Senja

2.1K 115 95
                                    

Langit yang tadinya berwarna biru lambat laun mulai merubah warnanya. Nampak seorang pemuda tengah berkutat dengan dokumen ditangannya, sesekali tangganya menggoreskan pena di beberapa lembaran kertas. Seakan tak peduli dengan waktu yang terus bergulir.

"Jim, kau belum pulang?" Seseorang yang masuk membuat pemuda itu meletakkan kembali dokumennya.

"Sedikit lagi hyung, aku akan pulang setelah ini selesai." Pemuda itu kembali membolak-balik berkasnya.

"Jimin-ah, kupikir kau akan mendatangi pensi di sekolah Taehyung." Jimin terkejut mendengarnya, pemuda itu melirik arloji di pergelangan tangannya.

"Astaga, bagaimana aku bisa lupa." Jimin bangkit dari duduknya dan mulai menyambar jas dan kunci mobil dari atas mejanya.

"Yoongi hyung, tolong kau katakan pada bagian administrasi untuk mengirim hasil penghitungan padaku hari ini." Setelah mengatakan hal itu Jimin segera melesat dari kantornya menuju basment.

Mobil hitam yang dikendarai Jimin melaju cukup cepat membelah jalannan malam kota Seoul. Membutuhkan waktu sekitar 15 menit untuk sampai di sekolah Taehyung.

"Tae!" Jimin berseru ketika melihat Taehyung keluar dari aula sekolahnya.

"Sedang apa kau disini, bukankah kau sangat sibuk?" Taehyung berlalu begitu saja dengan menyeret tas sekolahnya.

"Tae."

"Ah....dan kukatakan padamu, tak perlu bersikap seakan kau peduli aku sudah terbiasa dengan sikap tak acuhmu itu. Dan sebaiknya kau pulang Tuan Park, pensi telah usai satu jam yang lalu." Taehyung terus berjalan tak memperdulikan Jimin yang masih berdiri ditempatnya.

"Mianhae, aku akan menunggumu Tae, aku akan tetap menunggumu."

***
"Kau menolaknya? Kau tidak akan pergi?" Pagi yang tenang bagi Jimin, harus hancur berantakan dengan suara Yoongi yang tiba-tiba masuk keruangannya diikuti suara bantingan pintu.

"Aish.....hyung, kau akan menghabiskan dana perusahaan hanya untuk membenahi pintu." Jimin meletakkan cangkir tehnya hingga menimbulkan denting yang nyaring.

"Jimin, jangan mengalihkan pembicaraan. Aku sudah mengatur jadwalmu agar kau bisa pergi, dan seenaknya kau membatalkannya?" Yoongi menggebrak meja kerja Pemuda Park itu, dan sukses menimbulkan gelombang pada teh dalam cangkir.

"Taehyung akan melaksanakan ujian akhir 4 bulan lagi."

"Lalu?" Yoongi kini mulai tenang ia menarik kursi dan duduk dihadapan pemuda yang menjabat sebagai atasannya itu.

"Aku akan pergi setelah itu." Jimin berucap yakin setelah meneguk teh terakhirnya.

"Itu terlalu lama." Yoongi kembali menatap jengah.

"4 bulan lagi atau tidak sama sekali."

"Baiklah, aku pegang ucapanmu." Pemuda Min itu bangkit dan mulai melempar sebuah arloji kearah Jimin.

"Apa ini?" Jimin membuka tangannya setelah berusaha menagkap benda itu.

"Arloji, hadiah ulang tahunmu dariku. Aku tak ada waktu untuk membungkusnya." Yoongi meletakkan kedua tangannya pada saku celana seraya berjalan keluar.

Jimin tak segera merespon ia masih dibuat bingung dengan situasi saat ini. Pemuda itu melirik kalender yang ada di pojok mejanya setelah Yoongi keluar ruangan.

'02 Desember'

"Hyung ulang tahunku 2 bulan yang lalu!"

***

"Brengsek kalian semua!" Suara gaduh terdengar begitu jelas dari sebuah gang kecil. Beberapa tong sampah menggelinding meninghalkan gang itu.

"Park Taehyung, ini balasan atas keberanianmu yang terlalu tinggi itu!" Seorang siswa berpakaian seragam sekolah menengah yang sudah lusuh diberbagai bagian dan jangan lewatkan darah yang tercetak pada pakaian putihnya.

"Kajja kita tinggalkan saja pecundang ini disini." Seorang pemuda yang lain memberi intruksi pada kelima temannya yang lain. Mereka pergi begitu saja meninggalkan pemuda yang masih tersungkur.

"Kau harus membayar semua ini Park Jimin." Gumaman dengan penuh penekanan, pemuda itu bangkit seraya memungut blazer sekolahnya hingga menjatuhkan name tag bertuliskan 'Park Taehyung'

Malam semakin larut pemuda itu menginjakkan kakinya di sebuah rumah dua tingkat. Langkahnya ringan dan terkesan sempoyongan.

"Kau baru pulang?" Pertanyaan seseorang dari arah dapur membuat pemuda itu menghentikan langkahnya.

"Sedang apa kau disini?"

"Jimin memintaku untuk memeriksa apakah kau sudah pulang, ponselmu tak aktif." Pemuda itu berdecih, ia menatap orang yang menjadi sekretaris kakaknya itu dengan tatapan remeh.

"Min Yoongi-ssi, katakan pada atasanmu jika tak usah peduli padaku. Minta saja ia untuk terus memperkaya dirinya, dan agar segera menyelesaikan ketamakkannya itu." Taehyung pemuda yang tengah menyeret blazer itu kembali melangkah seraya menendang beberapa perabotan.

Hingga beberapa barang harus jatuh dan hancur menajadi berkeping-keping.






Bersambung............

Gimana ada yang tertarik gak sama ceritannya. Aku butuh coment untuk melanjutknnya ya.....
Terimakasih yang sudah mampir...
😄😄😄😄

My DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang