Part 5

524 49 5
                                    

Selesai makan malam, Taeyeon langsung mengantar Jessica ke rumah sebelum hari semakin larut. Di tengah perjalanan, tiba-tiba Jessica meminta Taeyeon untuk menepi secara mendadak dan hal itu membuat Taeyeon terkejut.

" Ada apa ? "

Tak menjawab pertanyaan Taeyeon, Jessica langsung keluar dari mobil dan Ia merasakan mual yang sangat hebat. Tubuhnya berkeringat dan wajahnya pucat. Taeyeon terlihat panik dan Ia langsung membawakan air minum untuk Jessica.

" Aku akan membawamu ke rumah sakit. "

" Tidak perlu, Tae. Aku hanya perlu istirahat di rumah. "

" Wajahmu sangat pucat. "

" Bawa saja aku kembali ke rumah, aku hanya perlu tidur. "

Taeyeon menyeka keringat di sekitar wajah Jessica dan Ia mengikuti apa yang diinginkan kekasihnya itu. Dengan segera Taeyeon mengantarkan Jessica kembali ke rumah, namun saat sampai di rumah, Taeyeon melihat supir pribadi Jessica sedang berdiri bersama Mr Jung. Hati Taeyeon mulai tak tenang dan Ia menjadi gugup. Ia memberhentikan mobil dan keluar dari mobil untuk membukakan pintu.

" A-annyeonghaseyo, Mr Jung. "

" . . . . "

" Mianhae, aku membawa mobil Jessica. "

" Soo Yeon, masuk ke dalam. "

Jessica hanya terdiam di tempatnya dan Ia memperhatikan wajah Taeyeon.

" Soo Yeon... "

" Beristirahatlah. Kau butuh istirahat. "

Jessica meninggalkan rasa khawatir di wajahnya saat menatap Taeyeon, namun namja itu membalasnya dengan senyuman dan meyakinkan jika semuanya akan baik-baik saja. Asisten rumah Jessica datang dan membantu Jessica masuk ke dalam rumah. Kini hanya Taeyeon dan Mr Jung yang berada di depan rumah.

" Apa yang kau inginkan dari Jessica ? "

" Aku ingin meminta izin untuk menikahi Jessica. "

" Apa yang kau inginkan dari anak ku ? "

" A-aku ingin menikahinya. "

" Apa yang kau bisa berikan padanya ? "

" . . . . "

" Jika kau menginginkan apa yang kau katakan tadi, datanglah jika waktunya sudah tepat dan mulai saat ini, Jessica bisa menerima siapapun yang datang lebih dulu daripadamu. "

Lagi-lagi Mr Jung berhasil memukul Taeyeon dengan tangan kosong, Ia meninggalkan namja itu seorang diri di depan rumah dan menutup pintu rumahnya. Kepala yang semula tegak, kini mulai tertunduk perlahan. Taeyeon mengepal tangannya dan tubuhnya sudah bergetar. Namja itu menangis.

" Mulai saat ini, Jessica bisa menerima siapapun yang datang lebih dulu daripadamu. "

Dengan langkah yang tak menentu, namja itu kembali ke rumahnya. Ia membuka pintu rumahnya dan duduk di teras rumah sambil bersandar pada pilar rumah. Ia menatap lurus dan teringat semua kenangannya bersama Jessica. Ia mengeluarkan kartu nama milik Sooyoung yang tersimpan di dompet kecilnya dan memperhatikan kartu nama itu dengan baik.

" Kau tahu dimana aku berada. "

Berkali-kali Taeyeon memutarkan kartu nama itu dan Ia mulai berpikir untuk menghubungi Sooyoung.

" Penjualan barang itu menjadi topic yang hangat di Korea, bahkan di seluruh dunia. You will be rich in a minute. "

Taeyeon menghela nafasnya dan masuk ke rumah untuk menenangkan pikirannya.

- - - - - - - - - -

Beberapa hari kemudian, di pagi yang cerah, Jessica terdiam di depan rumah dan Ia memperhatikan jalan yang ada di seberang rumahnya, tempat dimana Taeyeon bisa menunggu. Ia tidak bisa berkomunikasi dengan namja itu dalam beberapa waktu belakangan. Ia tidak mengerti apa yang sudah terjadi, sementara ruang geraknya kini juga diawasi oleh ayahnya.

" Apa yang kau tunggu ? Kau bisa terlambat kuliah. "

Tanpa berbicara banyak hal, Jessica melangkahkan kakinya dan masuk ke mobil bersama ayahnya. Di dalam mobil, Mr Jung melihat Jessica melamun memperhatikan ke luar jendela. Tak sekali dua kali Ia melihat air mata Jessica lolos begitu saja, namun hal itu seolah tak menggerakan hatinya untuk membiarkan Jessica menemui Taeyeon.

Setibanya di kampus, Jessica masih membungkam mulutnya dan berjalan begitu saja menuju kelasnya. Mr Jung hanya ingin Jessica mendapatkan namja yang sepadan dan bisa menunjang segala keperluan anaknya itu. Ia mengambil ponselnya dan mencari kontak sahabat lamanya.

" Yeoboseyo, Mr. Kwon. "

- - - - - - - - - -

*door bell*

Bunyi itu selalu memecahkan keheningan di kepala ku dan di saat itu juga tak jarang aku mengharapkan yeoja itu datang, meskipun aku tahu kini sulit untuk tetap berada di dekatnya sementara jembatan untuk membuatnya bahagia sudah runtuh. Aku tidak menyerah, hanya saja aku sedang mempersiapkan segalanya untuk membuktikan jika aku bisa membuat yeoja itu bahagia dengan caraku.

" Jangan mengharapkan sesuatu yang tidak mungkin terjadi. "

Aku mengarahkan pandanganku ke asal suara itu dan aku mendapati sepupuku berada di meja pengambilan minuman.

" Akhirnya kau menyadari siapa dirimu untuk keluarga yeoja itu. "

" Ani, Hyo. Aku sudah menyadari hal itu sejak lama dan aku akan menunjukan pada keluarga itu siapa aku yang sebenarnya. "

" Dengan tidak mengetahui identitasmu sebagai bartender saja, mereka sudah menolakmu. "

" . . . . "

" Aku dengar kau bertemu dengan Sooyoung beberapa waktu yang lalu. "

" Ne. "

" Lalu ? "

" Dia menawarkanku untuk berbisnis dengannya. "

" Kau menolaknya ? "

" Aku tidak memberikan jawaban apapun. "

" Wae ? "

" Itu bukan duniaku. "

" Kau bukan dunia keluarga yeoja itu. "

Hyoyeon menatapku sambil memegang sedotan ditangannya.

" Cobalah bisnis itu. Tidak menutup kemungkinan kau mendapatkan bisnis lain saat melakukan hal itu. "

" Itu hanya akan mempersulit. "

" Berikan aku pulpen mu. "

Aku melihat sepupuku menuliskan sesuatu di tisu dan memberikannya pada ku.

" Tidak ada polisi yang akan melacak dimana keberadaanmu, bahkan seluruh identitasmu akan dipalsukan saat kau masuk ke bisnis itu. "

" Aku tidak tahu. "

" 7 p.m Moonlight. "

Aku menarik tisu itu dan segera memasukannya ke dalam saku celana. Aku tidak ingin seseorang mencurigai kami, meskipun aku tahu Hyoyeon hanya seorang DJ di sana. Hyoyeon pergi meninggalkan cafe dan kini aku hanya bisa mengusap wajah ku

CommitmentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang