Kasih yang tulus bukan lagi tentang bertanya. Sudah seharusnya kau membuktikan tanpa banyak kata yang diberikan.
Lala.
• • • • •
Udara dingin yang terasa sangat mencekam membuat aku terbangun. Kepalaku terasa lebih berat dari kemarin malam. Aku membuka layar handphoneku melihat jam, waktu baru menunjukkan pukul 02.10. Aku membuka whatsapp mencoba menelpon Al beberapa kali, namun tak kunjung mendapat jawaban.
Aku melangkahkan kakiku menuju dapur untuk membuat teh hangat. Lalu aku meminumnya perlahan di tepi ranjangku.
Itu cukup meringankan sedikit dari rasa sakitku. Aku kembali merebahkan tubuhku di ranjang dan kembali menutup kedua mataku.Namun, pada pukul 06.20 aku kembali terbangun karena rasa sakitku. Suhu tubuhku sangat tinggi.
Aku menangis menahan rasa sakit yang kurasakan. Aku tak sanggup memanggil siapapun. Aku bersembunyi di balik selimut, tubuhku menggigil.
Sepuluh menit setelah itu "La... Langit!" panggil Ibu yang berada di depan pintu kamarku.
"Sayang" Ibu memanggilku lagi karena tak kunjung mendapat jawaban dariku. Kemudian Ibu membuka pintu kamarku perlahan.
"Lala" panggil Ibu sekali lagi.
Aku membuka selimutku dan menoleh ke arah Ibu.
"Ya Allah, kamu ko pucet banget sayang" tanya Ibu sambil memegang jidatku dengan punggung tangannya.
"Badan kamu panas, Ibu ambil kompresan dulu. Itu Al baru dateng, Ibu suruh kesini aja ya" ucap Ibu.
Aku hanya mengangguk dan menangis di pelukan Ibu.
"Kamu tiduran dulu disini" kata Ibu sambil meletakkan kepalaku diatas bantal dengan perlahan.
• • • • •
"Al... Langit sakit, badannya panas banget. Kamu ke kamarnya aja gih, Ibu mau ngambil kompresan dulu"
"Kalo gitu, biar Al aja yang ngompres Lala, bu" ucap Al dengan wajah khawatirnya.
"Yaudah kamu tunggu disini bentar" sahut Ibu yang kemudian berjalan meninggalkan Al.
• • • • •
Tok tok tok...
"La..." panggil Al sambil membuka pintu kamarku lalu menghampiriku membawa kompresan dan air hangat untukku.
Al kemudian duduk di tepi ranjang sampingku. "Lala..." Aku melihat ke arah Al. Al menatapku tersenyum, membenarkan rambutku dan mengusap lembut kepalaku. Al memberdirikan bantal dan menyandarkanku disana.
"Minum dulu" pinta Al sambil memberikan gelas berisi teh manis hangat untukku.
Aku mengambil dan meminumnya perlahan dibantu Al.
"Pusing?" tanyanya. Aku hanya menganggukan kepalaku menatapnya.
"Sini" tangan Al kemudian menyandarkan kepalaku dibahunya dan memijatnya dengan hati-hati.
Aku merangkulkan tanganku dipinggang Al memeluknya.
"Belajar?" tanyaku.
"Ya engga lah sayang, masa kamu lagi sakit gini belajar"
"Terus kapan belajarnya? Olimpiadenya bentar lagi" tanyaku penuh kecemasan.
"Kalo kamu udah sembuh. Makanya sekarang kamu banyakin istirahat, makan sama minum obatnya yang teratur. Kompres yaa" jelas Al sambil menidurkanku di pangkuannya lalu mengompresku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Canderasa
Teen FictionIni cande bukan canda. Buat kamu, semua rasa gak pernah bercanda. Katanya. Perihal manusia baik yang mempunyai seribu pertanyaan dengan sejuta jawabannya. Gema ilusiku selalu bersamanya. Manusia yang hidup dengan segala diskusi sakralnya. Saat ia m...