Sudah hampir setengah hari Ivan berkutat di ruangan mewah itu bersama bibi dan Ciana. Ia menandatangani beberapa berkas sedari tadi dan bibinya menjelaskan sesuatu pada orang dengan jas hitam dihadapannya.
"Uh, daddy. Siapa dia?" tanya Ciana menunjuk kearah lelaki paruh baya itu.
Ivan menurunkan jari-jari mungil Ciana dan tersenyum.
"Monster."Ciana membulatkan matanya. Ia menatap lelaki tersebut dengan tajam dan menatap Ivan dengan tak percaya. Ia merunduk, menatap Ivan yang sibuk membaca satu berkas yang tak ia mengerti.
"I-iyakah, daddy?" ujarnya bingung. Ia menggoyangkan kakinya karena bosan dan bersandar disofa besar tersebut.
Tak lama, Ivan berdiri diikuti dengan bibinya dan tersenyum. Ia bersalaman dengan pak tua itu dan membuat Ciana mendongakkan kepalanya, bingung.
"Daddy, ada apa?" tanya gadis manis itu memainkan hoodie nya yang oversize.
"Ayo bangun." ucap Ivan menggendong Ciana dan mengusap kepalanya. Gadis cantik itu hanya mrngangguk menurut dan mencoba meraih tangan bibinya Ivan.
"Ivan sudah punya anak ya sekarang."
"Ppfftt." perkataan bibi Ivan, Sasa, membuat pak tua yang bernama Adderson itu tertawa.
Ivan menoleh dan menatap tajam Adderson agar tidak tertawa lagi, walaupun senyum masih mmterlihat jelas di wajah tampan Ivan.
"Daddy, ada apa?" desak Ciana menarik kerah kemeja Ivan.
"Pulang ya." jawab Ivan terkekeh dan berjalan keluar ruangan megah itu.
"Ivan, Ciana, bibi harus ke kantor dulu, ngga masalah kan?" ujar wanita paruh baya itu mengusap kepala Ciana lembut.
Ivan mengangguk. "Iya. Ivan cuna mau nganter Cia ke rumah dulu, nanti langsung ke kampus kok." jawab lelaki tinggi itu membenarkan posisi gendongannya.
"Bibi? Bibii! teriak Ciana antusias. Dahulu, bibinya bahkan tak pernah seramah ini.
"Iya sayang?" senyum Sasa mencubit pipi Ciana pelan. Ia terkekeh.
"Lucunua, lucunya." tawanya. Ia membenarkan pakaiannya dan tersenyum.
"Van, bibi pergi dulu ya. Hati-hati bawa mobilnya. Jangan buat dia muntah." oceh Sasa berjalan ke parkiran dan masuk ke mobil sedannya.
Ivan mengusap kepala Ciana dan mengecup keningnya sebelum mendudukkan Ciana di seat mobil.
Ia memasangkan seatbelt kepada Ciana dan menutup pintunya.
Ivan berlari kecil masuk ke dalam mobil dan duduk di seat pengemudi. menatap hangat Ciana yang merunduk.
"Kamu kenapa hm?" tanya Ivan mengecup pipi Ciana dan memakai seatbeltnya.
"Ngantuk."
❏°༉⸙͎
Akibat tidak bisa menahan rasa kantuk adalah, tidur. Ivan mengangkat badan Ciana dan kembali menggendongnya saat sampai di rumah megah mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Little Girl
Teen Fiction"Kamu itu, gemesin. Daddy ngga bisa gini terus, daddy bisa gila kalau kamu gemesin begini. Kamu harus janji, jangan pernah berhubungan sama laki-laki brengsek. Paham?" - Alexander Ivan Rowland. "Daddy, k...