-', TWO

4.8K 270 12
                                    

"Eng.." gumam gadis bertubuh mungil itu bangun dan menggeser selimut tebal itu dengan kasar. Ia mencoba untuk menggosok matanya, namun perih yang ia rasakan. Gadis mungil itu menguap lalu mencoba merentangkan tangannya.

"Kamar siapa ini?" gumamnya menelan ludah lalu menatap ke segala arah. Badan mungilnya bergetar, menandakan dirinya yang diselimuti rasa takut. Ia berdiri dan merasakan kakinya sangat lemas dan membuatnya jatuh terduduk ke lantai.

Tak lama, pintu kamar terbuka cukup kencang. Membuatnya meringkuk di lantai lalu langsung menutup telinganya rapat-rapat. Mayanya memejam, tubuhnya seketika berkeringat, dengan wajah yang memerah.

"Maaf, iya Cia salah, maaf!" teriaknya yang tak lama akhirnya menangis. Lelaki yang berdiri itu menatapnya bingung. Ia membungkuk, lalu mrngusap lengan gadis mungil itu dengan penuh perhatian. Membuat bulu kuduk gadis itu berdiri.

"Apa aku ada salah?" batin Ivan meringis. Ia mengusap kepala gadis mungil itu. Ia meletakkan tangannya dipunggungnya dan mulai mengangkatnya dengan hati-hati keatas kasur besar miliknya.

"Ciana, kamu kenapa?" tanya Ivan menatapnya dengan hangat dan menyelimutinya. Ciana, gadis itu mulai panik saat namanya disebut oleh Ivan. Ia bahkan menendangkan kaki mungilnya itu ke perut Ivan yang sebenarnya tidak akan terasa sakit untuk lelaki itu.

"W-who are you?!" teriaknya dengan wajah yang memerah. Ivan tersenyum dan tak menjawabnya. Ia bangun dan berjalan keluar kamar. Meninggalkan Ciana dengan sejuta pertanyaan di kepalanya.

Ia menoleh kearah jendela. Paginya diawali dengan keadaan langit yang menurunkan butiran-butiran air ke tanah. Hujan. Ciana beranjak dari kasur besar itu. Sialnya, kaki kanannya tersangkut di selimut dan kembali terjatuh di lantai karena kecerobohannya.

"Akh!" pekiknya menoleh kearah selimut dengan tatapan sebal. Ia merangkak kearah jendela dan menatap hujan di luar rumah besar itu. Ia tersenyum. Ia berusaha sebisa mungkin membuka jendela kamar Ivan dan mendorongnya kearah luar.

Ciana tersenyum lebar. Ia merasa lebih tenang dengan menghirup petrikor yang dihasilkan oleh hujan. Ia bertepuk tangan antusias lalu tertawa kecil.

Tanpa ia sadari, Ivan membuka pintu kamar dengan kakinya. Lelaki tampan itu membawakannya satu mangkuk sup hangat dan susu diatas nampan untuk mengisi perut mungilnya itu. Ivan tersenyum menatap kelakuannya dan meletakkan nampan tersebut diatas meja.

"Ciana sedang apa?" bisik Ivan berdiri di belakangnya dan kembali mengusap kepala Ciana.

Ciana menoleh dan membulatkan matanya. "N-no! Stay away!" teriaknya panik. Ia merangkak kearah dinding dan merasa tersudut. Ia menggelengkan kepalanya kuat dan selalu berteriak ketakutan.

Ivan menghela nafas dan kembali tersenyum. "Stay calm." gumam lelaki tampan itu kembali mengusap kepalanya. Ia berdiri dan beranjak keluar kamar lagi. Gadis itu menatap pintu kamar dengan penuh kecemasan.

Tak berselang lama, Ivan kembali dengan semangkuk stoberi segar di dalamnya. Ia duduk sedikit jauh dari Ciana. Ia kembali tersenyum dan mengangkat satu stoberi dengan jari-jarinya.

"Ini manis, Ciana mau?" tanya Ivan duduk mendekat ke Ciana yang tepojok dan memberikannya satu stoberi ke hadapan Ciana. Ia menahan tawanya menatap gadis imut didepannya meneguk ludah seakan-akan menahan dirinya untuk mengambil stoberi miliknya.

"Ambil." senyum Ivan meletakkan mangkuk didepan badan mungil itu. Ia kembali meninggalkannya di dalam kamar sendirian.

Ciana menatap mangkuk dihadapannya itu. Ia mencoba mengendusnya menggunakan hidung mungil miliknya.
"Ada racun ngga ya?" desisnya menatap semua stoberi itu dengan serius.

The Little GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang