Kenyamanan tidur Chaeyeon terganggu oleh kegaduhan suara air hujan yang turun di atap kamarnya. Itu berarti, Chaeyeon harus segera bangun dari tidur delapan jamnya. Ia mencoba menggerakkan tubuhnya yang sedikit kedinginan itu.
"Hoammm."
Direntangkan kedua tangannya dan ditaruh kedua telapak kakinya di atas lantai setelah itu Chaeyeon langsung melangkahkan kakinya menuju jendela kamar. Sebenarnya ia ingin sekali membuka jendela kamar, tapi ia urungkan niatnya, karena takut hawa dingin masuk ke dalam kamarnya.
Matanya mulai terfokus pada sebuah pohon tinggi dan rindang. Ya, dia sedang menikmati drama hujan pagi ini.
Chaeyeon mengangkat sedikit kepala dan mulai terhanyut oleh hujan secara audio visual. Senyumnya mengembang sebagai rasa syukur bahwa Tuhan masih memberikan keindahan ini.
"Pagi yang indah," lirihnya sambil tersenyum.
Jung Chaeyeon adalah nama yang diberikan oleh orangtuanya. Ia anak satu-satunya. Mungkin itulah yang membentuk karakternya menjadi anak yang sedikit manja. Namun kemanjaannya itu tidak pernah ia perlihatkan di depan ibunya yang bekerja keras sendiri untuk memenuhi kebutuhan. Alasannya, karena tak ingin merepotkan ibunya.
Sifat asli manjanya sendiri bisa terlihat dari bagaimana cara dia berbicara. Suaranya terdengar lembut manja. Raut wajahnya seperti memelas saat berbicara. Ditambah gerakan lemah lembut tubuhnya. Menggemaskan.
Chaeyeon tak perlu menjadi gadis cantik yang sudah mainstream. Ia sudah sangat percaya diri dengan rambut panjang terurai, kulit berwarnah putih, bibir tipis, mata sedikit sipit namun indah, dan tinggi badan yang tak lebih dari 170 sentimeter.
Hujan perlahan membawanya kedalam ingatan yang indah. Terlintas sosok wajah seorang pria yang akhir-akhir ini kerap muncul dalam ingatan bahkan mimpinya. Khas yang tergambar pada pria ini adalah lesung di pipinya yang sangat manis dan rona merah di bibirnya. Kulitnya putih bersih dan perawakannya tinggi tegap sehingga menambah kesempurnaan dirinya.
Sayang sekali Chaeyeon belum mengetahui nama dari pria itu. Cuma sekilas saja ia temui. Tepat satu minggu yang lalu saat upacara bendera berlangsung. Ketika itu, Chaeyeon berada pada barisan paling depan, memerhatikan murid-murid yang berdiri di belakang tiang bendera. Murid-murid itu berdiri di sana karena tidak memakai atribut lengkap dan telat masuk.
Di antara murid-murid yang sedang berdiri di sana, Chaeyeon memerhatikan seorang pria berwajah manis tidak mengenakan topi sekolah. Pria itu sangat asing bagi Chaeyeon waktu itu. Aneh, semakin dalam menatap semakin bergetar hatinya. Ia tak tahu apa yang ia rasa. Sejak saat itu, wajah dan perawakan pria itu selalu menempel di dalam pikirannya. Hingga ke dalam mimpi bahkan berkali-kali.
Cukup lama ia melamunkan sosok pria yang sering melanda pikirannya. Setelah itu ia segera mengarahkan pandangan ke arah jam dinding kamar. Tidak terasa sudah pukul enam lewat lima belas menit. Saatnya bergegas menyiapkan diri untuk berangkat ke sekolah.
Dengan sigap, Chaeyeon pergi menuju pintu kamar untuk mengambil handuk yang tergantung di belakang pintu. Dituruninya tangga rumah satu per satu karena kamar mandi terletak tak jauh dari dapur. Untuk mencapainya, ia harus melewati dapur terlebih dahulu.
Seperti biasa di dapur Chaeyeon selalu melihat ibunya membuatkan sarapan. Wajah ibunya tak jauh dengan wajahnya. Potongan rambutnya pendek sehingga membuatnya terlihat lebih muda. Hari ini, ia mengenakan dress warna ungu dengan paduan lipstik merah natural di bibirnya.
"Pagi ma! Lagi buat nasi goreng sosis kesukaanku ya?" sapa Chaeyeon sambil menggandeng tangan kiri ibunya.
"Pagi anak cantiknya mama, yang kalo malem jadi putri. Tapi siangnya berubah jadi singa." sambut ibunya dengan candaan.
"Ih mama mah gituu." Raut wajah Chaeyeon cemberut manja.
"Udah sana, kamu mandi dulu! Nanti telat lagi."
"Iya" jawab Chaeyeon sambil melangkahkan kaki menuju kamar mandi.
Chaeyeon hanya hidup berdua dengan ibunya, tanpa ada sosok pria kuat yang jadi pendamping keluarganya. Ayahnya, Jung Il Woo, sudah tiada. Ia mengalami kecelakaan ketika pulang dari kantor. Usia Chaeyeon kurang lebih satu tahun ketika itu. Sungguh ironis.
Dari kecil hingga besar,ibunyalah yang membiayai semua kebutuhan keluarga. Semuanya dia berikan untuk Chaeyeon, tanpa terkecuali. Chaeyeon tidak tau berapa peluh yang telah keluar dari setiap pori-pori kulit ibunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hurt. [ Jaehyun X Chaeyeon]
Fanfiction[COMPLETED] "Tubuh ini akan musnah pada waktunya. Apa pun yang terlihat oleh mata, akan tiada. Tapi tidak dengan cinta. Cinta tidak bisa dilihat, cukup dirasakan. Jadi, kalau sekarang kamu menangis, berarti kamu mencintai fisikku. Kalau kamu mencint...