Ciana membuka matanya perlahan. Beberapa kali ia mengedipkan matanya lalu menguap. Ia mengusap matanya perlahan dan duduk diatas kasur lalu memeluk selimutnya. Ia masih mengantuk.
Ia merangkak pelan keujung kasur dan mengintip jendela dari balik gorden kamar. Gelap.
"U-ungg?" gumamnya menoleh kesegala arah.
Ia berjalan dengan sangat pelan kearah alarm diatas meja.
05.00, pagi hari.
Ia meraba dinding kamar tersebut dan menyalakan lampu tidur yang berwarna kuning. Dengan langkah mungilnya, ia kembali keatas tempat tidur dan duduk disana. Gadis manis itu berusaha mengingat apa yang terjadi semalam
❏°༉⸙͎
C
iana, ia tidur diatas sofa di depan tv sembari menunggu Ivan yang sedang membereskan makan malamnya. Ia beberapa kali mengusap pipinya yang gatal karena gigitan nyamuk.
Ia mencari posisi yang menurutnya nyaman untuk tidur dan bahkan membuat tubuh mungilnya hampir terjatuh dari atas sofa.
Ivan mengangkatnya kegendongannya dan berjalan ke lantai atas untuk membawanya masuk ke kamar Ivan. Ia membuka pintu kamar dengan sikunya dan masuk kedalamnya.
Ia menidurkan Ciana diatas ranjangnya dan mengusap keningnya. Ivan berjalan keluar kamar dan mengambil segelas air putih dan beberapa obat. Dan tak lama, ia kembali masuk ke kamar dan menutup pintunya.
Ia menyelimuti gadis mungil di depannya itu dan menghidupkan ac yang ada dikamar. Ia mematikan lampu dengan tangan kekarnya dan berbaring disamping Ciana.
Melihat Ciana yang meringkuk, membuatnya tergerak untuk memeluknya hangat hingga Ciana meradakan kehangatan yang membuatnya nyaman.
❏°༉⸙͎
Ciana tersenyum tipis. Ia tak pernah merasakan kehangatan seperti itu. Ia kembali berdiri dengan kaki mungilnya dan mencari remote tv diatas meja kamar Ivan.
Ia menatap remote hitam disamping buku-buku Ivan dan memeluk remote itu. Ia kembali naik keatas ranjang dan duduk disamping kepala Ivan yang masih tertidur.
Ia menghidupkan tv dengan remote ditangannya dan mengedipkan matanya mencari channel kartun yang ia sukai. Ia melewatkan satu channel yang menayangkan kartun kucing dan tikus.
Tersadar bahwa ada kartun yang ia leeatkan, ia menekan tombol back pada remote tersebut. Ia menonton kartun tersebut dengan serius dan sesekali tertawa kecil.
Merasa perutnya lapar, ia menoleh kearah Ivan dan menggoyangkan lengan Ivan dengan tatapan takut.
"D - dwaddy . . ' ?" desisnya mencoba membangunkan Ivan dengan tangan mungilnya. Tak ada jawaban. Membuat pipinya menggembung. Sangat lucu.
"Dwaddy, pwlease wake up ' !" rengeknya menggoyangkan lengan besar Ivan.
"Iya, kenapa hm? Masih malam." gumam Ivan masih memejamkan matanya. Ciana mendengar suara perutnya dan mengerutcutkan bibir mungilnya.
"Dawddy ' ! !" teriaknya. Membuat Ivan terkejut dan langsung duduk diatas ranjang. Ia menatap Ciana dengan cemas karena Ciana mengusap perutnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Little Girl
Teen Fiction"Kamu itu, gemesin. Daddy ngga bisa gini terus, daddy bisa gila kalau kamu gemesin begini. Kamu harus janji, jangan pernah berhubungan sama laki-laki brengsek. Paham?" - Alexander Ivan Rowland. "Daddy, k...