuk mengikuti pelatihan dan pembekalan.
Aku terpilih untuk ikut OSN ini bukan karena aku si jenius yang rajin belajar, big no. Aku cuma Lala, yang sejak SMP didorong oleh Al untuk ga minder dengan segala keterbatasanku. Al juga yang sangat ambisius untuk mengembangkan potensi yang ada dalam diriku. Padahal, Al sama dirinya sendiri aja ga pernah segitunya. Ga pernah sama sekali malah.
"Do'ain Lala, ya!" pamitku pada Ayah, Ibu dan Mas Abi. Kalau kalian mencari Bang Ammar, entahlah si kebo itu sudah bangun atau belum.
Ayah sudah kembali dari Surabaya dua hari yang lalu. Hari ini juga hari dimana Mas Abi harus kembali ke tugasnya di Jakarta. Memang sama dengan kota tujuanku sekarang, tapi kami harus menempuh jalan yang berbeda.
"Godluck sayang, semangat ya! Jangan lupa berdo'a biar dikasih kemudahan" peluk Ayah dan Ibu.
"Makasih Ibu, Ayah" balasku.
"Mas Abi" aku melangkah mendekati Mas Abi pelan.
Mas Abi menangkup pipiku dengan kedua tangannya, mengajak wajahku menatap wajahnya.
"Kenapa sayang?"
"Kalau luang, Mas Abi sering kesini, yaa?" ucapku.
Mas Abi mengangguk dan tersenyum tanpa satu jawaban pun, kemudian memelukku erat. Ku balas tak mau kalah.
Mas Abi melepas pelukannya perlahan, lalu tanganku ditarik pelan olehnya "Yuk berangkat".
Al tidak bisa mengantarku karena satu dan lain hal. Tak apa. Aku diantar Mas Abi hari ini. Sekalian terakhiran. Sebelum harus memupuk rindu lagi. Walaupun nyatanya tetap saja aku harus memupuk rindu beberapa hari ini, untuk Al.
• • • • •
Mas Abi membantu membawakan travel bag ku "Udah semua barang-barangnya?"
Aku kembali mengecek slin bag ku, berisikan dompet, handphone, power bank, obat-obatan dan barang-barang lain yang ku anggap penting.
"Udah. Makasih ya Mas Abi" ucapku lantas mencium tangan Mas Abi.
"Hati-hati. Jangan lupa kabarin Mas Abi"
Sepatuku mengajak pemiliknya untuk berjalan menaiki mobil travel yang akan mengantar kami ke Jakarta. Pukul 9 pagi mobil kami melaju meninggalkan padatnya kota Bandung dan akan menyambut kepadatan yang sesungguhnya di Jakarta.
• • • • •
Kursi disampingku di tempati Adel, sudah ku ceritakan belum kalau dia sangat jago Kimia?
Ku nikmati perjalanan itu hanya dengan mengacak playlist di hp ku. Sesekali diajak berbincang oleh Adel. Tapi sepertinya mood ku kurang baik saat ini. Hatiku merindukan sesuatu. Hatiku menunggu Al. Sekedar dia menelpon sebentar atau pun hanya mengirim satu pesan singkat.
2 jam lebih kami menempuh perjalanan ini. Menyusuri setiap sudut Ibu Kota. Menikmati sesaknya kendaraan yang lalu lalang. Menatap tingginya gedung-gedung yang berjajar disana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Canderasa
Teen FictionIni cande bukan canda. Buat kamu, semua rasa gak pernah bercanda. Katanya. Perihal manusia baik yang mempunyai seribu pertanyaan dengan sejuta jawabannya. Gema ilusiku selalu bersamanya. Manusia yang hidup dengan segala diskusi sakralnya. Saat ia m...