Tujuh

22 4 0
                                    

Meski langkah kadang tak searah, pasrah bukan berarti menyerah.

Lala.

• • • • •

"Udah bosen ngabisin waktu bareng gue belom?" tanya Al di perjalanan kami sepulang sekolah Sabtu sore itu.

"Gue ga pernah bosen" sahutku.

Huh, mana mungkin aku bosan.

"Sekali lagi, mau?"

"Maunya selamanya"

"Selamanya ga cukup buat kita"

Aku tak berani menatap wajahnya. Pasti ia sedang tersenyum sekarang. Aku hanya sedang mengistirahatkan rasaku, sebentar saja. Nanti aku kembali.

"Mau jalan-jalan?" tanya Al yang tetap fokus pada jalanan padat Bandung sore itu.

"Kemana?"

"Ga perlu tau kemana, kan yang penting berdua"

Menyebalkan. Tanpa diizinkan pun rasa itu kembali hadir. Kembali terpaku dalam ilusi indah yang kuciptakan sendiri. Sepertinya semesta sengaja menghapus memoriku tentang alasan kenapa aku mencintaimu, Al. Ah, bukankah cinta memang tak membutuhkannya?

Jika langit masih melindungimu dan awan masih beriringan dengannya. Begitupun aku, Al. Aku akan selalu menjadi langit sekaligus awan untukmu mungkin, boleh? Dari satu titik ke titik yang lain inginku selalu denganmu, bersamamu. Walaupun aku tahu, pasti ada jalanan dengan celah terjal di dalamnya. Tapi denganmu, tetap bisa kulewati, bukan?

"Gue belom sempet nanya, gimana olimpiade kemaren?"

"Ya gitu"

"Ya gimana?"

"Kaget sih, tapi biasa aja"

"Kaget?"

"Iya, liat soal aja gue pengen nangis, makanya ga expect buat menang sama sekali"

"Masih belom percaya juga sama diri lo sendiri?" Al kembali menatapku penuh tanya "Kecemasan itu ada karena hilangnya kepercayaan, Lala"

"Iya iya iya, Al"

"Ini masih jauh ya?" tanyaku mengalihkan topik.

"Bentar lagi"

"Kok kaya terpencil gini tempatnya?"

"Liat dulu nanti" sahutnya.

Lokasinya memang cukup jauh dari perkotaan, Al memilih salah satu restoran di darerah Bandung atas yang berada ditengah hutan lindung. Tertata rapi di pinggir tebing. Dengan suasana outdoor yang menyuguhkan pemandangan pohon pinus yang amat indah. Tak salah pilih sih kalau untuk melipir sebentar menenangkan diri dari riuhnya kota juga isi kepala sendiri.

Sepertinya, tempat seindah ini memang tak akan pernah sepi pengunjung. Terlebih pada akhir pekan seperti ini. Al sangat faham kalau pikiranku sibuk sekali akhir-akhir ini. Makanya ia pilih tempat ini. Layaknya sedang memandangi lukisan hutan tropis, membuat suasana hati siapapun yang melihatnya menjadi sangat tenang.

Kami duduk di salah satu meja dengan desain kayu. Menambah lekat rasa sedang menyatu dengan alam. Ingin berlama-lama disini saja rasanya.

"Kenapa kesini?"

"Lo ga suka?"

"Suka"

"Gaboleh ada kata kenapa kalo suka"

"Pengen tau aja alesannya milih tempat ini"

"Disini anginnya ngasih ketenangan, lo ngerasain ga?" tanyanya.

   CanderasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang