Part 1

10.5K 464 20
                                    

2 years later.

Sebenarnya hari itu Zayn tidak benar-benar berniat untuk datang, tetapi berhubung ini adalah pernikahan kakak iparnya dengan salah seorang teman baik istrinya (setidaknya, begitulah Zayn ingin tetap memanggil Katya), Zayn memutuskan untuk datang.

Baby sitter Alaska sudah memandikan Alaska dan memakaikan dress berwarna hijau tosca untuk Alaska yang dibelikan Cassie entah dimana. Zayn sendiri sudah siap dengan kemeja putih, tuxedo hitam, dan dasi biru dongker.

Hari itu tanggal 25 April. Sudah dua setengah tahun Zayn kehilangan Katya dari hidupnya, dan ia masih tidak tahu apa yang harus dilakukannya.

Zayn mengalami saat-saat terburuknya di tahun pertama. Saat itu Zayn benar-benar membenci hidupnya. Ia membenci takdir, membenci Katya yang memutuskan untuk meninggalkannya, dan membenci semuanya.

Permainannya menurun. Zayn sering ditegur oleh Jose Mourinho karena sering bolos latihan hanya karena ia ingin datang ke pub. Travis-teman bartendernya-sekalipun sudah berkali-kali mengusirnya dan berkata ia harus keluar dan memperbaiki dirinya.

Tetapi, apa yang harus diperbaiki? Toh, Zayn sudah hancur menjadi ribuan keping saat Katya pergi dari hidupnya. Ia takkan bisa memperbaiki apa-apa.

Disaat Zayn sedang berada di titik terendah dalam hidupnya, ia bersyukur ia masih memiliki teman-teman dekat yang mendukungnya. Ibu Zayn selalu ada di sisinya. Teman-temannya selalu menghiburrnya dan memberinya motivasi.

Zayn sangat bersyukur Jose Mourinho tidak memutuskan untuk meminjamkan Zayn ke klub lain, tetapi pria itu malah mempertahankannya dan menyuntikkan semangat kepadanya. Zayn bersyukur Jose Mourinho masih mengerti dengan keadaannya.

Setelah dua setengah tahun berlalu, Zayn sudah berhasil menerima kenyataan kalau Katya memang sudah tidak ada, dan tidak ada hal yang bisa membuat Katya menjadi ada kembali. Zayn sudah berdamai dengan takdir kalau ia sudah kehilangan Katya.

Memang sulit. Tapi, itulah hidup.

Zayn sedang asyik merokok di halaman belakangnya ketika tiba-tiba si baby sitter berdiri di sebelahnya sembari menggendong Alaska yang sudah memakai dress. Dari jarak yang tak seberapa, Zayn dapat mencium wangi minyak serta bedak bayi.

Alaska tampak sangat cantik menurut Zayn. Sangat mirip dengan Katya seolah-olah Alaska ini adalah manifestasi dari Katya atau apa.

Cepat-cepat Zayn mematikan rokoknya, lalu berdiri untuk mengambil Alaska dari gendongan si baby sitter.

"Terima kasih," gumam Zayn datar. "Kau boleh pulang. Datang saja lagi besok pagi karena aku ada sesi latihan jam 8."

Marie-si baby sitter yang usianya paling-paling baru 20 tahunan-mengangguk. Cewek itu sesegera mungkin langsung menyingkir dari hadapan Zayn seolah Zayn bakal menerkamnya kalau ia masih berani berdiri disana.

"Alaska terlihat cantik," kata Zayn lembut. Ia menurunkan Alaska dari gendongannya, membiarkan Alaska yang sudah bisa berjalan dan berbicara berdiri sendiri. "Kita berangkat sekarang, ya?"

Alaska mengangguk.

Zayn menggenggam tangan Alaska yang jauh lebih kecil dibandingkan dengan tangannya sendiri, lalu berjalan menyesuaikan langkahnya dengan langkah kecil Alaska ke dalam mobil.

***

Saat Zayn sampai, rumah Cassie sudah ramai.

Zayn dapat melihat banyak sekali tentara angkatan udara-mungkin ada komandannya juga-yang memenuhi kursi untuk hadirin. Di altar, ada seorang pendeta yang mengenakan jubah hitam panjang dan mengalungkan salib dari kayu berwarna cokelat.

For him, She was.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang