-', TEN [2]

2K 168 7
                                    

Ciana menelan cairan salivanya dengan kasar. Jari-jari mungilnya terlihat sedang meremas ujung seragam yang ia gunakan. Rasa di hatinya masih sama. Takut. Jason menatap Ciana dengan aneh.

"Kau mengenalnya?" tanya Darrel yang langsung membuat Jason menoleh.

"Ya, dia—pembantuku." kekehnya menendang-nendang pelan kaki Ciana. Gadis manis itu sedikit menggigit bibirnya lalu merunduk.

"Kurasa kau berbohong." jawab Darrel berjongkok dan menatap wajah Ciana yang menahan malu.

"Dia terlihat seperti bukan pembantu. Kau mengada-ada, Jason." kekeh Darrel mengusap kepala Ciana.

Tangan putih Darrel di tepis oleh tangan yang lebih besar darinya, Ivan.

"Kau mengenal mereka sayang?" bisik Ivan menarik tangan Ciana dan mencium pucuk kepalanya.

Jason menatap tajam Ivan lalu mengeraskan rahangnya. "Pft, who are you?" tanya Jason menatap rendah Ivan.

Merasa direndahkan, Ivan menatap malas Jason. Ia menghela nafasnya dan memeluk Ciana erat.
"Saya ayahnya sekaligus donatur terbesar yayasan ini, Ivan."

Skakmat.

Jason menelan ludahnya dan menoleh kearah kedua temannya yang tersenyum tipis.

"Selamat pagi, sir." jawab Darrel juga Jordan membungkukkan badannya. Ivan tersenyum tipis.

"Pagi juga, saya titip Cia pada kalian, ya? Bi—" tanya Ivan mengusap kepala Ciana.

"D-daddy jangan, Cia bisa sendiri." potong Ciana menggelengkan kepalanya dan menatap ketiga calon teman barunya itu.

Ralat, kedua.

Ivan menggelengkan kepalanya, tanda ia tak setuju. "tidak."
"bisa kan kalian menjaganya?" senyum Ivan sedikit menajamkan pengelihatannya ke arah Jason. Yang membuat lelaki itu tertunduk.

"bisa, bisa! Bisa sekali!" teriak Jordan menatap Ciana hangat. Jason mendelik.

"Hei!"

"Kenapa? Keberatan?" tekan Ivan menatap Jason dalam. Tangannya masih mengusap lembut kepala Ciana.

"D-daddy—" rengek gadis manis yang memakai tas cokelat itu berusaha memberhentikan Ivan yang mengintimidasi Jason.

"Sir! sir, kami yang akan menjaganya. jangan khawatir." cegah Jordan mencoba mengusap kepala Ciana. Sontak Ciana berlari ketakutan ke belakang punggung lelaki tegap yang bernama Ivan itu.

"Daddy!" jeritnya membuat beberapa orang yang lewat di sekitar mereka menatap Ciana heran.

"Ayo ke kelas." ajak Darrel mengulurkan tangannya. Ivan terkekeh lalu tersenyum.

"Daddy tau mereka orang baik, ikut mereka, ya? jangan takut, nanti daddy jemput kamu kalau sudah pulang, ya?" bujuk Ivan berjongkok dan mengecup kening Ciana.

Malas, itu yang dirasakan Jason. Ia membenci melihat kelakuan Ivan juga Ciana yang seperti bermain sinetron alay-lebay itu.

"Kemari." ujar Jordan yang meraih tangan Ciana dan menariknya untuk mendekat.

"Daddy tinggal dulu, ya? baik-baik disini. jangan jadi anak nakal." ucap lelaki tampan itu membenarkan posisi kerah kemeja hitamnya dan berbalik menuju ke parkiran sekolah mewah itu.

"Halo, Jordan." ucap lelaki manis itu merangkul Ciana. Ciana mendongakkan kepalanya, merasa takut.

"C-Ciana." jawabnya sembari meremas pinggiran seragam sekolahnya.

The Little GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang