Sudah hidup hampir 30 tahun membuatku ingin berbagi sesuatu padamu. Kejadian masih di hari 29 Agustus 2019 yang mana, siangnya aku ingin membeli galon. Sederhananya, galon di tempatku beli biasa tutup. Jadi mau tidak mau membeli di tempat lain. Rizki akhirnya berpindah dari satu toko itu ke toko lainnya.
Tidak ada yang spesial dari toko biasa tempatku beli galon. Cuma memang stoknya banyak, tokonya lumayan luas, mirip indomart gitu. Tapi tidak pakai AC. Dibandingkan toko yang menjadi tujuanku membeli galon hari itu, sempit dan pengelolaan tidak jelas dari pemilik toko dan pegawainya. Sibuk sendiri. Sedikit terlantar para pembeli padahal lagi antri.
Kedua toko itu di jalan yang sama. Jadi tidak jauh untuk menjangkau toko kedua yang menjadi rencana cadangan. Tapi aku sempat sambat. Namanya manusia kan, ya? Kalau gak sambat ya gak jalan juga hidup ini. Bercanda loh. Tapi aku jadi mikir. Apakah ini yang dinamakan perpindahan rizki.
Hematnya, aku menghabiskan uang setidaknya 45 ribu rupiah di toko cadangan. Jumlah yang sama akan kuhabiskan juga di toko biasanya. Ini menandakan kalau toko biasanya mau tidak mau kehilangan potensi rizkinya datang dari aku sejumlah 45 ribu. Mungkin kalau ditotal sehari, dia bisa tidak mendapatkan rizki sebesar lima ratus sampai satu juta rupiah. Gawat, ya? Rizki bisa berpindah dari satu toko ke toko lain tanpa disadari dengan jumlah yang bisa dibilang besar dalam satu hari.
Bagaimana menyikapi ini dalam hidup?
Begini. Manusia cenderung menyia-nyiakan peluang yang sudah ada di depan mata. Hanya karena alasan, malas, mood lagi gak enak, lagi capek, takut kalau peluang itu malah membuat kita sengsara, dan ribuan alasan lain yang bisa kita ciptakan sendiri. Padahal, semua pikiran negatif itu belum tentu benar 100 persen. Masa iya semua peluang membuat kita sengsara? Cuma memang ada kerja keras di dalamnya. Itu yang sering salah diartikan sebagai kesengsaraan.
Coba deh, kamu cek lagi. Pasti pernah mengalami hal ini. Pengen beli di suatu tempat, tempat biasanya karena kamu merasa nyaman di tempat itu, eh, tahu-tahunya, kamu berpikir untuk pindah ke tempat lain. Dalam seminggu ini, terjadi dua kali. Setidaknya beberapa hari yang lalu, rumah makan nasi padang tempat biasanya aku beli ternyata tutup juga. Padahal sudah jam 11 siang. Mau tidak mau beli di tempat lain. Walau uang yang berpindah cuma belasan ribu rupiah tapi rizki berpindah itu ternyata nyata adanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seribu Sambat
Non-FictionIni adalah cerita setiap bab berbeda. Tentang sambatku akan dunia dan juga opini hal lainnya juga. Semua yang kutulis bisa benar bisa salah. Jadi mohon dimaklumi. Apalagi ini non-fiksi berdasarkan penulis sendiri tanpa riset apa pun. Namanya juga sa...