Hari ini, tanggal, 31 Agustus 2019 ya, berarti malam minggu. Aku menuliskannya di sore hari jadi, selamat malam minggu bagi yang merayakan. Oh, semua merayakan kok ya. Bedanya cuma ada yang hujan ada yang enggak. Ada yang sendirian ada yang berduaan. Ya, pokoknya, nikmati saja akhir pekan.
Sedikit cerita ini sebenarnya bukan sambat, tapi dulunya adalah sambat hanya saja ya itu tadi, semua ada proses-prosesnya yang berjalan tanpa kita sadari. Ada 4 hal dalam Islam yang sudah diatur dan tidak bisa kita ubah yaitu, Hidup, Mati, Rezki dan Jodoh.
Oke, sebelum banyak perdebatan, aku mau fokuskan saja pada Rezki.
Menjadi penulis bagiku sudah bertahun-tahun. Istilahnya adalah menahun. Kalau kamu sadar, menjadi penulis bukanlah seperti menjadi Youtuber. Kamu bisa upload setiap hari dan berharap ada yang nonton. Entah mungkin ke-100 video kamu menjadi terkenal. Tapi bagi penulis, sudah ke-100 karya belum tentu dibaca.
Berangkat dari pemahaman di atas, aku memutuskan untuk menjadi penulis, entah rezki itu datang atau tidak. Entah rezki itu akan banyak atau sedikit. Pokoknya nulis. Titik. Harga mati. Sehingga dari tahun berganti, aku selalu berada di posisi berbeda dari seharusnya.
Semisal nih. Aku sudah menulis tiga buku dari akun twitter punyaku sendiri yang followernya besar. Tulisan itu adalah jenis non-fiksi dan parenting. Berhasil? Ya, tapi tidak juga. Ada manisnya ada pahitnya.
Lanjut ya, lalu aku bekerja di bidang yang sama. Yaitu menulis sekali lagi tapi kali ini menulis artikel. Jadi aku menulis artikel untuk sebuah situs web agar bisa berada di posisi halaman pertama Google. Istilah kerennya, copywriter.
Apakah bertahan? Apakah manis hasilnya? Jawabannya ya. Tapi tidak semua. Sehingga dari menulis artikel, berpindah lagi menjadi menulis iklan. Entah itu script iklan, entah itu caption Instagram, intinya menulis yang bisa mendatangkan penjualan untuk perusahaan.
Apakah manis? Tidak juga. Banyak pahitnya. Ternyata banyak pemilik bisnis tidak sadar kalau ini termasuk momen kunci dari suatu produk bisa terjual. Tapi kebanyakan mereka malah bilang, "ah, nulis gitu aja kok, yang lain juga bisa," ya dan akhirnya sosokku tergantikan oleh yang lain.
Tidak masalah. Aku tetap terus menulis. Yakin kalau sudah berusaha akan ada hasilnya dan tentu hasil itu akan muncul nanti entah kapan. Lalu hari ini terjadi.
Seorang Bos lamaku menghubungi lagi untuk menjadi penulis yang disebut Ghostwriter. Artinya, aku menulis bukan untuk diriku sendiri. Jadi aku menulis untuk mereka. Aku tidak mencari sumber data, riset, dan lainnya sendiri tapi sudah mereka sediakan. Aku tinggal menulisnya, menyesuaikan dengan gaya tulisanku sendiri.
Rezki datang tidak disangka, padahal aku dan Bos lama ini tidak pernah berkomunikasi tiga-empat tahun. Lalu bagaimana dia bisa mengubungiku? Apakah karena aku masih berhubungan baik dengan teman-teman di kantor lama? Atau bagaimana sebenarnya? Itulah rahasia dari Tuhan.
Jalan rezkiku datang dari arah yang tidak disangka-sangka, tidak terduga, walau tetap harus dikerjakan penuh tanggung jawab. Bayangkan nih, 250 halaman 10 hari. Matilah! Haha, tapi bagi penulis dan bagi kamu yang suka menulis, tahu kalau ini tantangan besar. Hasilnya, lihat dibelakang.
Dulu aku sambat dan ingin menyerah menjadi penulis. Mungkin ada jalan lain. Mungkin harus muter-muter dulu agar sampai ditujuan. Jadi, ya, semoga semua bisa menjadi berkah kemudian. Bagimu, ayo, terus menulis, walau mungkin jalannya tidak selalu lurus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seribu Sambat
Non-FictionIni adalah cerita setiap bab berbeda. Tentang sambatku akan dunia dan juga opini hal lainnya juga. Semua yang kutulis bisa benar bisa salah. Jadi mohon dimaklumi. Apalagi ini non-fiksi berdasarkan penulis sendiri tanpa riset apa pun. Namanya juga sa...