21;

9.2K 330 6
                                    

Ketukan pada meja membuat seorang gadis mendongakkan kepalanya. Matanya melebar. Bahkan mulutnya mengaga. Beberapa kali gadis itu mengerjabkan matanya tak percaya.

"Hai,"

Gadis itu meremas rok abu-abunya kuat. Seolah ingin menyalurkan nyeri dihatinya. Jantungnya berdetak kencang. Memori-memori itu dengan tak tahu dirinya berputar di otaknya.

"Pergi," Lirih gadis itu. Ia menggerakkan matanya ke kanan dan ke kiri berusaha menahan agar air mata itu tak lolos dari mata coklatnya.

"Aquilla gue-"

"GUE BILANG PERGI MATTHEW!!!" Teriak Aquilla membuat beberapa orang yang ada di kelas itu menatapnya penuh bingung. Seolah penasaran dengan apa yang terjadi pada gadis trouble itu.

"Gue buk-"

"Pergi gue mohon," Aquilla menundukkan wajahnya. Berusaha menyembunyikan air matanya.

"Gue kembaran Matt, William."

Aquilla mendongakkan kepalanya dengan cepat. Matanya menelisik pria itu dari atas sampai bawah meski sedikit buram karena air mata. Tolong bangunkan gadis itu jika dia sedang bermimpi.

"Gue William, adik Matthew." Ulang pria itu karena tak kunjung mendapat respon dari gadis di depannya.

"Lo kenal-"

"Kenal. Dari cerita Matthew." William memotong ucapan Aquilla. "Jangan nangis. Matt gak suka liat cewek yang dia sayang nangis," lanjutnya.

"Kenapa lo bisa ada disini?" Tanya Aquilla parau.

"Karena Matthew,"

"Maksud lo?"

"Matt nyuruh gue buat ada disisi lo,"

"Kenapa gak dia sendiri?"

"Dia-"

"KENAPA DIA NINGGALIN GUE?!!" Bentak Aquilla membuat pria dihadapannya menghela nafas kasar.

"KARENA DIA SADAR GAK BISA DAPETIN LO LAGI!!!" William ikut membentak.

"TERSERAH!!" Aquilla beranjak dari tempat duduknya. Sebuah tangan mencekalnya membuat gadis itu menatap pria yang tak lain adalah kembaran Matthew.

"Mau kemana?" Nada bicara William mulai lembut.

"Apa?" Balas Aquilla cuek.

"Gue tanya mau kemana Aquilla," William berbicara tetap dengan lembut.

"Bukan urusan lo."

"Urusan gue. Gue gak mau kalo dihantui Matt karena gue gak jagain lo," ucap William membuat Aquilla memutar bola matanya malas.

"Gue bukan bayi."

"Tapi lo orang yang disayang abang gue," sahut William.

"Kalo abang lo sayang sama gue. Suruh kesini buat jagain gue sendiri," ucap Aquilla enteng. William mengeram lirih.

"Dia udah pergi. Jadi gue harap-"

"Gak bisa kan?" Aquilla menatap mata William seolah meremehkannya. "Makanya lo pergi dari hidup gue," Aquilla menyentak tangan William dengan kasar hingga genggaman pria itu terlepas. Gadis itu berbalik berniat meninggalkan William.

"Bisa gak lo berhenti buat egois?" Pertanyaan William sontak membuat Aquilla kembali menatap pria itu.

"Gue egois? Gak salah lo? Kalo gue egois disebut apa abang lo?" Tanya Aquilla dengan menaikkan salah satu alisnya.

"Dia cuma-"

"CUMA APA? LO PIKIR GUE GAK SAKIT? GUE JUGA SAKIT LIAT DIA KAYAK GINI! LO PIKIR GUE SENENG DIA PERGI? NYATANYA ENGGAK! GUE KESIKSA KAYAK GINI!! APA DIA TAHU? ENGGAK WILL!! DIA GAK TAU DAN GAK MAU TAU GIMANA PERASAAN GUE WAKTU DIA PERGI!! GUE BENCI SAMA MATTHEW!! GUE BENCI WILL!!" Teriak Aquilla dengan frustasi. Air mata kembali mengalir dari kedua mata indahnya. Membuat William segera menarik gadis itu kedalam pelukannya.

[TMS #1] AQUILLA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang