Mimpi buruk!

325 14 0
                                    

Uweekkk... uwekkk....

Pagi ini terasa tidak lazim. Suara orang mual-mual dari kamar mandi lantai atas terdengar nyaring sampai ke lantai bawah meramaikan pagi buta itu.

Dua orang perempuan berdaster batik, yang mana salah satunya mengenakan daster sexy. Keduanya sedang sibuk dengan aktivitas mereka di dapur, kemudian saling melempar pandang. Perempuan paruh baya yang sedang mengiris daun bawang, sampai menghentikan aktivitasnya.

"Suara apaan tuh? Kayak suara non Nina."

"Masa, sih?"

"Coba aja dengerin atuh, Bu,"

"... "

Uweeek... uweeek...

"Tuh bener, non Nina yang muntah-muntah. Apa jangan-jangan dia hamil ya?"

"Jangan ngawur kamu, Bi."

"Lah, perutnya aja gede gitu. Hamil kali..." kata perempuan paruh baya yang biasa dipanggil bi Inah itu cekikikan.

Perempuan yang dipanggil ibu itu mencebik, kemudian bergegas menaiki tangga menuju kamar anaknya. Suara orang muntah kembali bergema. Ia semakin panik. Bagaimana kalau anak gadisnya beneran hamil? Tidakk, ia harap itu tak terjadi. Anaknya belum menikah, bagaimana mungkin bisa hamil?

Nina mengusap wajahnya dengan sabun cuci muka. Kemudian membasuhnya dengan air. Setelah mengelap mukanya dengan handuk, ia pun keluar dari kamar mandi yang memang berada di dalam kamarnya.

Derap langkah kaki buru-buru memasuki kamarnya. Ia memutar bola matanya ketika pintu kamarnya menjeblak terbuka dengan cepat. Seorang wanita cantik dan pakaiannya yang nyaris memperlihatkan seluruh pahanya- yang ia panggil Mamah memasuki kamarnya.

"Nina, kamu kenapa muntah-muntah. Kamu gak lagi hamil, kan?" Teriak wanita itu dengan bola mata lebar.

"N-Nina gak hamil." Jawabnya ketakutan.

"Syukurlah kalau kamu gak hamil. Mamah akan mencoretmu dari daftar keluarga kalau berbuat seperti itu. Mencoreng nama keluarga saja." kata mamahnya.

Gadis itu terdiam sedih. Bukankah yang mamahnya lakukan tidak beda jauh? Kalau sampai itu terjadi pun, harusnya ia memaklumi, kan?

Ah, sudahlah tidak usah banyak berpikir. Toh, jangankan yang menghamili, yang suka saja tidak ada. Memangnya cowok mana yang mau dengan cewek gagap dan gendut sepertinya.

Ia berjalan menuju saklar lampu dan mematikannya membuat suasana menjadi remang-remang. Hanya bias cahaya matahari yang menerobos masuk melalui jendela yang membuat keadaan kamar lebih terang.

"Atau maag kamu kambuh lagi?"

"G-gak."

"Trus, kenapa kamu mual pagi-pagi seperti orang hamil?"

"G-gak tahu." Sahut Nina tak peduli.

Mamahnya menghela nafas. Dalam hatinya ia bersedih melihat keadaan anaknya yang seperti ini. Tapi, hanya ini satu-satunya cara untuk menyelamatkannya.

"Oh iya, Mamah mesti pergi pagi-pagi. Ada pesanan catering. Sarapan nasi goreng seafood sudah Mamah siapkan di meja. Jangan lupa dimakan."

Yeah, sekarang mamahnya sudah menjadi pengusaha restoran yang sukses. Ia mempunyai restoran bintang lima yang ramai setiap hari. Berkat bisnisnya itu, ia kini bisa hidup berkecukupan. Berbanding terbalik dengan kehidupan saat kecil dulu, di mana mereka hidup dalam kemiskinan. Bahkan mereka sering berpuasa setiap hari, karena tak ada makanan yang bisa mereka makan. Roda kehidupan memang berputar.

Kesempatan KeduaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang