Kau Adalah Aku

767 85 12
                                    

Deru napas yang mulai tertengah, namun tak ada niatan sedikitpun untuk berhenti sejenak. Udara yang kian dingin membuat langkah terasa begitu berat.

Pemuda dengan kaus tipisnya berlari di sepanjang trotoar. Pandangannya menyapu setiap pejalan kaki yang lalu lalang disekitanya.

"Argh...." sungguh kesal sekali ketika ia tak berhasil menemukan apa yang ia cari.

Hingga suara seseorang membuat pemuda membalikkan badan.

"Kau mencariku?"

"Apa....apa semua ini? Apa yang ingin kau tunjukkan padaku haaa........!!" Teriakan yang sukses membuat kedua pemuda beda usia itu menjadi pusat perhatian.

"Bisakah kita bicara ditempat lain?" Pemuda yang lebih tua menarik lengan lawan bicaranya.

Tatapan yang mengintimidasi, si pemilikpun tak berniat menurunkan tatapannya. Sementara pemuda yang tengah menjadi sasarannya, nampak sibuk dengan kaleng sodanya.

"Aku mencarimu bukan untuk melihatmu meminum soda."

"Baiklah, apa yang ingin ku dengar dariku Park Taehyung?"

Ingin sekali Taehyung melayangkan bogeman kearah pemuda dihadapnnya.

"Semua aku ingin dengar semuanya, bagaimana kau kenal diriku dan juga Jimin Hyung."

Pemuda itu tersenyum, menatap Taehyung sejenak sebelum ia kembali meneguk sodanya.

"Ini akan sangat panjang."

Story on

Guguran salju menjadi teman si musim dingin. Entah sudah berapa lama udara dingin menerobos masuk ke dalam sweater yang membalut tubuh seorang pemuda.

Pohon sakura yang berdiri kokoh menjadi tujuan si pemuda. Bersandar sejenak di pohon sembari menghela napas beberapa kali.

Perkataan Yoongi masih tercetak jelas diingatannya. Memang tak ada bentakan maupun umpatan yang pemuda Min itu berikan padanya, namun hal yang dikatakan Yoongi membuat pemuda pemilik nama Park Taehyung itu seketika kehilangan pikirannya.

"Hiks......." Tubuh Taehyung merosot sembari menggenggam sebuah kotak coklat yang kini dihiasi guguran salju.

"Apa yang kau harapkan?!" Pemuda itu meraung sembari terus memukul kepalanya. Cukup, kedua orang tuanya yang pergi.....mengapa sang kakak juga harus ikut dengan mereka?

Andaikan, saat itu ia tak memutuskan untuk meninggalkan rumah.

Andaikan ia tak meminta hal yang tak berguna saat itu.

"Mengapa kau diam saja hyung!!" Taehyung, pemuda 20 tahun yang begitu merutuki kebodohannya.

Mengapa ia tak pernah mengerti arti dari diamnya sang kakak selama ini bukan berarti karena tak peduli.

"Dasar bodoh!"

"Yak.....Park Taehyung hentikan! Kau ingin membunuh dirimu eoh?!" Yoongi yang baru saja tiba dibuat terkejut dengan tingkah Taehyung yang terus membenturkan kepalanya pada pohon sakura.

"Wae....? Mengapa kau tak mengatakan apapun!" Taehyung menarik kerah baju pemuda Min itu dengan wajah merah padamnya.

"Lalu mengapa kau tak pernah bertanya padanya?" Tak ada bentakan dari Yoongi, hal itu membuat Taehyung meluruh. Tubuhnya jatuh begitu saja keatas tumpukan salju.

"Dari pada kau seperti ini, sebaiknya kau berusaha membuat Jimin bangga padamu. Kau tau, Jimin memintaku untuk menyalakan perapian serta menyiapkan coklat panas untukmu." Yoongi menetap sejenak Taehyung sebelum ia melanjutkan ucapannya.

"Ia menunggumu setiap hari disini, berharap kau akan datang dan menyantap kue dengannya."

Story off

"Maksudmu?" Taehyung menatap bingung pemuda dihadapannya.

"Aku adalah dirimu, 7 tahun dari sekarang." Pemuda itu berucap seraya melepas arloji yang melingkar di pergelangan tangannya.

"Lalu Ji.....Jimin hyung?"

"Menurutmu?" Bukan jawaban melainkan pertanyaan yang dilontarkan si pemuda.

"Tidak seperti yang kupikirkan bukan?" Taehyung membuang muka sembari menggigit bibir bawahnya.

"Jimin hyung tiada di usia ku yang ke 20 tahun, untukku itu lima tahun yang lalu. Tetapi untukmu itu akan terjadi dua tahun lagi."

"Benar-benar omong kosong." Taehyung sudah cukup muak, ia bangkit dari kursinya dan beranjak dari tempatnya. Hingga suara pemuda itu membuatnya kembali membeku.

"Aku tak ingin kau merasakan apa yang kurasakan. Jadi kuharap kau dapat meyakinkan hyungmu untuk pergi melakukan pengobatan. Jangan kau melakukan hal bodoh sepertiku." Pemuda itu beranjak, menatap Taehyung sejenak dan memberikan sebuah arloji yang tadi ia kenakan.

"Menurutmu aku bisa?"

***
"Masih mual? Dokter akan segera datang."

"Ukh.....hyung, apakah Taehyung sudah tau?" Pemuda dengan wajah pucatnya menatap pemuda yang lebih tua seraya mengusap cairan merah yang tersisa di bawah hidungnya.

"Jim khawatirkan dirimu dulu." Yoongi membantu pemuda itu berbaring dan merapikan tisu yang telah penuh dengan darah.

"Bagaimana jika Tae tau?"

"Itu akan lebih baik, aku akan mengatakan padanya jika kau akan pergi ke swiss untuk pengobatan." Pandangan Yoongi masih fokus pada benda yang ia rapikan

"Hyung, aku tak ingin Tae sam......" Pemuda Min itu menolehkan kepalanya, ia melihat Jimin yang meringkuk dengan meremas kuat rambutnya.

"Jimin-ah!" Yoongi berulangkali menekan tombol emergenci berharap segera ada seseorang yang datang.

Bersambung..............

Harap coment semua.....
😄😄😄😄

My DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang