extra part;

11.7K 413 43
                                    

WAJIB BACA PALING BAWAH 1!1!1!1!

3 tahun kemudian.

Seorang pria dengan setelan jas hitam memasuki sebuah lift. Tangannya memencet tombol 14. Lantai tujuannya. Menunggu beberapa menit sebelum tiba dilantai tujuan.

Suara pantofel hitamnya menggema di seluruh lorong. Langkahnya terhenti. Berdiri dikamar nomor 2037. Pria itu melepas kacamata hitam yang sedari tadi bertengger manis di hidung mancungnya. Memencet beberapa angka dan pintu pun terbuka.

Hari ini adalah hari bahagia untuk sang gadis. Hari kelahiran gadis cantik itu. Dan hari dimana ia akan melamar sang gadis pujaan hatinya.

Pria itu tersenyum. Mendapati seorang gadis tengah sibuk memasak di dapur. Dengan apron yang membungkus tubuh rampingnya. Bagaimana bisa gadis itu tak menyadari kedatangannya? Terlalu sibuk memasak huh?

Pria itu berjalan mengendap-endap. Agar sang gadis tetap tak menyadari keberadaannya. Dengan segera pria itu melingkarkan kedua tangannya di pinggang sang gadis. Memeluknya dari belakang.

"Ah!"

Gadis itu terkejut saat mendapati sepasang lengan kekar memeluknya dari belakang. Gadis itu berbalik. Menatap siapa gerangan yang mengganggu acara memasaknya.

"Loh? Kok gak bilang kalo mau kesini?" Gadis itu berbalik melingkarkan kedua tangannya ditubuh sang pria.

"Gak mau ngasih ciuman selamat datang nih?" Pria itu mencolek hidung Aquilla. Membuat gadis itu bersemu merah.

Aquilla mengerucutkan bibirnya lucu. Merajuk pada sang pria. "Kalo bilang kan aku bisa masak makanan kesukaan kamu dulu Bert,"

"Ciuman selamat datang dulu,"

Cup.

Aquilla mengecup bibir Albert sekilas. Tapi bukan Albert namanya kalau tak memanfaatkan situasi. Pria itu menahan tengkuk sang gadis. Melumat bibir bawah juga atas Aquilla dengan penuh kerinduan. Pria itu memperdalam pagutannya saat mendapat balasan dari sang gadis.

Aquilla beralih melingkarkan kedua tangannya di leher sang pria. Membalas segala lumatan yang pria itu berikan padanya. Mencurahkan kerinduannya sebab sudah 6 bulan tak bertemu. Karena biasanya pria itu akan mengunjunginya 2 bulan sekali di Perancis.

Aquilla memukul dada Albert. Menandakan kalau ia sudah kehabisan oksigen.

Albert menghapus jejak saliva dibibir sang gadis. Tersenyum puas saat mendapati bibir pink itu membengkak karena ulahnya.

Aquilla tersenyum. Melepaskan diri dari sang pria. Dan kembali beralih pada alat juga bahan masakan. "Mau makan apa?"

"Kamu masak apa?" Albert mengambil air mineral di kulkas. Menuangnya digelas dan segera meneguknya.

"Hanya sandwich. Kamu mau? Atau aku masakin yang lain?" Tawar Aquilla tanpa menatap Albert yang kini sudah duduk di meja bar menghadap dapur.

"Sama saja."

"Okay. Tunggu 10 menit lagi, ini hampir selesai."

Albert mengangguk. Mengiyakan ucapan gadis cantik yang sudah dikenal sebagai desainer muda itu. "Nanti malam kamu sibuk sayang?"

Aquilla menengok sekilas kearah Albert yang tak mengalihkan pandangan dari dirinya. "Tidak. Hari ini aku libur. Kenapa?"

"Jam 8 aku akan menunggumu di Guy Savoy,"

Aquilla mengernyit bingung. Menatap Albert yang sedang melepas jas hitamnya. "Ada apa?"

"Jangan telat." Bukannya menjawab, pria itu malah mewanti-wanti agar gadis itu tak melakukan kebiasaan buruknya.

[TMS #1] AQUILLA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang