Matahari sudah hampir terbenam. Chaeyeon masih saja duduk di balkon lantai dua rumahnya. Sambil mengetuk-ngetuk meja yang ada di hadapannya, Chaeyeon melamun memikirkan Jaehyun.
Chaeyeon menjamah ponsel yang berada di atas meja. Resah menunggu ponsel yang tak kunjung berbunyi. Jaehyun berjanji akan menjemputnya sore ini untuk mengajaknya jalan-jalan.
"Ternyata semua cowok sama aja ya? Mereka senang bikin perempuan jatuh terus abis itu di tinggal gitu aja." Kata Chaeyeon berbicara pelan.
Matanya menatap ke halaman parkir di bawah. Masih belum juga terlihat batang hidung Jaehyun. Tanpa terasa matanya mengeluarkan air mata yang semakin lama semakin mengalir deras.
Senja kini berganti malam. Chaeyeon melangkah lesu menuju jendela, bermaksud ingin menutup gorden jendela kamar saat itu, Chaeyeon menyempatkan menengok keadaan di luar. Masih tidak ada tanda-tanda kedatangan Jaehyun.
Pada saat yang bersamaan, terdengar keras suara mama dari lantai bawah. Chaeyeon masih memasang wajah kusut dan mata yang sedikit bengkak , datang menghampiri mamahnya.
"Chae, barusan mama tengok dari kamar mama. Kayaknya di depan pagar ada cowok yang lagi pegang sepedanya."
"Hah masa sih ma? Perasaan barusan di atas Chaeyeon liat keluar gaada siapa-siapa. Ohh, mungkin itu Taeyong ma."
"Tumben banget itu anak dateng tapi nggak ngabarin dulu."
"Ma, suruh masuk aja Taeyongnya. Chaeyeon mau ambil hp dulu di atas."
Chaeyeon melangkah menuju jendela kamar di lantai atas untuk memastikan apakah Taeyong sudah masuk ke dalam rumahnya atau belum.
"SRET!" suara gorden di buka. Chaeyeon lihat tak ada seorang pun di luar. "Mungkin Taeyong udah masuk ke dalem." katanya dalam hati.
Chaeyeon pun melangkah menuju pagar pembatas balkon dan menengok ke bawah.
"Sepeda baru? Jangan-jangan Taeyong ke sini cuma buat pamer sepeda barunya?"
Chaeyeon akhirnya turun sambil sedikit membersihkan sisa air matanya.
Sampai di lantai bawah, Chaeyeon langsung melangkah menuju ruang tamu. Ia terkejut saat itu juga. Ya, Jaehyun ada di hadapannya. Ia sedang bercengkrama dengan ibu Chaeyeon. Chaeyeon setengah kaget dan senang. Ia menyesal karena beberapa saat lalu sempat kecewa terhadap Jaehyun.
"Chae, ini sahabat cowok kamu yang baru ya? Kok mama baru lihat?"
Chaeyeon merespon pertanyaan mama dengan senyuman, begitupun dengan Jaehyun.
"Kok diem aja? Yaudah kalo gitu mama buatin minum dulu ya."
Sepeninggalnya mama Chaeyeon, Jaehyun membuka percakapan.
"Chae, maaf ya baru sampai ke sini malam begini." ucap Jaehyun dengan suara beratnya.
"Iya nggak papa kok Jae, kalo emang nggak bisa dateng juga nggak papa." ucap Chaeyeon berbohong. Padahal tadi dia sempat menangis karena Jaehyun tak kunjung datang kerumahnya.
"Nggak Chae jadi gini, tadi waktu di jalan mau kerumah kamu ban sepeda aku bocor. Aku cari di sekitar jalan tapi nggak ada tukang tambal ban. Jadi aku memutuskan buat tetap kesini dengan mendorong sepedaku."
"Apa? Jadi?" Chaeyeon tercenggang mendengar penjelasan Jaehyun.
"Iya Chae, tapi nggak papa kok demi kamu. Oh iya, tadi aku sempet salah nemuin rumah kamu. Hehe."
"Kok bisa Jae?"
"Kan waktu sampai perumahan ini, waktu udah petang. Nah, gelapnya itu bikin aku jadi salah lihat angkanya Chae."
"Hah? Maksudnya?"
"Iya, di ujung gang sana ada rumah dan karena aku sedikit kecapean angka delapan puluh di rumah itu aku lihatnya angka tiga puluh."
"Hahaha, serius Jae?"
"Iyaa, aku panggil-panggil nama kamu tapi yang keluar malah om-om, terus dia tanya cari siapa? Aku jawab, cari Chaeyeon om. Dia bilang di rumah itu nggak ada yang namanya Chaeyeon."
"Yah aku kan bingung, terus aku tegasin sama om-om itu, ini rumah nomor tiga puluh kan om?"
"Kepala om-om itu geleng-geleng sambil nunjuk papan nomor rumahnya. Waktu aku lihat lagi ternyata nomornya delapan puluh, hahaha malu banget Chae."
"Hahaha." Chaeyeon tertawa gemas mendengar penjelasan Jaehyun.
"Aku minta maaf ya, nggak jadi ajak kamu jalan-jalan."
"Iya nggak papa Jae, kita bisa jalan-jalan lain waktu" balas Chaeyeon dengan senyuman.
"Kita ke depan yuk Chae?"
Mereka berdua melangkah menuju teras rumah Chaeyeon. Disana, Jaehyun kembali membuka percakapan.
"Chae, coba lihat ke atas. Langitnya kurang indah ya?"
"Hemm, indah kok Jae. Banyak bintang. Ya kalo menurut kamu langitnya kurang indah mungkin karena bulannya masih belum berbentuk sempurna."
"Nggak Chae, langitnya kurang indah karena bintangnya kurang satu."
"Maksudnya?" Chaeyeon menengok ke arah Jaehyun.
"Iya, bintangnya kurang satu. Soalnya satu bintangnya lagi ada di samping aku." Jaehyun memberikan gombalan yang semakin membuat Chaeyeon tersipu.
"Hahaha, apaan sih Jae. Dasar gombal!" kata Chaeyeon sambil memberanikan diri mencubit lengan Jaehyun.
Tawa mereka memecah peredaran langit. Canda gurau mereka membuat rembulan cemburu. Awal yang begitu indah. Begitu cepatnya dewi cinta mengeratkan cinta mereka berdua.
Ada maksud lain kah dibalik semua ini?Next?
![](https://img.wattpad.com/cover/199607054-288-k752182.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Hurt. [ Jaehyun X Chaeyeon]
Fanfiction[COMPLETED] "Tubuh ini akan musnah pada waktunya. Apa pun yang terlihat oleh mata, akan tiada. Tapi tidak dengan cinta. Cinta tidak bisa dilihat, cukup dirasakan. Jadi, kalau sekarang kamu menangis, berarti kamu mencintai fisikku. Kalau kamu mencint...