"Berkelahi lagi dengan Tae?" Seseorang dengan setelan jasnya berjalan mendekati seorang pemuda seraya menyodorkan sebuah tabung kecil.
"Kurasa aku hanya membuat masalah." Pemuda itu melirik sekilas sebelum menerima tabung itu.
"Apa lagi yang kalian lakukan kali ini?"
"Semalam aku pulang begitu larut, tapi ternyata Taehyung belum tidur. Kulihat beberapa lebam di wajahnya sehingga ku tawarkan diri untuk membantunya." Pemuda itu menghela napas sejenak sebelum kembali melanjutkan ucapannya.
"Taehyung menolak dan mengatakan itu semua salahku, aku tak mengerti apa yang ia maksud. Jadi spontan aku membentaknya dan mengatakan jika ia yang seperti brandal dan hanya bisa menyalahkan orang lain."
Sang lawan bicara hanya beberapa kali mengangguk, kemudian mulai mengeluarkan sebuah sapu tangan dari dalam saku jas nya.
"Kurasa kau memerlukan ini."
Pemuda itu tak segera menerima sapu tangan itu, sejenak ia menatap pemuda yang telah memjadi sektetaris pribadinya selama 5 tahun itu.
"Ah..... gomawo hyung." Jimin, si pemuda itu mulai mengusapkan sapu tangan itu pada bawah hidungnya. Dan membuat cairan merah memenuhi sapu tangan itu.
"Merasa pusing?" Pertanyaan Yoongi membuat Jimin menatap pemuda itu.
"Tak terlalu, ini tak sesakit biasanya."
"Aku tak bisa menunggu 4 bulan, aku akan membuat jadwal keberangkatanmu bulan ini." Yoongi mulai merogoh saku jasnya kembali dan mengeluarkan sebuah ponsel pintar.
"Hyung, terima kasih sapu tanganya aku akan mencucinya sebelum kukembalikan." Jimin melesat pergi bahkan Yoongi belum sempat mengajukan protesnya.
***
Waktu menunjukkan pukul satu siang dua orang pemuda nampak bergelut dengan tumpukan kertas dihadapan mereka."Apakah hyung sudah mengirim tawaran kerja sama itu?" Seorang pemuda menutup dokumenya dan beralih menatap pemuda yang berada dihadapannya.
"Aku sudah mengirimnya kemarin lusa, dan salah satu karyawan mereka datang kemari intuk mengatakan jika mereka akan mengatur pertemuan."
"Mengapa hyung tidak mengatakannya padaku?"
"Jimin-ah, aku mengatakan jika kau tidak bisa bertemu. Bukankan aku sudah mengatakan kau akan segera pergi, jangan lagi menunda Jimin kumohon." Yoongi meletakkan dokumen yang ia bawa, fokusnya kini hanya pada Pemuda Park itu.
"Hyung sudah kukatakan aku akan pergi dalam 4 bulan, mengapa kau begitu sulit untuk mengerti."
"Sulit mengerti katamu? Kau lah yang harusnya mengengerti. Kau pikir aku senang mengirimmu kesana? Ini juga demi kebaikanmu dan........"
Yoongi menghentikan ucapannya saat tiba-tiba Jimin bangkit dari kursinya guna menerima panggilan.
"Ne, aku mengerti aku akan segera kesana." Jimin menutup panggilannya dan segera menyambar kunci mobilnya. Sesaat pemuda itu nampak terseok dan tak dapat menahan berat tubuhnya.
"Apa yang terjadi?" Yoongi mendekat dan berusaha membantu pemuda itu.
"Taehyung kembali membuat masalah, kepala sekolahnya memintaku untuk datang jika tidak ia tak akan bisa mengikuti ujian akhir." Jimin mendorong pelan tangan Yoongi yang menopang tubuhnya.
"Aku yang akan kesana, akan ku minta Tuan Lee untuk mengantarmu kerumah sakit." Yoongi baru saja akan merogoh ponselnya, namun Jimin kembali menahan pemuda itu.
"Tak apa, aku yang akan pergi. Selama ini kau yang selalu kesana, hari ini aku akan bicara pada kepala sekolah." Jimin kembali melangkah meninggalkan ruangannya meninggalkan Yoongi yang masih menatapnya.
***
Kembali sebuah gedung berdiri kokoh dihadapan Pemuda Park itu, Jimin mulai melangkah menyusuri koridor sesekali pemuda itu berhenti menanyakan letak ruang kepala sekolah pada siswa maupun guru yang ia temui."Permisi." Jimin mengetuk dan membuka perlahan pintu kayu dihadapannya.
"Dengan Tuan Park, silahkan masuk." Seorang pria paruh baya menyambut kedatangan Jimin dan memintanya untuk duduk berhadapan.
Sesekali Jimin mengarahkan pandangannya pada sang adik yang tengah berdiri di pojok ruangan seorang diri dengan lebam di wajahnya.
"Saya senang dapat bertemu dengan anda." Kepala sekolah itu tersenyum begitu ramah, mau tidak mau Jimin harus membalasnya. Walau dalam hati pemuda itu berkata 'tapi ini tak baik untukku'.
"Maaf, sebenarnya apa yang dilakukan Taehyung kali ini?" Mengapa Jimin bertannya seperti itu? Karena ia sudah acap kali dihubungi oleh pihak sekolah, namun Yoongi lah yang biasanya datang untuk mewakilinya.
"Taehyung kembali terlibat pertengkaran dengan temannya, dan kali ini masalahnya sangat serius. Taehyung mendorong temannya hingga terjatuh dari tangga darurat......"
"Aku tidak pernah mendorongnya!" Suara Taehyung membuat kedua orang itu menatap kearahnya.
"Mengapa semua selalu menyalahkanku, apakah aku ini pusat kesalahan eoh!"
"Park Taehyung jaga ucapanmu!" Bukan kepala sekolah melainkan Jimin, pemuda itu bangkit dari kursinya dan membungkuk pada kepala sekolah untuk mengucapkan permintaan maafnya. Pria paruh baya itu mengangguk singat memita dan meminta Jimin untuk kembali duduk.
"Jika boleh tau, bagai mana kondisi siswa itu saat ini?"
"Kami belum mendapar laporan, tapi ia dilarikan ke rumah sakit kota. Sebaiknya masalah ini anda bicarakan dengan keluarga korban."
"Korban? Dia yang bersalah!" Kembali Taehyung meninggikan volume suaranya.
"Maaf, kalau begitu saya permisi. Bolehkan saya membawa Taehyung?" Sungguh Jimin merasa tak enak dengan sikap Taehyung jika sepert ini.
"Tentu, maaf saya mengganggu waktu anda." Kepala sekolah itu bangkit dari kursinya dan mengantar Jimin serta Taehyung sampai di luar ruanggannya.
"Taehyung, mau kemana kau?" Jimin menarik tangan Taehyung yang baru saja ingin melangkah pergi. Padahal mereka telah tiba di parkiran mobil.
"Bukan urusanmu." Taehyung menepis kuat tangan sang kakak sebelum ia kembali melanjutkan langlahnya.
"Kita harus kerumah sakit." Pemuda bersergam itu menghentikan langkahnya. Ia berbalik dan menatap sang kakak.
"Jadi kau tak ingin reputasimu hancur eoh?"
"Ini bukan soal reputasi namun tentang tanggung jawab. Jika kau mau ikut, aku berjanji akan melakukan apapun kemauanmu selama itu masih dibatas wajar." Senyum tipis terukir di bibir pemuda itu setelah mendengar penawaran kakaknya.
"Aku setuju." Seketika Taehyung memutar arah dan berjalan menuju mobil hitam milik Jimin yang terparkir sekitar 50 meter darinya.
Bersambung........
Harap coment semua.....
😄😄😄💜💜💜💜

KAMU SEDANG MEMBACA
My Destiny
General FictionApakah semua orang tau rasa diabaikan dan merasa tak diperdulikan....... Aku tau rasanya. -Park Taehyung- Apakah semua orang tau rasanya menunggu yang bahkan kalian tak tau apakah orang itu akan datang........ Aku tau rasanya. -Park Jimin-