Kembali

949 83 17
                                    

Deru napas yang berpacu selaras dengan derap langkah. Diantara kerumunan mahasiswa di sepanjang lorong seorang pemuda berlari sekuat tenaga dengan air mata yang siap menerobos keluar.

"Taxi!" Langkahnya terhenti di pinggir jalan raya dan segera mencari transportasi umum.

Dirinya benar-benar tidak tenang napasnya masih memburu walaupun telah didalam taxi. Beberapa kali ia mengotak-atik ponselnya guna menghubungi seseorang.

"Aku ingin bertemu denganmu!" Singkat padat dan jelas. Tak perlu mengucap lebih banyak kata, tetapi sudah cukup untuk dipahami.

Aroma kopi menyeruak kala pemuda bernama Taehyung itu melangkahkan kakinya memasuki sebuah kafe. Manik coklatnya menangkap keberadaan seorang pemuda yang tengah menyesap kopinya dalam diam.

Kaki jenjang Taehyung membawa tubuh itu semakin dekat dengan tujuannya.

"Hei kau!" Pemuda itu mendongak menatap manik coklat Taehyung. Tak ada niat untuknya menyapa kembali mahasiswa itu.

"Apa yang......"

"Aku tau, aku akan pergi." Ucapan Taehyung terhenti ketika pemuda itu bangkit meletakkan kopinya dan beranjak meninggalkan kafe.

Trotoar yang penuh dengan lalu lalang pejalan kaki tak lagi dipedulikan oleh pemuda yang tengah menitihkan air matanya. Mengapa usahanya menjadi sia-sia? Dua tahun lamanya ia berusaha yang terbaik.

Mungkin setelah ini ia sadar jika takdir tak bisa dirubah. Halte bus yang tak begitu ramai membuatnya lebih nyaman hingga kedatangan bus berikutnya.

Bus berdesis dan berhenti di sebuah halte di pinggir kota, kembali ia melangkah. Rumah kayu diatas bukit adalah tujuannya saat ini, tempat yang membawanya kembali ke masalalu.

Pemuda itu memasuki rumah kayu dan mendudukkan tubuhnya di dekat perapian. Melirik sekilas kaleng coklat diatas meja sebelum beranjak untuk mengambil mug.

Menyeduh coklat itu dan kembali duduk guna menikmati coklat panasnya. Mungkin suasananya kurang tepat, menikmati coklat panas di musim panas.

Seakan tak peduli pemuda yang juga memiliki nama Park Taehyung itu mulai menyesap coklat panasnya perlahan hingga tandas.

Taehyung mulai terlelap, memposisikan tubuhnya senyaman mungkin pada kursi.

Berharap setelah ia bangun nanti kondisi akan lebih baik.

***
Seoul, 2021

Suara dering ponsel membangunkan pemuda yang tengah terlelap, perlahan mata sayu itu terbuka dan mengambil ponsel yang tergeletak diatas meja kayu.

Sebuah pesan masuk ke ponselnya, nama salah satu pegawai di kantornya tertera disana.

"Aku kembali?" Pemuda itu bangkit dari kursinya dan berlari kecil keluar dari dalam rumah kayu.

Hari telah gelap, udara dingin berhembus menerpa tubuhnya. Guguran salju turun berirama, langit gelap yang hadir menyadarkan pemuda itu.

"Semuanya tetap sama." Lirih pemuda pemilik nama Park Taehyung itu sebelum kembali masuk kedalam rumah dan menyambar kunci mobilnya.

Mobil hitam yang terparkir di bawah bukit membawa Taehyung menyusuri jalanan kota yang penuh dengan hiasan lampu warna-warni.

Beberapa pria paruh baya melambaikan tangan dipinggir jalan dengan membagikan hadiah pada anak-anak.

"Tadi hanya mimpi?" Taehyung masih bergelut dengan ingatannya sampai mobil hitam itu berhenti di depan sebuah toko roti. Udara dingin menyapanya saat pintu mobil terbuka, mengusap kedua tangan dan memasukkannya pada saku mantel adalah pilihan terbaik.

Ia cukup tergiur untuk membeli beberapa kue kenari dan muffin sebelum pulang kerumahnya. Beberapa lembar won Taehyung sodorkan guna pembayaran.

Kembali Taehyung mengendarai mobilnya dengan kecepatan konstan, ponselnya berdering sebuah pesan singkat dari Yoongi menyapa layar benda pipih itu.

'Aku akan datang untuk merayakan natal dengan mu' kiranya seperti itu pesan yang dapat Taehyung lihat. Ia sedang mengemudi, tak mau ambil resiko dengan membuka ponselnya.

Sebuah rumah tingat dua yang masih berdiri kokoh menyambut kedatangan Taehyung. Lampu teras menyala terang, Taehyung yakin Yoongi telah tiba mengingat ia tak memiliki maid dirumahnya.

Ketika memasuki rumah ia disambut dengan kue kenari diatas meja dengan coklat panas disampingnya.

"Bahkah Yoongi hyung menyiapkan semua ini?" Pemuda itu menarik senyum tipis dan meletakkan barang yang ia bawa diatas meja. Langkahnya membawa pemuda itu kelantai atas guna membersihkan diri.

Kamarnya begitu gelap, hingga beberapa kali kaki panjangnya harus terhantuk meja di samping pintu. Menimbulkan suara benda jatuh, setelah berhasil menyalakan lampu kamarnya Taehyung memungut beberapa bukunya yang berhasil jatuh tadi.

Teledor dan kurang hati-hati, sebuah novel yang ia pegang kembali jatuh dan membuat beberapa kertas didalamnya berceceran.

"Aish..." Pemuda itu kembali membungkuk dan membersihkan kekacauan. Sebuah kertas dengan sketsa pinguin yang begitu menarik perhatiannya.

'Mengapa kau pergi? Jimin hyung baik-baik saja, ia akan pulang sore ini. Aku ingin kau menemuinya.'

Kening Taehyung berkerut, berusaha memahami tulisan tangan itu. Apa maksudnya? Tetapi jika dilihat tulisan itu begitu mirip dengan tulisan tangannya, namun ia tak ingat jika menulis hal ini sebelumnya.

Pintu kamarnya yang terbuka secara tiba-tiba membuat Taehyung mengalihkan pandangannya pada pintu. Seseorang yang berdiri disana menjadi fokus yang terkunci dimatanya.

"Kau baik? Aku mendengar suara benda jatuh dari kamarmu."

Menatap lama, tanpa kata, tanpa bisa berbuat apa-apa. Senyum tipis yang berubah menjadi senyuman tak percaya.

Kata pada kertas itu mengisi pikirannya.
'Jimin hyung baik-baik saja.'

"Ne......Jimin hyung baik-baik saja." Buliran bening berhasil lolos dari pelupuk matanya, membuat pandangannya berkabut.

Namun sosok kakak yang berdiri dihadapannya dengan tatapan cemas begitu jelas dimatanya.

"Jimin hyung."

The End

Gimana? Kurang puas sama and nya kah?
Mohon maaf kalau gk nyambung semua.....
😦😦😦😦

My DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang