mini part; 36 B

8.7K 348 19
                                    

Vote ya biar aku tambah semangat❤️







"Brengsek lu anjing!"

"Mau lu perkosa sepupu gue hah?!!"

BUG... BUG... BUG...

Pria itu menghapus peluh yang membasahi pelipisnya. Tangannya yang terkenal bercak darah sang sahabat kembali mencengkram kuat kerah seragam Albert. Arion mengurungkan niatnya, memukuli wajah Albert. Saat suara seseorang terdengar di indera pendengarannya.

"Lu mau bunuh Albert?"

Arion menengok kebelakang. Di sana berdiri sahabatnya juga sahabat Aquilla, minus Anna.

Arion mengeluarkan suara dinginnya. "Aquilla mana?"

Gavin meringis melihat keadaan Albert. Sahabatnya itu tak menghindar kah saat Arion menghajarnya dengan brutal? Apa justru menyerahkan diri? Bahkan Albert bisa saja mengalahkan Arion jika ia mau.

"Lu gak niat bunuh Albert kan?" Bukannya menjawab pertanyaan Arion. Gavin justru kembali melemparkan pertanyaan yang sungguh membuat Arion emosi.

"Aquilla gimana?" Arion menekan ucapannya.

Raffa menghela nafasnya sebelum mengucapkan sesuatu. "Kalo lu khawatir kenapa gak lu cari Aquilla? Kenapa malah ngehajar Albert disini?"

Arion semakin mengeratkan tangannya dikerah seragam Albert. Menarik kerah itu dan menghempaskannya dengan kasar. Hingga Albert terbatuk-batuk dibuatnya.

"Awas lu deketin Aquilla lagi." Arion menatap Albert tajam. Jari telunjuknya mengarah tepat di wajah sang sahabat yang sudah babak belur. Dan kemudian melenggang pergi meninggalkan para sahabatnya.

"Dari awal emang gue gak sreg sama lu. Dan terbukti kan sekarang apa?" Orlin melipat tangannya didepan dada. "Gue bakal jadi orang pertama yang nentang hubungan lu sama Aquilla." Lanjutnya kemudian.

"Benci gue sama lu Bert."

Hancur. Semua hidupnya telah hancur. Sebentar lagi hidupnya akan sempurna. Lalu kenapa sekarang seperti ini? Kenapa semesta tak berpihak pada pria itu?

***

"Aquilla mau pindah sekolah Dad,"

Dandy mengernyit mendengar ucapan putrinya. Ia tak salah dengar kan?

"Iya?"

"Aquilla mau pergi dari sini." Aquilla menunduk. Menyembunyikan wajahnya yang tampak pucat.

Dandy duduk di pinggir ranjang Aquilla. Tangannya mengelus puncak kepala putrinya dengan sayang. "Kenapa sayang?"

"Aquilla gak sanggup disini terus. Aquilla gak bisa Dad,"

Aquilla memainkan kuku jarinya dengan gelisah. Entahlah. Gadis itu hanya belum bisa menerima semua ini.

"Aquilla gak mau disini?"

Aquilla mendongak. Menatap ayahnya dengan mata berkaca-kaca. Dan gadis itu dengan mantap menggelengkan kepalanya.

"Jangan nangis dong. Iya Daddy akan ikut kemanapun Aquilla pergi. Jadi Aquilla ingin kemana?" Dandy menangkup wajah sang putri.

"Perancis." Aquilla bergumam lirih.

"Lalu?"

"Aquilla mau menekuni bidang fashion." Gadis itu mengutarakan niatnya.

"Beri Daddy waktu 1 minggu. Dan kita akan pindah ke Perancis."

Aquilla memeluk ayahnya dengan hangat. Bergumam lirih di dekapan sang ayah. "Terimakasih Daddy."

"Segalanya untuk putri Daddy."







Mini part yang super mini ini😫
Beribu maaf ya:(
Part selanjutnya bakal muasin kok hehe:)

[TMS #1] AQUILLA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang