Pernah punya target usia? Kuanggap kamu punya ya. Semisal nih, menikah di usia 25. Punya anak udah gede di usia 30. Atau begini, menikah di usia 30 dan sudah punya karir yang jelas di pekerjaan tertentu.
Semua punya harapan dan cita-cita untuk bisa sampai ke sana. Setidaknya, aku berpikir begitu soal hidup. Sayangnya, semua tidak berjalan sesuai rencana. Bertahun-tahun membaca buku, menulis cerita, tidak sampai mengantarkanku pada hal yang aku mau.
Siapa sih yang gak ingin terkenal seperti Fiersa Besari? Siapa yang gak mau kayak Boy Chandra? Atau, penulis terkenal yang kamu kenal deh, coba sebutkan. Kenapa aku berbeda ya? Kenapa begitu terlambat? Apakah ini termasuk kegagalan hidup?
Pertanyaan-pertanyaan itu menggelitik dan menyiksa di satu waktu. Tidak terasa kalau usia bertambah terus, berkarya terus, dan tidak bisa mendapatkan hal lebih dalam hidup. Stres? Iya dong. Pasti. Lucunya, aku terus mengerjakannya. Lelah duduk lama. Pantat pegel, punggung rasanya remuk, tetap saja menulis. Sudah menulis di banyak platform bukan hanya Wattpad. Dari storial, Joy, Mangatoon, ada perasaan kurang. Serasa, tulisanku tidak berkembang.
Akahkah berhenti saja? Aku tahu kamu juga pernah merasa begitu. Sampai ceritamu menggantung lama, berhari-hari sampai berbulan-bulan. Ingin mulai lagi tapi mau sampai kapan?
Duh, pusing kalau cuma dipikirin. Ada satu hal yang ingin kubagi denganmu adalah kalau aku punya mental block.
Sebagai penulis kita punya hal itu. Ada namanya sindrom kertas putih. Ada namanya perfectionist. Ada yang namanya kehilangan mood. Nah, aku kena yang nomer tiga nih. Saat tulisanku sudah mencapai angka 10.000 kata.
Kesel gak? Banget. Merasa plotnya hancur, karakter pada tokohnya tidak konsisten, mau dirombak ulang, munculnya ide menulis baru, duh, bener-bener bikin pusing kepala. Lalu bagaimana? Itu dia yang membuatku bingung. Sungguh. Harus bagaimana sih hidup di dunia orang dewasa ini?
Di penghujung 20 ini, aku masih punya harapan untuk jadi penulis besar. Kaya raya, dan hidup dari karya. Semoga ya. Aku berdoa untukmu juga sama. Kita saling berbagi semangat. Jadi aku tidak akan berhenti menulis. Dari pada memikirkan di penghujung waktu, lebih baik memikirkan, ini adalah awal waktu. Semoga mencapai usia 40 nanti, semua sudah terlihat hasilnya.
Dan di tanggal 29 Agustus 2019 ini, catatan hati ini menjadi tolak ukur lagi yang akan kulihat nanti di tahun-tahun yang akan datang.
Semangat!
KAMU SEDANG MEMBACA
Seribu Sambat
Não FicçãoIni adalah cerita setiap bab berbeda. Tentang sambatku akan dunia dan juga opini hal lainnya juga. Semua yang kutulis bisa benar bisa salah. Jadi mohon dimaklumi. Apalagi ini non-fiksi berdasarkan penulis sendiri tanpa riset apa pun. Namanya juga sa...