Mas Alvaro akhirnya pergi setelah diusir ibu. Aku menangis dipeluk beliau, hatiku terasa sesak dan air mata terus mengalir di pipiku.
"Teh, sudah...," suara lembut ibu berusaha menenangkanku. "Laki laki macam itu tidak pantas untuk ditangisi "
Namun, nasihat ibu tidak bisa kupatuhi. Air mata masih membasahi pelupuk mata ini.
Satu minggu tidak ada kabar, aku bukannya tenang malah semakin cemas. Kerinduan pada sosok Mas Alvaro masih ada, tapi kini bercampur luka dan juga amarah. Namun, di bandingkan itu semua, aku paling merindukan putraku Azka.
"Bunda!"
Aku yang sedang melipat baju terkejut. Suara Azka! Aku tidak mungkin salah dengarkan?
Berlari ke teras rumah, aku memang melihat Azka yang sedang digendong Mas Alvaro di depan rumahku. Wajah Mas Alvaro masih dingin, tak seperti dirinya yang dulu. Tapi ketika putra kami Azka meminta turun dari gendongannya, dapat kulihat sekilas bayangan sosok lembut Mas Alvaro dulu yang lembut dan mencintai keluarganya.
"Azka, sayang..." aku memeluk tubuh kecilnya. Akhirnya, aku bisa meluapkan kerinduanku selama ini. "Bunda rindu, nak...."
![](https://img.wattpad.com/cover/166148037-288-k226102.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Sang Mantan Istri [Tamat]
RomanceKau pernah membuatku merasa berharga, sebelum engkau hempaskanku bagai sampah. Aku percaya pada bahtera ini, percaya kita akan dapat melewati berbagai badai bersama. Tapi.... Di sini, di waktu itu kau malah meninggalkanku. Sendiri dengan pikiran ya...