Mengapa Tak Berubah

748 91 25
                                    

"Hey......kubilang berhenti!"

"Yak......aku juga sudah bilang jangan ikuti aku!"

Dua orang pemuda beda usia itu tengah beradu argumen di sepanjang trotoar. Hingga ponsel salah satu pemuda itu berdering.

Taehyung si pemilik ponsel mengecek panggilan masuk itu. Sejenak ia nampak berpikir sampai memilih untuk melanjutkan langkahnya tanpa menerima panggilan.

"Jawab telephon itu!" Pemuda yang sedari tadi mengikutinya menarik lengan Taehyung kasar.

"Apa pedulimu! Kau hanya pria aneh yang selalu mengikutiku dan bicara omong kosong!" Taehyung menaikkan nada bicaranya dengan menunjuk-nunjuk pemuda dihadapannya.

"Kubilang jawab telephon itu!"

"Kau ingin aku menjawab telephon, ok akan kulakukan." Pemuda berseragam sekolah itu mengangkat ponselnya dan mengarahkan layarnya kearah pemuda itu serta mulai menggeser tolak panggilan.

"Kau puas!" Bentak Taehyung sebelum ia kembali melangkah.

"Berhenti Park Taehyung!" Pemuda itu berteriak dan membuat Taehyung kembali membalikkan badannya.

"Kau tau, kau bahkan lebih brengsek dari yang kupikirkan!" Pemuda itu membentak tepat dihadapan Taehyung.

"Ku pikir yang aku lakukan ini dapat merubah segalanya, tapi ternyata benar seharusnya aku tak melakukan ini. Semua yang dikatakannya benar aku hanya orang yang brengsek dan hanya bisa menyalahkan orang lain." Pemuda itu mendorong bahu Taehyung dan berlalu.

Kata itu terasa sangat familiar bagi Taehyung seakan ada yang pernah mengatakan hal itu padanya.

Taehyung menatap kembali pemuda yang kiranya sebaya dengan sang kakak. Baru saja Taehyung akan melanjutkan langkahnya pemuda itu nampak berbalik.

"Datanglah ke pondok kayu dibukit malam ini, bukankah kau tau tempat itu?!" Taehyung hanya tersenyum simpul dan mengabaikan ucapan pemuda itu dengan memasang earphone pada kedua telinganya.

***

Suara denting lonceng menggema saat seorang pemuda memasuki sebuah minimarket. Ia berjalan menuju kasir dan tersenyum ramah.

"Oh....kau sudah datang? Apakah kau tau kau sangat terlambat pegawai baru?" Seorang wanita di balik meja kasir melepas rompi pegawainya dan berjalan keluar.

"Ah....maaf ada sedikit masalah tadi" pemuda itu menggaruk kikuk tengkuknya.

"Tak apa, aku juga tak terlalu sibuk."

"Sekali lagi maaf."

"Santai saja, Jun Ho." Wanita itu tersenyum seraya menepuk bahu pemuda itu.

"Jangan panggil aku seperti itu." Pemuda itu mengajukan protes seraya menata kaleng soda.

"Salahmu tak memberi tahukan namamu, ok abaikan saja. Tuan mengatakan kau bisa menutup toko lebih awal karena ini malam natal." Belum pemuda itu membalas wanita itu telah pergi dari minimarket.


Waktu berjalan begitu cepat, pemuda itu melirik arlojinya dan melangkah keluar bersiap menutup minimarket.

Setelah pekerjaannya selesai ia berjalan menyusuri trotoar sebari sesekali mengecek arlojinya.
"Kuharap ia datang."

"Akh...!" Pemuda itu memekik kala seseorang menabrak tubuhnya.

"Hah.......apakah sakit?"

"Taehyung? Apa yang kau lakukan disini? Bukankah sudah kukatakan untuk pergi ke pondok kayu!" Pemuda itu memekik geram sementara si lawan bicara hanya menunjukkan cengiran anehnya.

"Kau pikir bisa membodohiku, asal kau tau aku ini tidak bodoh." Taehyung pergi dari sana dengan langkah ringannya.

"Kau sangat bodoh!!" Pemuda itu kembali melirik arlojinya. Waktu menunjukkan pukul 23.50.

"Sebentar lagi tengah malam, cepat ikut denganku ke pondok kayu!" Pemuda itu kembali berteriak, namun Taehyung tetap tak peduli dan mulai berlari.

"Jika kau bisa menangkapku!"

Pemuda itu pada awalnya mengejar Taehyung yang berlari semakin cepat, namun ia sadar jika ini tak ada gunanya.

Ia mulai berhenti dan pergi mencari taxi, salju mulai berjatuhan dan membuat suasana semakin dingin.

Taxi yang ia tumpangi melesat diantara guguran serbuk putih itu dan berhenti sempurna di samping bukit kecil.

Kaki jenjangnya membawa pemuda itu menuju atas bukit, mulai terlihat olehnya rumah kayu yang berdiri kokoh disana dengan pohon sakura dihalamannya.

Nampak dua orang pemuda tengah bercengkrama di depan pondok itu. Dan tentu saja pemuda itu tahu siapa mereka.

"Jim, sebaiknya kita pulang. Salju sudah turun ini juga sudah lewat tengah malam, Taehyung tak akan datang jadi sebaiknya kita pergi dari sini." Yoongi pemuda yang tengah berlutut dihadapan seorang pemuda yang sedang duduk di salah satu kursi kayu.

"Sebentar lagi hyung, bagaimana jika Tae datang dan aku tidak ada disini." Jimin berusaha tersenyum dibalik wajah pucatnya.

"Kau sangat pucat, kita menunggunya didalam saja bagaimana?" Pemuda Min itu kembali memberi penawaran, namun hanya gelengan lemah Jimin yang ia dapat.

"Aku akan tetap disini."

"Jim jangan egois, kita kerumah sakit sekarang." Yoongi dibuat kelabakan kala melihat cairan merah kental keluar dari hidung pemuda Park itu.

"Jimin-ah kumohon." Yoongi memberikan sapu tangannya pada Jimin agar pemuda itu dapat membersihkan darah yang keluar.

"Hyung, bagaimana jika Taehyung datang? Siapa yang akan memberinya coklat panas, menyiapkan kue dan menyalakan perapian untuknya." Tubuh pemuda Park itu melemas, kini ia bertopang pada Yoongi yang berada disampingnya.

"Persetan dengan Taehyung!" Yoongi bangkit sembari mengangkat tubuh Jimin yang sudah terkulai lemas tak sadarkan diri.

Mobil hitan yang Yoongi kendarai melesat cepat menuruni bukit. Si pengendara seakan tak pedulu lagi sepupunya tengah sekarat saat ini.

Sementara itu seorang pemuda menyaksikan semua itu, rompi bertuliskan Jun Ho jatuh begitu saja ketanah bersama pemuda yang bersimpuh didekatnya.


"Dasar kau Park Taehyung! Kau sangat bodoh! Kau orang paling brengsek!!"


Bersambung...........

Harap coment......
😄😄😄


My DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang