Luka

816 95 15
                                    

"Kau sudah mengirim pesan?" Pemuda yang datang bersama seorang dokter membuat Jimin yang tengah duduk di atas brangkar mengalihkan pandangannya dari layar ponsel.

"Aku baru saja mengirimnya, wae?"

"Tak ingin mendengarkan hal yang ingin disampaikan dokter terlebih dulu, sebelum kau kembali menemui Taehyung?" Yoongi menarik kursi dan mulai duduk diatasnya.

"Apakah semakin buruk?" Jimin menarap bergantian Yoongi dan dokter berpakaian rapi itu.

"Jim, kapan kau menganggap ini serius?" Dokter itu mendekat seraya menyodorkan secarik kertas pada Pemuda Park itu.

"Choi Samchon, bisa kita menundanya sekitar 3 bulan lagi?" Jimin mendongakkan kepalanya setelah membaca rentetan kata pada kertas dengan simbol rumah sakit diatasnya.

"Persis dengan yang kukatakan bukan? Samchon aku sudah lelah mengatakan hal ini pada bocah pendek itu." Yoongi bangkit dan keluar dari ruang rawat Jimin. Menyisakan dokter dan pasiennya yang saling tatap muka.

"Samchon......."

"Jim, dengarkan aku gumpalan darah di kepalamu berubah menjadi kanker. Jika kau terus menunda pengobatan kanker itu akan semakin ganas dan merusak struktur otak."

"Sungguh setelah ujian Taehyung selesai aku akan pergi berobat." Pria paruh baya itu membuang napas dan mengusap wajahnya kasar. Bagaimana lagi ia harus meyakinkan putra mendiang sahabatnya ini.

"Biarkan aku menjelaskan sampai selesai, setelah itu tentukan keputusanmu." Jimin menganguk sekilas seraya melipat kertas yang ada di genggaman tangannya.

Flashback on

"Jimin-ah kau dimana?"  Suara Yoongi dari sebrang telephone tak kunjung mendapat jawaban dari pemuda Park itu.

"Jim!"

"Ah......aku masih dikantor, Tuan Lee meminta beberapa document dan aku sedang mengerjakannya."

"Bisakah kau pulang?"

"Ada apa hyung? Apakah ada masalah?"

"Taehyung kecelakaan, ia dibawa kerumah sakit sekarang."  Jimin dengan sigab mulai mengemasi tumpukan kertas serta mematikan komputernya. Tak peduli lagi dengan permintaan rekan bisnisnya itu

"Aku akan kesana, dirumah sakit mana?"

"Rumah sakit Seoul, aku juga perjalanan kesana. Perlu aku jemput?"

"Anni aku akan berangkat kesana sendiri, kalau begitu hyung aku tutup telephonnya jika terjadi sesuatu segera hubungi aku."

Jimin berlari kecil menuju basment dan mulai menyalakan mesin mobilnya. Hari ini tepat 30 desember 2013, hari kelahiran Taehyung. Dan waktu menunjukkan pukul 10 malam, kondisi jalan tak terlalu ramai, membuat perjalanan lebih mudah.

Jimin memacu mobilnya dengan kecepatan tinggi guna segera sampai di tempat yang ia tuju. Namun ketika mobil yang dikendarai Jimin melintasi persimpangan sebuah truck melaju dari arah lain dengan kecepatan tinggi menghantam mobil yang dikendarai pemuda itu.

Kemacetan terjadi, para petugas polisi yang berpatroli segera menghubungi tim medis guna membawa para korban.

Mobil Jimin rusak parah setelah membentur besi papan reklame di pinggir jalan, setelah para petugas medis tiba mereka membantu Jimin untuk keluar dari dalam mobilnya.

Pemuda itu nampak baik-baik saja, hanya terdapat lebam di pelipis kirinya. Jiminpun juga masih dalam keadaan sadar, ia bahkan dapat berjalan menuju ambulance.

Petugaspun hanya memberikan kompres pada pelipis Jimin yang membiru. Setibanya di rumah sakit, Yoongi yang berada di UGD di buat terkejut saat Jimin datang dengan tim medis yang memapahnya.

"Apa yang terjadi?"

"Hanya kecelakaan kecil, bagaimana kondisi Taehyung?" Yoongi masih menyapu pandang menatap Pemuda itu dari atas hingga bawah.

"Hyung!"

"Taehyung ia akan segera dipindahkan keruang rawat, lukanya tak terlalu parah hanya yang sedikit menghawatirkan adalah kaki kanannya yang terkilir."

"Tuan anda harus segera menerima perawatan." Seorang perawat mendekati dua pemuda yang tengah berbicara itu.

"Ne, hyung bisa kau jaga Tae? Dan jangan katakan tentang kecelakaan ku biarkan dia pulih dari kondisinya." Yoongi mengangguk sembari tersenyum, setelah mendapat jawaban Jimin mulai mengikuti langkah perawat wanita itu menasuki UGD.

Baru langkah ketiga, tubuh Jimin tiba-tiba jatuh tersungkur di lantai. Para dokter yang berada di sana segera mengangkat tubuh Jimin yang terkulai lemas tak sadarkan diri. Sementara Yoongi hanya bisa mematung seraya mengusak rambutnya frustasi.

Flashback and

"Jim, kecelakaan itu menyebabkan gumpalan darah dikepalamu dan kau tau itu bahkan kau juga merasakan efeknya."

"Awalnya hanya sakit kepala, kemudian mimisan dan setelahnya kau kehilangan kesadaran secara tiba-tiba. Tapi sekarang itu berubah menjadi kanker otak yang bisa membunuhmu kapan saja."

"Apakah aku tak bisa menunggu sampai 3 bulan?" Lagi-lagi Jimin mengutarakan hal yang sama.

"Tidak, kau harus pergi secepatnya."

"Tapi, aku ingin memastikan Taehyung lulus dan setelah itu aku baru bisa yakin jika ia baik-baik saja."

"Setelah itu kau tak akan bisa melihat Taehyung untuk selamanya karena keras kepalamu."

"Setidaknya aku yakin jika ia baik-baik saja."

"Tak akan ada yang baik-baik saja Jimin-ah, entah itu dirimu atapun juga Taehyung." Entah sejak kapan Yoongi berdiri di ambang pintu ruang rawat seraya menatap tajam Jimin.

"Taehyung akan baik-baik saja, karena ia membenciku."

***

"Tidak ada yang baik, jika kau terus keras kepala!" Gebrakan meja yang tiba-tiba membuat seorang pemuda berseragam sekolah menengah itu tersedak sodanya.

"Kurasa kau yang tidak baik, bukan diriku!"




Bersambung............

Harap coment......
💜💜💜💜

My DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang