3 - Sebuah Getaran

1K 65 3
                                    

Jam menunjukan pukul sembilan lewat dua puluh. Sepuluh menit lagi bel istirahat akan berbunyi. Di dalam kelas mata Chaeyeon mulai mengantuk mendengar lamat - lamat suara Pak Jongin, guru Seni Budayanya.

Ternyata tak hanya Chaeyeon, beberapa penghuni kelas memperlihatkan raut wajah yang sama. Udara yang dingin memanggil setengah jiwa murid-murid di kelas untuk tidur.

Chaeyeon menguap sambil mengetuk-ngetuk meja dengan jari telunjuk. Memainkan pulpen dan mencoret buku bagian belakang. Pagi ini, pikiran Chaeyeon tidak fokus mencerna apa yang Pak Jongin sampaikan. Dingin, ngantuk, dan lapar. Hanya itu yang dia rasakan.

Terhitung beberapa kali dirinya menengok ke belakang, ke arah jam dinding kelas. Chaeyeon tidak sabar ingin mendengar bel istirahat berbunyi. Semakin ditunggu, semakin terasa lama.
Chaeyeon melirik dan berbisik ke arah Taeyong.

"Yong, dingin banget ya?"

"Yaelah chae masih pagi udah ngode aja," jawab Taeyong tanpa menolehkan kepalanya.

"Maksudnya?"

"Kalo minta peluk jangan sekarang, nanti aja kalo udah istirahat." Taeyong tetap tidak mengalihkan pandangannya dari Pak Jongin.

"Ih apaan sih lo, dasar modus!"

"Sttttt, berisik ah."

Kali ini dia menoleh beberapa detik ke arah Chaeyeon sambil sedikit memperhatikanya. Chaeyeon cemberut sambil menundukan kepala. Di genggam pulpennya erat-erat dan jemarinya mulai menggambar abstrak di buku bagian belakang. Belum ada satu menit, ia kelelahan sendiri.

Di antara gambar-gambar abstrak itu, Chaeyeon menulis sebuah kalimat yang tertulis jelas.

Cowok manis semoga kita jodoh ya!

Pak Jongin duduk. Akhirnya Taeyong pun melepaskan pandangannya. Helaan napas Taeyong terdengar seksi. Matanya sekarang melirik Chaeyeon. Penasaran, dia menoleh ke arah Chaeyeon dan menyenggol lengannya.

"Hayo, lagi apa?"

"Ih kebiasaan banget, gabisa diem!"

"Cie kok muka lu kaya ketakutan gitu sih? Nulis apaan tuh tadi?"

"Nggak, gaada apa-apa!" Kata Chaeyeon sambil menutup buku dan memasukkannya ke dalam tas.

Taeyong menaikan alis dan memajukan bibir bawahnya melihat tingkah Chaeyeon yang sedikit mencurigakan.

                              ***

Pukul sembilan lewat tiga puluh.

Teet-teet-teet, tiga kali bel sekolah berbunyi terdengar di setiap sudut sekolah. Pak Jongin pun bergegas membereskan buku-buku yang berada di meja dan meninggalkan kelas.

"Akhirnya bel jugaa, huhh." Chaeyeon menghela napas lega karena telah terbebas dari pelajaran Pak Jongin.

Bel istirahat ini benar-benar mengembalikan setengah jiwa yang melayang. Sejenak kembali menenangkan pikiran. Ini adalah waktu untuk menghilangkan rasa ngantuk, lemas, dan lapar yang mendera murid-murid sekolah.

Hujan telah berlalu, awan kelabu mulai menipis, menyisakan bulir-bulir air di atap sekolah. Chaeyeon dan Taeyong membereskan buku Seni Budaya dan menaruhnya ke dalam tas. Perut Chaeyeon sudah keroncongan sejak tadi, bayangan soto ayam Bu Sri di kantin melintas di pikirannya.

"Yong, tadi lu minta di traktir makan kan? Yuk ikut gua ke kantin!"

"Nah ini baru sahabat gua hahaha."

Taeyong menatap lembut ke arah Chaeyeon. Lamat-lamat tatapan Taeyong semakin menjadi. Rasa curiga mulai menyelimuti pikiran Chaeyeon. Sudah menjadi kebiasaan Taeyong apabila menatap, pasti akan ada hal yang dilakukannya.

"Chae, tadi lu bilang kedinginan kan?"

"Iya. Dingin banget, emang lu ga kedinginan?"

Taeyong menggantung percakapan. Bibirnya menampilkan smirk, Taeyong mengangkat kedua telapak tangannya kemudian tangan kanan dan kiri ia satukan, lalu ia gesek selama beberapa detik. Chaeyeon hanya diam sambil memandangnya.

Tiba-tiba Taeyong berhenti menggesekan kedua tangannya lalu ditempelkan ke pipi Chaeyeon. Chaeyeon mematung, menikmati kehangatan tangan Taeyong.

Waktu terasa berhenti sesaat, seperti jam dinding yang kehilangan batu baterainya. Suasana mendadak sunyi. Rasanya seperti hanya ada Chaeyeon dan Taeyong saja disini. Untuk beberapa detik, Chaeyeon membiarkan telapak tangan Taeyong hinggap di pipinya.

"Astaga Chaeyon sadar woi sadar!" katanya dalam hati.

Taeyong kerap berbuat manis ada tujuan yang jelas. Ia sangat pandai membuat perempuan tertarik padanya. Seolah memberi harapan, padahal tidak.

Tiap kali ditanya Taeyong selalu menjawab dengan santai. "Perempuan itu harus di perlakukan dengan manis."

Taeyong benar, mungkin perasaan perempuan saja yang salah mengartikan sikap manisnya. Chaeyeon sempat takluk pada sikap manis Taeyong. Namun ia sadar, kalau perlakuan manis Taeyong berlaku untuk semua perempuan yang dekat dengannya. Itulah yang membuat Chaeyeon mundur. Chaeyeon tidak ingin terperangkap cinta yang rumit dan tidak jelas. Taeyong tetap sahabatnya meskipun terkadang perasaannya kepada Taeyong masih sering muncul, namun Chaeyeon coba membuang jauh-jauh perasaannya.

Taeyong melepaskan tangannya dari pipi Chaeyeon. "Gimana Chae? Udah anget belom?"

"Emm, lumayan lah tapi tetep aja dingin." jawab Chaeyeon dengan raut wajah tersipu.

"Jadi beneran lu minta gua peluk?"

Chaeyeon hanya diam, tidak merespon pertanyaan Taeyong.

"Hahaha kelamaan lu mikirnya Chae." Jemari Taeyong menjamah isi tas nya, mencoba mengeluarkan sesuatu.

"Nih, pake jaket gua aja."

"Hah? Kenapa nggak lu aja yang pake? Inikan jaket lu, emang lu ga kedinginan?"

"Santai, kalo gua kedinginan muka gua makin ganteng Chae. Cool-cool gimana gitu."

"Iya deh terserah lu, btw makasih jaketnya."

Chaeyeon memakai jaket pemberian Taeyong. Tercium kuat wangi parfum Taeyong yang khas, wangi beraroma coklat yang menyegarkan. Setelah itu Chaeyeon dan Taeyong berjalan menuruni anak tangga ke arah kantin sekolah.

Itulah Taeyong, selalu bersikap manis kepada siapapun. Kenal ataupun tidak. Wajar saja bila dia mendapat gelar sebagai "pria terpopuler". Tidak ada perempuan di sekolah ini yang tidak mengenalnya.

Persahabatan antara Chaeyeon dan Taeyong sering kali membuat cemburu para penggemar Taeyong. Mereka berharap bisa seperti Chaeyeon yang selalu berada di dekat Taeyong kapan pun itu.

Hurt. [ Jaehyun X Chaeyeon]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang