"Apakah tak ada pilihan lain paman?" Yoongi yang berdiri tak jauh dari brankar tempat Jimin berbaring, menatap intens seorang pria dengan jas dokternya.
"Kondisi Jimin stabil saat ini, tetapi kita tak tau bagaimana dengan nanti. Kita harus membujuknya untuk melakukan oprasi di Swiss, Jimin tak mau melakukan kemoterapi maupun radioterapi." Pria berjas dokter itu menatap pasiennya. Jimin nampak tenang sekarang, pemuda itu baru dapat terlelap setelah berperang dengan rasa sakitnya hampir selama 30 menit.
Yoongi menghela napas dan mendudukkan tubuhnya pada kursi di samping brankar.
"Apakah obat-obatan itu tak membantu?""Jimin tak bisa terus bergantung pada semua itu, selagi sel kanker itu belum menyebar ke organ yang lain kita harus mengangkatnya."
"Yoongi-ah, bicarakan lagi dengan Jimin dan minta ia untuk mengatakan hal ini pada Taehyung." Pria paruh baya itu menepuk pelan bahu Yoongi sebelum beranjak.
Tersisa Yoongi yang masih menatap Jimin dalam diam, pikirannya sungguh kacau berbagai hal masuk ke dalam kepalanya dan membuat semua semakin runyam.
Entah sudah berapa lama Pemuda Min itu hanya duduk diam, pandangannya mengarah pada jam dinding yang telah menunjukkan pukul 1 siang.
"Aku akan mencari Taehyung." Yoongi berbisik didekat telinga Jimin, seakan meminta ijin tanpa ada balasan dari lawan bicaranya.
Efek obat atau memang Jimin ingin istirahat, pemuda itu sama sekali belum membuka matanya.
Pintu tertutup menimbulkan suara benturan pelan, Yoongi beranjak menuju lantai dasar dan segera melesatkan mobil guna menyusuri jalanan kota mencari persepsi seorang Park Taehyung.
Demamnya memang sudah turun namun dalam kondisi yang baru pulih, pemuda itu menghilang begitu saja di dinginnya udara.
Yoongi cemas? Tentu saja.
***
"Jimin, dengarkan aku......"
"Paman hentikan, kumohon. Aku akan pergi setelah Taehyung selesai melaksanakan ujiannya. Sungguh setelah itu aku akan pergi."
"Hei, tak ada yang tau apa yang akan terjadi dalam 3 bulan ini."
Seorang pemuda yang baru saja akan masuk kedalam ruangan itu, mengurungkan niatnya setelah indranya disambut dengan sebuah perdebatan.
Ia memilih bungkam dan mendengarkan apa topik yang tengah dibahas oleh orang didalam sana.
"Aku tau, aku tau semuanya jadi biarkan aku tetap di sini."
"Bagaimana bisa kau menjamin hal itu?"
Sunyi tak ada jawaban, kedua orang itu memilih bungkam dan memalingkan wajah. Hingga suara pintu terbuka mengalihkan perhatian dua orang yang tengah adu argumen mereka.
"Tae." Jimin si pemuda yang tengah duduk di atas brankar membenahi posisinya dan melempar senyum pada sang adik yang baru saja tiba.
"Aku pegi dulu, jangan lupa habiskan makan siangmu." Pria ber jas putih itu berlalu meninggalkan dua pemuda yang saling berbalas tatapan. Berusaha memberi sedikit ruang agar mereka dapat bicara lebih baik.
"Pergilah hyung." Taehyung berujar kelewat santai, seakan tak peduli dengan sang kakak yang menatapnya bingung. Ini terlalu mendadak, ada apa dengan Taehyung?
"Maksudmu? Memangnya hyung harus pergi kemana?" Berpura-pura seakan tak terjadi apapun adalah keahlian terpendam dari seorang Park Jimin.
Taehyung yang tadinya hanya menunjukkan wajah datarnya mulai tertunduk. Menatap ujung kakinya dan memainkan jari tangannya.
"Aku dengar semua, a.....aku tak ingin kau meninggalkanku seperti eomma dan appa." Setetes air mata keluar begitu saja, Taehyung yang masih tertunduk nampak berusaha menahan bahunya yang mulai bergetar.
"Tae, tak akan ada yang pergi." Suara Jimin membuat Taehyung semakin merasa tak berguna.
"Aku tak bodoh hyung!" Ingin sekali Jimin beranjak dan merengkuh tubuh sang adik, namun apa yang bisa ia perbuat kala tubuhnya dipenuhi alat medis.
"Tae dengarkan aku, tak akan terjadi apapun."
Taehyung yang tadinya hanya berdiri di dekat pintu ruang rawat mulai mendekat dan memeluk tubuh sang kakak. Pemuda itu mulai terisak menyembunyikan kepalanya di tengkuk Jimin.
"Hei..... hyung baik-baik saja tak perlu ada yang kau cemaskan."
"Berhenti bicara hal bodoh hyung." Jimin menarik senyum disudut bibirnya. Taehyung melepaskan pelukannya dan kembali menatap sang kakak.
"Dengarkan hyung, biarkan semuanya berjalan sebagaimana mestinya. Kita tidak tau, apakah jika kita berusaha merubahnya hal ini akan menjadi lebih baik."
"Hyu.....hyung, jebal."
"Kau bertemu denganya bukan? Apakah pemuda itu yang memberi taumu?" Manik hitam Taehyung berusaha beralih dari tatapan Jimin yang menuntut jawaban.
"Hyung.....aku tak bisa hanya diam saja setelah tau semuanya. Hisk......jebal....jebal.......hyung....jebal......." tubuh Taehyung merosot, pemuda itu meringkuk seraya menggenggam tangan sang kakak.
"Kau tumbuh menjadi pemuda yang hebat, itu sudah cukup untukku." Taehyung berusaha mengangkat kepalanya menatap sang kakak yang tengah tersenyum kearahnya dibalik wajah pucatnya.
"Hyung kumohon, kau berjanji akan mengabuklan permintaanku. Sungguh kali ini tolong...... aku tak akan meminta apapun lagi......"
Taehyung terus saja meracau menggumamkan kata yang sama, sementara Jimin ia sungguh tak tau harus mengatakan apa.
"Hyung juga takut, sama takutnya seperti dirimu jika harus melakukan oprasi itu." Jimin masih berusaha tersenyum walau buliran air menerobos keluar dari sudut matanya.
"Mengapa harus takut, itu hanya oprasi. Hyung bisa melalui semuanya selama ini."
"Itu berbeda, bagaimana jika oprasi itu tidak berhasil? Terbaring takberdaya dan harus pergi tanpa bisa menatapmu. Hyung akan menyia-nyiakan 2 tahun yang tersisa."
"Hyung takut Tae.......hyung sangat takut." Jimin mulai terisak, pemuda itu meremas selimutnya berusaha menahan tangisnya.
"Hyung.... kita belum tau hasilnya. Kumohon jangan berpikir seperi itu."
"Ini sakit Tae.... apakah kau yakin masa depan dapat berubah?"
Bersambung..........
Mohon coment semua......
Saya ucapkan mohon maaf lahir batin...
Maaf kan saya jika punya banyak salah sama kalian semua yanh disengaja maupun tidak...Selamat hari raya idul fitri bagi yang melaksanakan
😄😄😄😄💜💜💜💜💜💜

KAMU SEDANG MEMBACA
My Destiny
Genel KurguApakah semua orang tau rasa diabaikan dan merasa tak diperdulikan....... Aku tau rasanya. -Park Taehyung- Apakah semua orang tau rasanya menunggu yang bahkan kalian tak tau apakah orang itu akan datang........ Aku tau rasanya. -Park Jimin-