-', O N E

8K 306 11
                                    

Lelaki itu membuka balutan selimutnya, dengan tendangan kaki yang membuat selimut tebal itu jatuh ke bawah lantai. Perlahan ia membuka matanya dan melihat sekeliling sambil berdecak.

Matahari sudah menyemangatinya untuk terbangun pagi ini, ia mengusap wajahnya dengan kasar dengan kesadaran yang belum sepenuhnya datang.

Drrtt drrtt...

Ia yang awalnya akan menutup matanya kembali sedikit tersentak saat mendengar getaran ponsel di sisi mejanya. Jari panjang dan kekarnya meraba ke meja lalu melihat layar yang berkedip. Matanya masih menatap dengan buram, namun satu deret huruf di ponselnya membuat pandangannya langsung jelas.

Lyla.

Sontak ia langsung mengangkat
telepon tersebut.
"Y-ya ya, halo?" jawabnya berdiri dan
langsung membereskan tempat
tidurnya. Ia berlari keluar kamar dan
turun ke lantai bawah untuk
mengambil handuknya di halaman belakang.

"Ivan! Kamu dimana? Nanti kamu
telat! Cepet dateng!"

Ia--Ivan-- langsung menyambar
handuk dengan tangannya yang kekar
dan berlari secepat kilat naik ke lantai
atas. Ia membuka pintu kamar mandi
dengan kasar dan langsung
mematikan teleponnya.

"Go, ivan. Come on." batinnya mandi
dengan terburu-buru. Ia membasuh
seluruh tubuhnya lalu memakai
shampo juga sabun secepat mungkin.
Kebiasaannya, kesiangan.

Ia berlari keluar kamar mandi dan
langsung bersiap. Ia merapihkan
rambutnya dan memakai parfum. Ia
mengambil tasnya diatas kursi dan
langsung berlari keluar kamar.

Ivan, seorang mahasiswa kedokteran
dari salah satu universitas ternama di
kota. Hidup sendirian di rumah peninggalan orang tuanya dan diurus
oleh bibinya.

Kembali lagi ke situasi Ivan, ia
mengunci rumah dan langsung
berlari masuk ke dalam mobilnya. Ia
memundurkannya keluar dari
pekarangan rumah dan tancap gas
kearah kampusnya.

"Ayo cepet, cepet." batinnya sesekali
menoleh ke jam tangannya. Begitu
sampai, ia langsung keluar mobil dan
kembali berlari kearah kelasnya.

"3 menit lagi." batinnya panik lalu
mendobrak pintu kelas dengan kuat.
Nafasnya terengah-engah,
menandakan kepanikannya.
Ia menatap kelasnya yang masih
tenang. Belum ada dosen. Ia
tersenyum lega dan berjalan ke
tempat duduknya.

"Kamu kenapa terlambat? Kamu tau
kan mrs. Ellen kalau tau kamu terlambat?" tanya perempuan yang
mengusap lengannya. Lyla,
kekasihnya. Ivan menghela nafas.

"Semalam kerjain tugas mr. Gion.
Banyak banget, jadi aku begadang,"
senyum Ivan menatap Lyla hangat. Ia
menoleh kearah pintu yang terbuka,
dosennya telah datang. Ellena
Rizhard.

"Morning class." sapanya. Ivan
bersandar dikursinga lalu mencatat
bagian yang menurutnya penting dari
semua penjelasan Ellena. Beberapa
kali ia menggigit penanya karena
bosan dan letih mendengar ocehan
dosen perempuannya itu.

❏°༉⸙͎

Akhirnya, saat yang ia tunggu tiba.
Keluar kelas. Ia mengemas semua
barangnya diatas meja. Buku, catatan,
dan meletakkannya di dalam tas
ransel hitamnya.

"Ivan?"

Ia menoleh dan tersenyum, "kenapa,
hm?"

The Little GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang