32;

10.7K 340 25
                                    

"Aquilla gak berangkat ya?"

Orlin menghela nafas lemah. "Nanti pulang sekolah nyamperin kerumahnya ya?"

"Sippp."

Fokus keempat gadis cantik itu teralih saat ponsel milik Anna berdering. Menandakan ada sebuah panggilan masuk. Sedang gadis pemilik ponsel itu mengernyit bingung mendapati panggilan dari sang kekasih.

"Apaan sih telfon segala? Samperin juga bisa," gerutu Anna dengan pertanyaan memenuhi otaknya.

"Siapa?" Tanya Zanna.

"Arion." Balas Anna singkat. Dengan cepat gadis itu mengangkat panggilan telefon dari Arion. Menempelkan benda berlogo apel kegigit itu ditelinga sebelah kanannya. "Hallo?"

'Aquilla kabur,'

Anna berteriak dengan lantang. "APA?! AQUILLA KABUR?"

'Buruan ke parkiran sama yang lainnya,'

"Iya-iya aku kesana sekarang." Sahut Anna dan mematikan sambungan telfon.

"Jangan bercanda lu!" Bentak Orlin saat melihat Anna ingin berbicara.

"Serius anjing! Ayo ke parkiran! Arion udah nunggu," ucap Anna tanpa mengindahkan ketiga sahabatnya yang masih tak percaya.

Keempat gadis yang terkenal dengan kenakalannya itu kini melangkah menuju tempat parkir dengan tergesa. Para gadis itu bahkan tak segan mencaci siswa-siswi lain yang mengganggu jalan mereka.

Orlin tak sabar mendengar penjelasan dari sepupu sahabatnya itu. "Aquilla beneran kabur Yon?"

"Bokapnya baru aja telfon gue,"

"Terus ngapain kita masih disini? Ayo nyari Aquilla anjing." Ucap Anna dengan menghentakkan kakinya kasar.

"Ayo!"

"Lah? Albert kemana?" Adara mengernyit bingung saat tak mendapati pria itu.

"Udah duluan nyari Aquilla." Balas Raffa dengan memakai helm full face miliknya.

"Boncengan aja. Zanna lu sama Gavin. Dan Adara lu sama Raffa." Ucap Anna yang memang bermaksud untuk menghemat waktu sebab tidak harus terjebak di dalam mobil kalau-kalau jalanan kota Jakarta macet.

"Siap."

Kini keempat motor sport itu membelah jalanan kota Jakarta yang sedikit lenggang. Mengingat bahwa ini adalah jam sekolah juga kerja.

"KITA MENCAR!!" Arion harus berteriak agar suaranya dapat didengar oleh ketiga sahabatnya.

Ketiga sahabat Arion hanya mengangkat ibu jarinya untuk merespon. Menandakan bahwa mereka setuju dengan ucapan Arion.

***

"Makasih mbak,"

"Sama-sama kak. Selamat datang kembali,"

Aquilla tersenyum tipis saat mendapati keramahan pegawai salah satu minimarket ternama di Indonesia. Tangannya terulur untuk mengambil belanjaannya. Berniat untuk kembali ke hotel dan merebahkan tubuhnya di kasur yang menjadi tempat tidurya mulai semalam.

"AQUILLA!"

Aquilla mengarahkan penglihatannya ke sumber suara. Mata coklatnya membulat sempurna. Menandakan bahwa ia sangat terkejut saat ini. Sungguh untuk saat ini gadis itu butuh waktu sendiri. Tanpa sahabat, keluarga, juga___ Nicola.

"Mau kemana lu anjing?! Lu gak tau kita semua susah nyari keberadaan lu Aquilla tai!!" Teriak Orlin tak bersahabat di depan Aquilla. Sungguh gadis itu bahkan tak memperdulikan orang sekitar yang menatapnya tak suka.

Aquilla berniat kabur tapi ucapan Orlin membuatnya mengurungkan niat. Ya meskipun hanya beberapa saat. "Gue gak minta lu semua buat cari gue."

"Lu emang gak minta tapi kita peduli sama keadaan lu bangsat!" Teriak Orlin penuh amarah. Sungguh gadis itu ingin sekali menjambak rambut pirang Aquilla kalau saja ini waktu yang tepat.

"Mulai sekarang gak usah peduli sama gue." Ucap Aquilla membuat Orlin mengepalkan tangannya emosi.

"Kita semua khawatir sama lu Quil," Thian menimpali pertengkaran kedua sahabat itu.

"Gak. Gak perlu," ucap aquilla sebelum melenggang pergi meninggalkan sepasang kekasih itu.

"WOY AQUILLA!!" Teriak Orlin saat melihat Aquilla mulai berlari menjauhinya.

Aquilla tak mempedulikan teriakan Orlin. Bahkan gadis itu berusaha mempercepat larinya. Berusaha menjauhi radar sepasang kekasih itu. Sesekali gadis itu menengok ke belakang. Memastikan apakah Orlin dan Thian masih mengikutinya.

Aquila terengah-engah. Berusaha menormalkan nafasnya yang tersengal. Gadis itu memegang lututnya dan menghapus keringat yang ada di pelipisnya. Sungguh gadis itu harus menghabiskan tenaganya untuk menghindar dari Orlin dan Thian. Ditambah lagi ia harus bersembunyi di samping tong sampah. Oh astaga. Ini Aquilla loh. Seorang Aquilla? Harus bersembunyi di samping tong sampah? Dunia bahkan menertawakan gadis malang itu.

***

"Gue udah ketemu sama Aquilla tapi dia kabur lagi,"

'Seriusan? Dimana? Kenapa bisa kabur lagi sih?'

"Di Indomar*t dekat hotel XXX. Apa Aquilla tinggal di hotel itu ya?"

'Bisa jadi Lin. Gue kabarin yang lainnya dan kita bakalan nyari disekitaran situ,'

"Oke. Gue sama Thian nunggu di sini,"Orlin segera mengakhiri telepon saat mendapat persetujuan dari orang yang ada di seberang telepon.

Tak butuh waktu lama. Arion dan yang lainnya sudah sampai di tempat yang Orlin maksud.

"Gimana?" Tanya Anna tak sabaran.

"Dia lari, kita gak bisa ngejar dia." Jelas Thian membuat Arion langsung memukul wajah kekasih Orlin itu.

"Maksudmu apa anjing?! Ngejar cewek aja nggak bisa?!" Marah Arion.

"Gue udah berusaha semampu gue. Lu nggak bisa kayak gini dong!" Thian balas memukul wajah Arion. Hingga sudut bibir kedua sahabat itu mengeluarkan sedikit darah.

"Gua berdua tuh kenapa? Di saat kayak gini lu berdua malah berantem?!" Gavin mendorong Arion yang lagi-lagi akan memukul wajah Thian.

Arion melepas tangan Gavin yang ada di kerah seragam sekolahnya dengan kasar. "LEPASIN BANGSAT!!"

"JANGAN MIKIRIN EMOSI LU DOANG ANJING!! AQUILLA KABUR!! DAN LU BERDUA SALING NYALAHIN?!!" Gavin menatap kedua sahabat itu dengan bergantian.

Raffa membuka suara. Tangan kekarnya menepuk punggung Arion dan Thian bergantian. "Lebih baik kita cari Aquilla. Emosi lu berdua gak bakal bantu nemuin Aquilla,"

[TMS #1] AQUILLA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang