Kisah dibalik botol kutukan.

167 7 0
                                    

"Bagaimana bisa kalian kehilangan botol itu." Suara bariton seorang laki-laki berusia paruh baya menggema di pendopo yang terbuat dari bambu tersebut.

"Maaf, Abah. Syamsul mencuri botol itu. Tapi saat saya tangkap, katanya botol itu sudah hilang. Tapi Syamsul mencurigai seseorang. Saat baru bertemu, gadis itu sangat gemuk. Tapi saat bertemu kedua kalinya, gadis itu sudah cantik dan langsing. Dan Syamsul mencium aroma pekat dari gadis itu."

"Bawa Syamsul kemari."

"Baik."

Laki-laki berjanggut tipis itu mengangguk  hormat pada pria yang sudah terlihat nampak tua. Tangan pria itu sedang memegang tasbih. Kemudian pamit untuk membawa seorang laki-laki yang dia kurung di sebuah ruangan.

Tak lama, dia kembali datang membawa seorang lelaki jangkung bernetra coklat. Wajah itu terlihat tampan. Tidak terlihat tampang pencuri sama sekali dari wajahnya.

"Lepaskan saja."

Pria berjanggut tipis melepaskan tangan pria itu. Pria yang masih muda itu terlihat marah.

"Kenapa kalian menangkapku? Aku tidak bersalah."

"Lalu, kenapa kau mencuri botol itu?" Kata laki-laki yang terlihat sepuh  itu dengan nada yang berwibawa.

"Aku tidak mencurinya. Justru aku ingin menghancurkannya. Dia sudah menghancurkan keluargaku."

"Kau tahu, kan? Tidak semudah itu menghancurkannya. Botol itu sudah dikutuk."

Laki-laki muda itu gusar. Tentu saja dia tahu. Hanya saja dia kesal karena sesepuh panutannya ini tak jua menghancurkannya. Padahal sudah bertahun-tahun sejak pamannya menemukannya. Pamannya kini sudah meninggal dan botol itu belum juga hancur.

"Aku selalu mengulang ritualku dari awal lagi karena botol itu selalu menghilang. Aku bahkan menghabiskan waktuku bertahun-tahun lamanya untuk menghancurkan jin yang menghuni botol itu. Dan sedikit lagi berhasil, tapi kau malah mencurinya. Kau membuang-buang waktuku."

Laki-laki itu terlihat merasa bersalah.

"Maafkan aku, Abah. Hukumlah aku. Aku memang pantas dihukum."

"Sudahlah, lagipula itu bukan sepenuhnya salahmu. Jin itu yang sudah memperdayamu." Laki-laki yang memang mewajibkan pengikutnya memanggilnya Abah itu memejamkan matanya lama, mengabaikan keberadaan dua pria beda usia di hadapannya yang terlihat gelisah. Namun mereka tak berani menegurnya.

"Apa kalian tahu cerita sesungguhnya di balik jin dalam botol itu?"

"Bukannya itu botol pesugihan, Pak Kiyai."

"Tidak sepenuhnya benar. Ada banyak yang dirahasiakan dari sejarah kelam botol itu."

Angin berhembus dengan sejuk di pegunungan yang rimbun itu. Banhunan tempatnya tinggal berada di kaki gunung K yang konon terkenal dengan pesugihannya. Namun sejauh ia mendirikan rumah  itu, tak pernah sekali pun mereka mendapat gangguan. Justru orang-orang yang ingin lepas darip perjanjian pesugihan tak berhenti berdatangan ke tempatnya.

Sorot mata pria itu terlihat sendu. Angannya menerawang jauh ke masa silam di mana ia masih kecil. Namun benaknya mengingat dengan jelas setiap detil yang terjadi.

"Saat itu aku masih berumur tujuh tahun dan baru saja pulang bermain. Ketika suara teriakan dari rumah sebelah sampai ke rumahnya. Semua orang keluar untuk melihat apa yang terjadi. Ternyata seorang ayah sedang melakukan ritual pemindahan penyakit dari tubuh anaknya ke botol itu. Botol yang ia dapat dari leluhurnya. Konon katanya penyakit sebahaya apa pun, akan sembuh. Aku masih ingat dengan jelas bagaimana ukiran ular itu menjadi hidup setelah pemindahan penyakit itu selesai. Selama ritual itu sang anak terus menjerit kesakitan."

Kesempatan KeduaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang