Sambat di hari Jumat. Seharusnya tidak perlu ya. Apalagi banyak berkah yang bisa kita ambil hari ini. Tanggal 6 September 2019 menjadi penentu yang baik untukku menuliskan ini. Mungkin bisa diambil pelajarannya.
Ini berlanjut dari cerita kemarin. Si Bos, orang yang merekrutku untuk menjadi ghostwriter kupikir akan banyak berubah. Maksudku, akan banyak perubahan dirinya setelah bertahun-tahun tidak ketemu. Kupikir perubahan itu akan baik. Nyatanya tidak. Kecewa? Ya. Ini kesekian kalinya kecewa pada manusia. Kita memang tidak bisa mengharapkan lebih pada manusia. Ibarat kata, ekspektasi kita terlampau berlebihan.
Apakah balas dendam itu baik? Tidak. Walau pun bisa kita lakukan dan itu menyenangkan. Membuat hati yang terluka karena keadaan dan membalas dendam pada yang lain. Percuma menjadi pelaku juga. Jadi lebih baik menjadi orang yang profesional. Aku bicara begini agar kamu juga bisa mengambil pelajaran kalau profesionalitas itu paling utama yang ada di dunia ini. Tuhan akan memberikan ganjaran setimpal dan jangan takut tidak terbalas. Hanya mungkin butuh waktu-waktu di tahun berikutnya.
Sambatku adalah karena diremehkan. Si Bos selalu bisa update stories tapi mengabaikan pesanku. Padahal pesanku bukan minta yang aneh-aneh. Ini sudah aneh sebenarnya. Jadi, aku tetap pada jalur menyelesaikan naskah walau aku juga tahu ini pasti molor dari janji yang dia sepakati sendiri. Lucu sih, tapi aku punya ide baru jadinya. Kenapa genre yang sama tidak kugarap sendiri saja? Itu menjadi pencetus juga kalau ini bisa kulakukan sendiri nanti setelah naskah pesanan ini selesai.
Dia sendiri bilang, ingin bisa melesat bermilyar-milyar. Tanggapannya tetap sama. Maksudku, dia ingin jualan buku juga seperti pesaingnya. Hal-hal yang berusaha ditutupi tercium melekat di hidungku. Kok bisa tahu? Saat kamu telah dikecewakan banyak orang, kamu akan sadar hal itu akan menjadi kebiasaan. Secara tidak sadar, kamu akan punya alarm atau insting dalam hidupmu sendiri. Aneh ya? Gak sih. Ini seperti kenapa ada seorang teman jago matematika tapi kita tidak. Ada yang jago menulis tapi kita biasa aja. Karena mereka membiasakan diri sehingga apa yang kita anggap sulit tampak biasa saja bagi mereka.
Pesanku, jangan sampai merendahkan orang lain. Ada haknya di dalam dirimu yang harus kamu penuhi. Kalau tidak terlaksana, Tuhan akan mengambilnya darimu dengan cara yang tidak kamu duga. Jangan sampai putusan bencana itu datang padamu. Jadi selesaikan hak-hak orang yang kamu remehkan itu secepat mungkin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seribu Sambat
Non-FictionIni adalah cerita setiap bab berbeda. Tentang sambatku akan dunia dan juga opini hal lainnya juga. Semua yang kutulis bisa benar bisa salah. Jadi mohon dimaklumi. Apalagi ini non-fiksi berdasarkan penulis sendiri tanpa riset apa pun. Namanya juga sa...