19.00 malam, waktu setempat.
"Daddy... Pijam hpnya."
Gadis yang disayangi Ivan itu menadahkan tangannya. Meminta pijam ponsel Ivan. Ivan menatapnya dan menggendong badan Ciana.
Ia tersenyum, "mau ngapain?" tanya Ivan mengusap kepala Ciana dan memangkunya di ruang tengah. Gadis itu mengambil ponselnya dan membuka loockscreen ponsel Ivan.
Tenang, ponselnya tidak memakai password.
Ciana membuka youtube di ponsel mahal itu dan mengetik sesuatu. Ivan menatap layar ponselnya dari belakang dan tersenyum tipis.
Tangannya —Ivan— sedikit menjauhkan layar ponsel itu dari mata Ciana.
"Jangan deket-deket, nanti rusak mata kamu." senyum Ivan mengecup kepala Ciana. Gadis mungil itu mengangguk dan mencari sebuah channel.
"Ah, ini dia!" senyumnya mengembang tatkala melihat kartun kesayangannya, we bare bears. Ia menontonnya dari layar ponsel Ivan.
Lelaki tampan itu memainkan rambut tebal milik Ciana. Ia menghirup wangi dari rambut cokelat itu dan mengerutkan keningnya.
"Baby, kamu pakai sampo daddy?" tanya Ivan mengusap tangannya yang sedang memegang ponsel pintar itu.
"eung . . y - yes, dawddy . . " jawabnya meronta pelan karena merasa terganggu akan kedatangan tangan besar Ivan yang menyentuh tangannya.
Ivan terkekeh. Ia kembali mencium gadis manis itu. Ciana mengganti siaran youtube nya dan mencari sebuah kartun bertemakan princess.
"U - uwaa . . " gumamnya dengan mata yang membulat. Ciana bersandar pada badan besar Ivan dan mengemut ibu jarinya.
Menatap gadis lucunya mulai mengemut ibu jarinya, Ivan menarik ibu jari Ciana keluar dari mulutnya dan mengusap tangannya.
"Jangan ya, kotor." senyum Ivan saat meliat kepala Ciana mengangguk. Ivan mengusap kepala Ciana dan menonton acara tv.
Ia beberapa kali mencuri kesempatan menghirup wangi rambut Ciana, senang rasanya bisa seperti itu.
'Ivan, kamu... Mirip pedofil'
Batinnya terus berkata seperti itu, namun menghirup wangi rambut Ciana membuat candu untuknya.
Merasa bosan, Ciana menekan tombol keluar dari aplikasi youtube dan berbalik memeluk Ivan. Senyumnya yang manis mengembang.
"D - daddy. can you buy me a . . a . . pawnda doll ' ?"
Mendengar ucapan lucu Ciana yang terbata-bata, membuat Ivan tertawa. Ia mengecup kening Ciana dan mengusap kepalanya.
"Untuk apa?"
"S - soO i have a bedmate !" seru Ciana dengan semangat yang menggebu-gebu. Membuat Ivan kembali tergelak atas kelakuannya.
"Kan kamu punya daddy yang bisa jadi teman tidur kamu." bisik Ivan menganggkat dan menggendong Ciana masuk ke dalam kamar.
Wajah cantik Ciana memerah. Menahan rasa malu dan kesal. Ia menepuk-nepuk pundak Ivan dan meronta.
"O - oh, come on, dawddy . . !" ucapnya bergetar. Mata bulatnya berkaca-kaca. Menandakan dirinya yang akan segera menangis. Menatap hal itu. Ivan tersenyum.
Ia membuka pintu kamar dengan tangan kanannya dan mengusap pjnggung Ciana dengan pelan. Ia beberapa kali mengecup pipi Ciana dan menidurkannya diatas ranjangnya.
"N - nou, pweaseu dawddy ' ! . . " isaknya menahan tangan Ivan dan mengemut ibu jari Ivan masih dengan tangisnya.
Ivan tersenyum dan duduk disamping badan Ciana, ia mengusap lengan Ciana dan mengecup keningnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Little Girl
Fiksyen Remaja"Kamu itu, gemesin. Daddy ngga bisa gini terus, daddy bisa gila kalau kamu gemesin begini. Kamu harus janji, jangan pernah berhubungan sama laki-laki brengsek. Paham?" - Alexander Ivan Rowland. "Daddy, k...