Ivan melangkahkan kaki jenjangnya keluar dari kelas yang membuat energinya terkuras cukup banyak untuk berpikir itu. Ia memasukkan kedua tangannya di saku celana dan berjalan di koridor panjang kampus ternama itu.
"Ivan!" panggil seseorang yang membuat kepala Ivan menoleh untuk mencari sumber suara tersebut.
Lyla tersenyum, ia melambaikan tangannya dan berlari kecil mendekati Ivan. Ia mengangkat kepalanya guna dapat melihat wajah tampan Ivan.
"Ayo makan siang ba—"
"Aku ada urusan, Lyla." potong Ivan mengusap kepala Lyla dan berjalan melewatinya begitu saja.
Gadis cantik itu bersungut-sungut. Ia berdecak. "Aish." keluhnya.
Ia berjalan mengekori Ivan karena penasaran dengan apa yang ia lakukan. Tak pernah Ivan menolak ajakannya untuk makan bersama.
Ivan berjalan sedikit cepat di koridor panjang tersebut dan melewati Aron yang menatapnya bingung. Aron menoleh kearah Lyla diarah berlawanan dari Ivan dan mengerutkan keningnya.
"Hei, apa kalian ribut?" tanya Aron terkekeh dan menatap Lyla yang lebih pendek darinya.
"Diamlah, monyet!"
❏°༉⸙͎
Ivan merenggangkan otot tangannya dan meletakkan tas hitamnya di dalam mobil. Ia menatap sekitar parkiran kampus lalu menghela nafas.
Badannya yang tegap itu mulai merunduk untuk memasuki mobil hitamnya. Ia memutar kunci mobil dengan perlahan dan mulai menginjakkan gas dengan kakinya.
Mobil mewah tersebut melaju kearah jalan raya. Ivan mengusap rahangnya. Yang ia pikirkan hanya satu. Bagaimana kabar gadis kecilnya itu hari ini?
Ivan menghentikan mobilnya saat lampu merah mulai terlihat. Ia menatap toko-toko di pinggir jalan.
Ia memicingkan matanya. Menatap etalase toko yang memperlihatkan satu boneka beruang besar. Ivan tersenyum.
❏°༉⸙͎
Ciana menatap lembaran kertas di buku gambarnya, dan tersenyum. Ia mengedipkan matanya pelan dan merapihkan rambutnya.
"Bagus! Sudah selesai!" senyumnya menutup buku gambarnya.
Gadis manis itu merangkak ke pinggir secara perlahan dan turun dari kasur besar tersebut. Ia menatap sekitar kamar. Tersenyum tipis.
"Aaaaaaaaa." ia berteriak. Suaranya menggema ke seluruh penjuru rumah. Ia tertawa kecil.
Hidupnya, sudah berubah. Ciana menatap cermin di dalam kamar besar itu dan melompat riang.
Ia memainkan rambutnya sendiri dan bernyanyi dengan senyumnya yang mengembang.
Rasa lelah akibat membersihkan rumah besar itu seakan hilang begitu saja saat dia tersenyum manis seperti itu.
Ia menatap buku cerita yang bergambar putri dari salah satu kartun favoritnya. Ia menggembungkan pipinya dan mengedip-edipkan matanya pelan.
Ia meraih buku dengan sampul berwarna pink itu dan duduk dilantai kamar yang berwarna cokelat tersebut.
Ciana bersandar di dinding kamar yang berwarna cream tersebut dan membuka buku tersebut. Ia membaca dongeng di dalam buku tipis itu dengan fokus.
"W - woah . . " gumam gadis dengan pipi yang chubby itu membolak-balikkan lembaran kertas dengan warna pastel itu dengan perlahan. Matanya berbinar.
![](https://img.wattpad.com/cover/199424126-288-k586038.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Little Girl
Teen Fiction"Kamu itu, gemesin. Daddy ngga bisa gini terus, daddy bisa gila kalau kamu gemesin begini. Kamu harus janji, jangan pernah berhubungan sama laki-laki brengsek. Paham?" - Alexander Ivan Rowland. "Daddy, k...