"Azka, nenek kangen!" Ibu lansung mengangkat Azka dari gendonganku lalu mencium kedua pipinya. "Siapa yang mengantar Azka tadi, teh?"
"... Mas Alvaro, bu." Aku agak sedikit berhati-hati menyebut nama Mas Alvaro di hadapan Ibu, karena sejak kejadian dua minggu lalu saat Mas Alvaro berteriak ingin tetap menceraikanku, Ibu yang biasa lembut menjadi marah besar. Dan keluarga besarku pun juga sama.
"Tadi si Alvaro itu mukanya nyebelin banget, pingin banget aku tampol, Bi!" Sofia yang mengikutiku masuk ke dalam bersungut lalu menjembel pipi Azka. "Kok, rasanya anak kamu tambah kurusan ya, Rah?"
Aku yang melihat Azka tidak bisa tidak setuju dengan pernyataan Sofia. Rasanya bobot tubuh Azka memang berkurang. Padahal sebelumnya pun tubuh Azka sudah sangat kecil bila dibandingkan dengan anak seumurannya yang lain. Kata orang mungkin tubuh kecil Azka itu menurun dari genku dan dan keluarga dari pihak Ayahku. Tapi Ayahku bilang nanti kalau Azka tumbuh dewasa pasti semua normal, jadi sebelumnya aku tidak terlalu khawatir. Namun, melihat tubuh Azka semakin mengecil kini mulai membuatku khawatir. "Azka, sakit?" tanyaku lembut.
Kepala kecil Azka menggeleng. "Kata Mama cantik Azka sehat."
Aku, Sofia dan Ibu saling bertukar pandang bingung.
"Mama cantik..., itu siapa sayang?" Jantungku berdebar, merasakan sebuah firasat buruk.
"Mama cantik, Mama baru Azka kata Abi, Bunda," jawab Azka dengan polosnya.
Tubuhku bergetar dan satu suara terakhir yang kudengar adalah teriakan panik Sofia dan Ibu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sang Mantan Istri [Tamat]
RomanceKau pernah membuatku merasa berharga, sebelum engkau hempaskanku bagai sampah. Aku percaya pada bahtera ini, percaya kita akan dapat melewati berbagai badai bersama. Tapi.... Di sini, di waktu itu kau malah meninggalkanku. Sendiri dengan pikiran ya...