Pemuda dengan almamater sekolahnya berlari membelah ramainya lorong rumah sakit. Ia tak peduli lagi dengan tubuhnya yang berulang kali harus menabrak beberapa orang disana. Entah berapa kali ucapan maaf pemuda itu ucapkan.
Peluh yang membasahi keningnya turut hilang dari perhatiannya. Langkah yang terus dipacu sampai berhenti sempurna di depan sebuah ruang rawat.
"Jimin hyung!" Pekiknya seraya membuka kasar pintu bangsal. Pandangannya menyapu ruangan kosong itu, rasa kalut kembali mendesak keluar.
"Tae kau kah itu?" Pemuda itu menolehkan kepala kearah sumber suara, pria dengan jas putihnya berdiri dengan menggenggam stetoskopnya.
"Paman dimana Jimin hyung?" Tatapan kalut tak dapat lagi disembunyikan.
"Jimin berangkat ke Swiss pagi ini, apakah ia tak memberi taumu kemarin?" Tak percaya namun apa yang bisa dilakukan. Taehyung merogoh saku almamaternya dan mengecek ponselnya, berharap ada sebuah pesan dari sang kakak yang terlewat olehnya.
Tak ada nama Jimin di kontak masuk, namun nama Yoongi tertera cukup banyak.
'Kami pergi ke Swiss untuk pengobatan kakakmu, aku akan kembali setelah mengantar Jimin. Kau tak perlu khawatir.'
Kiranya seperti itu pesan yang Yoongi kirimkan, Taehyung berulang kali berusaha menghubungi pemuda Min itu tetapi nihil tak ada jawaban sama sekali.
"Tenanglah Tae, mungkin mereka masih di perjalanan."
"Argh....!" Taehyung mengusak rambutnya kasar dan pergi meninggalkan rumah sakit.
Pemuda itu melambaikan tanganya dan menghentikan sebua taxi.
"Tolong, bukit di pinggir kota." Taehyung menyandarkan tubuhnya setelah mengkonfirmasi tujuannya.Ia tak tau mengapa sangat ingin pergi kesana, dengan harapan akan bertemu dengan pemuda yang mengaku sebagai dirinya dari masa depan.
Rumah kayu yang berdiri kokoh diatas bukit menyambut hangat Taehyung, dan ternyata harapannya terkabulkan pemuda itu ada di sana tengah menikmati secangkir teh.
"Hei kau!" Pekik Taehyung seraya mendekati pemuda itu.
"Aku punya nama." Pemuda itu menatap jengkel Taehyung. Meletakkan cangkir tehnya pelan dan melempar sebuah kotak coklat kearah Taehyung.
"Apa ini?" Taehyung menarik kursi dan mendudukkan tubuhnya disana. Membolak-balik kotak coklat itu dengan tatapan ragu untuk membukanya.
"Itu hadiah dari Jimin hyung, pagi ini Yoongi hyung menemuiku dan meminta untuk memberikanya padamu."
Taehyung membuka perlahan kotak itu dan mulai nampak isinya.
"Ini jam tangan yang selalu kau pakai.""Eum kau benar."
"Jadi itu pemberian Jimin hyung?" Pemuda itu mengangguk sembari menyesap tehnya.
"Yoongi hyung mengatakan padaku. Mungkin mereka akan lebih lama disana, paling cepat Jimin hyung bisa kembali setelah 1 tahun." Jelas pemuda itu tanpa menatap Taehyung yang sibuk dengan arlojinya.
"Tunggu bagaiman jika masa depan tak berubah? Bagaimana jika kejadian 2 tahun itu terulang kembali?"
Tak ada yang tau.......
***
Hari kelulusan tiba, Yoongi menginjakkan kakinya di sekolah menengah Taehyung dengan membawa sebuket bunga.
Taehyung lulus dengan nilai yang cukup memuaskan, mendapat peringkat tiga di seluruh korea bukanlah hal yang bisa dianggap sepele.
Pemuda Park itu berlari seraya mengangkat tinggi teropi yang ia dapatkan. Senyuman yang dihadiahkan Yoongi membuat Taehyung harus menahan rona di pipinya.
"Hyung, bagaimana jika kita mengirim foto pada Jimin Hyung?" Taehyung mengangkat ponselnya dan mulai berpose.
"Kemarikan, akan lebih bagus jika aku yang mengambil gambarnya." Seseorang merebut ponsel dari tangan Taehyung dan sukses membuat bibir pemuda Park itu melengkung ke bawah.
"Hei.....mengapa kau datang? Sungguh menggangu." Pemuda yang tengah membawa ponsel Taehyung, sama sekali tak peduli ia asik mencari tempat yang cocok untuk pengambilan gambar.
"Tae....sudahlah, disini panas sebaiknya kita segera selesaikan ini." Yoongi menarik lengan Taehyung agar mendekat dan segera menuntaskan kegiatan berpose ria mereka.
Ini baru 3 bulan sejak Jimin berangkat ke Swiss, namun sama sekali Jimin tak membalas pesan dari Taehyung. Setiap kali bertanya pada Yoongi, jawaban pemuda itu selalu sama 'Jimin disana berobat bukan liburan'.
Walaupun seperti itu Taehyung dengan rutin mengirim pesan pada sang kakak. Ia tak peduli Jimin akan membalasnya ataupun tidak hanya saja ia berharap sang kakak akan membaca pesannya.
'Hyung, aku lulus hari ini kau tau aku mendapat peringkat ketiga di seluruh Korea. Aku berharap kau segera kembali, aku janji tidak akan pergi ke Swiss tanpa ijinmu. Tolong......jaga dirimu baik-baik, aku masih ingin bersamamu untuk waktu yang lama.'
Bersambung............

KAMU SEDANG MEMBACA
My Destiny
Ficción GeneralApakah semua orang tau rasa diabaikan dan merasa tak diperdulikan....... Aku tau rasanya. -Park Taehyung- Apakah semua orang tau rasanya menunggu yang bahkan kalian tak tau apakah orang itu akan datang........ Aku tau rasanya. -Park Jimin-