Butuh tiga bab untuk seorang sahabat. Ya, jujur, hati ini terluka. Karena tidak akan pernah ada lagi obrolan hangat. Dimensinya akan berbeda. Memaksakan untuk tetap dekat juga rasanya menyiksa. Dia bisa berbicara banyak soal negeri indah, maju dan modern. Aku hanya bisa diam mendengarkan tanpa bisa ikut larut di dalamnya.
Setidaknya, tiga bulan atau enam bulan dari sekarang, semua itu akan tetap terjadi. Makin lama makin sakit jika dipikirkan. Memang harus direlakan. Bagimu yang punya sahabat baik dan harus berpisah dalam kondisi apa pun itu mengerikan. Karena perasaan nyambung itu memang tidak bisa untuk semua orang.
Haruskah cari pendamping saja sekarang?
Belum. Aku tidak ingin menjadikan hal itu juga sebagai pelarian.
Obrolan hangat, kopi, bicara soal film, serial televisi Amerika dan juga ya, tentang passion, kegemaraannya melukis, kegemaranku menulis.
Tidak banyak yang bisa kuucapkan selain selamat berjuang di negeri orang. Semoga semua lancar dan mimpi-mimpimu yang tertunda segera teraih. Ada ego diri ini untukmu tetap tinggal, tapi kalau menghambatmu mencapai sukses, buat apa juga. Ego ini malah menjadi kriminal tidak langsung nantinya.
Apa harus kuhubungi teman-teman lama juga?
Tidak perlu sepertinya. Jalan kami sudah berbeda jauh ratusan derajat. Bertemu juga cuma basa-basi dingin. Padahal yang kubutuhkan obrolan hangat, saling memotivasi, mendukung dan ejekan-ejekan akrab.
Tidak ada lagi itu. Aku tidak pernah menyangka bakal mellow seperti ini. Mungkin karena kami masih sama-sama dari bawah. Berjuang bertahun-tahun untuk bisa mencapai yang kami ingini dari passion itu sendiri.
Sekarang passion cuma passion usang. Memang uang harus menjadi yang terdepan. Dan juga aktualisasi diri, berguna untuk hidup sendiri dan orang terdekat. Aku mulai merenung. Aku terus bagaimana selanjutnya? Apakah hanya begini-begini saja?
Dipikir sehari ternyata tidak bisa. Dipikir berhari-hari juga sama beratnya. Kerjakan saja yang masih ada di depan mata. Semoga memang jalannya yang terbaik akan terbuka satu demi satu.
Selamat jalan kawan. Mungkin akan kukenang jika aku tidak sibuk nanti. Perjalananmu panjang. Semoga betah. Lalu kembalilah untuk bercerita tentang hebatnya negeri yang jauh di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seribu Sambat
NonfiksiIni adalah cerita setiap bab berbeda. Tentang sambatku akan dunia dan juga opini hal lainnya juga. Semua yang kutulis bisa benar bisa salah. Jadi mohon dimaklumi. Apalagi ini non-fiksi berdasarkan penulis sendiri tanpa riset apa pun. Namanya juga sa...