13

14.5K 1.5K 132
                                    

Chapter.13
__________



Jimin tengah duduk di taman samping rumah menikmati sinar matahari pagi seraya bersenandung pelan dengan tangan diletakkan di atas perutnya yang masih rata. Sekarang ia lebih menata kegiatan kesehariannya. Tentu saja demi calon bayinya. Dimulai dari memotong jam kerjanya menjadi setengah hari saja meski harus membuat banyak alasan agar Hoseok berhenti bertanya mengapa. Ia belum ingin melepaskan pekerjaan itu. Masih merasa mampu melakukannya sebelum kehamilannya semakin membesar seiring berjalannya waktu.

Matanya yang semula terpejam, terbuka ketika mendengar suara di dekatnya.

"Jungkook..." Ia bergumam pelan. Sedikit terkejut oleh kedatangan pria itu.

Setelah insiden kecil memalukan yang ia lakukan, Jimin mendapati dirinya menjadi sering salah tingkah dan tersipu setiap kali berada di dekatnya. Ia juga selalu menghindari tatapan Jungkook karena merasa seolah-olah pria itu dapat melihat jelas ke dalam dirinya.

Sungguh ia berharap Jungkook tidak mengetahui keadaannya waktu itu meskipun sedikit banyak Jungkook pasti menyadari ada yang salah.

Sangat memalukan ia terangsang hanya karena mengingat apa yang pernah mereka lakukan. Sebagian dari dirinya mengatakan itu hanyalah kesalahan di pihaknya. Itu tidak akan terjadi jika bukan obat sialan yang dipaksakan padanya. Namun sebagian dirinya yang lain justru merindukannya. Terlebih semenjak ia mengetahui keberadaan yang mulai mengisi perutnya. Perasaan ingin selalu dekat dengan Jungkook menjadi tak tertahankan.

Apa hormon ibu hamil selalu seperti ini ataukah ini perasaan bayinya yang ingin dekat dengan ayahnya?

Jimin tidak mengerti namun ia mulai memiliki keinginan untuk bersama Jungkook sepanjang waktu.

"Selamat pagi," sapanya, yang hanya dibalas anggukan singkat. Ia tidak mengomentari kurangnya jawaban karena sudah hafal benar dengan sikap pria itu.

"Waktunya sarapan," ucap Jungkook.

"Oh, baiklah. Aku akan masuk sebentar lagi." Jimin telah berpikir Jungkook akan berbalik masuk namun pria itu masih diam di tempatnya, terlihat seperti hendak mengatakan sesuatu yang lain. Jadi ia menunggu meskipun tidak menoleh lagi ke arahnya.

"Seokjin hyung bilang kau tidak masuk bekerja hari ini dan akan pergi ke rumah keluargamu."

Jimin mengangguk membenarkan. "Appa memintaku untuk datang karena ada sesuatu yang ingin dia bicarakan."

"Apa itu?"

"Hm?" Jimin menatapnya dengan bingung.

"Apa yang ingin dibicarakan?" Jungkook tidak bisa menahan rasa penasarannya karena masih mengingat jelas bahwa tuan Park tidak pernah menghubungi Jimin setelah pernikahan mereka, seakan tidak lagi peduli bagaimana keadaan putranya sendiri.

"Aku tidak tahu." Jimin beralih menatap pangkuannya. Ini pertama kalinya sang appa menghubunginya lagi dan ia juga bertanya-tanya apa yang ingin dibicarakan dengannya. Bukankah semua permasalahan sudah selesai?

"Apa kau benar-benar harus pergi ke sana?" tanya Jungkook tak yakin.

Jimin mengangguk. "Mungkin saja memang ada hal penting yang ingin appa bicarakan denganku."

"Ingin aku temani?"

Jelas ia sama sekali tidak siap oleh pertanyaan itu.

"Kau ingin menemani ku bertemu appa?" tanyanya seolah perkataan Jungkook kurang jelas di telinganya.

"Jika kau tidak keberatan aku ikut," ucap Jungkook.

"Tentu saja tidak, aku sama sekali tidak keberatan!" Melihat pria di depannya tersentak pelan, Jimin langsung menyadari dirinya tidak sengaja berteriak dan oh… apa baru saja ia terlihat sangat antusias?

Our Destiny ∥ KM ✓ [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang