Jinnie in the bottle

171 8 0
                                    

Seorang gadis kecil yang kurus berusia lima tahun menghampiri seorang wanita yang tertidur di kursi kayu yang reyot. Tangan kecilnya mengguncang wanita itu antusias.

"Mamah, jangan tidul. Bacakan aku celita sebelum tidul." Katanya cadel sambil menyodorkan buku yang berisi dongeng masa lampau.

Wanita itu membuka matanya yang memerah. Raut kelelahan terlihat jelas di wajahnya yang masih belia.

"Baca ceritanya besok saja ya. Mamah capek banget hari ini. Gosokan bu Mirna banyak banget."

Wajah anak kecil itu merengut, nyaris menangis membuat wanita yang dipanggil mamah itu tak tega.

"Ya sudah ayo, tapi janji cepat tidur kalau sudah selesai ceritanya."

"Iya, Nina janji." Jawab gadis kecil itu dengan polos.

"Dongeng yang sudah kita baca, dongeng apa?"

"Kemalin cindelella. Sekalang aladin dan lampu ajaib." Kata anak itu dengan lancar.

Wanita itu sudah menemukan halaman yang dimaksud. Ia pun mulai bercerita sementara sebelah tangannya mengelus puncak rambut anaknya dengan sayang.

"Alkisah, pada jaman dahulu, seorang penyihir meminta Aladin mengambilkannya lampu ajaib di sebuah lubang yang dalam. Setelah mendapatkan lampu itu, penyihir itu meminta Aladin melemparkan lampu itu ke atas tapi Aladin tidak mau. Ia takut pria itu akan meninggalkannya. Penyihir itu marah lalu mengubur Aladin di dalamnya." Wanita menguap, mengusap matanya yang berair. 

"Tanpa sengaja, Aladin mengelus lampu ajaib itu hingga keluarlah sosok jin yang akan mengabulkan semua permintaannya. Aladin pun meminta wajahnya semakin tampan, kemudian jin mengabulkannya. Hingga wajah Aladin berubah semakin tampan dan membuat banyak wanita tergila-gila padanya. Aladin yang jatuh cinta pada putri Yasmin, kemudian meminta Jinnie untuk membuatkannya istana agar ia bisa tinggal bersama putri Yasmin. Jinnie pun membuatkannya istana megah, semegah istana kerajaan. Aladin dan putri yasmin pun tinggal di istana megah itu dan hidup bahagia selama-lamanya." Kata seorang wanita cantik seraya menutup buku dan memandang anaknya yang masih memandangnya dengan bola mata berbinar.

"Mereka hidup bahagia selamanya?" Tanya gadis kecil itu.

Wanita itu mengangguk." Ya, mereka hidup bahagia selamanya. Sekarang tidur ya, sudah malam."

Gadis berusia lima tahun itu mengangguk dengan lekuk bibirnya yang manis. Merangkak naik hingga ranjang atas menopang tubuh kecilnya. Mamahnya menyusulnya naik di sampingnya.

Gadis kecil itu memejamkan matanya. Sebelum benar-benar terlelap ke alam mimpi, ia memikirkan dongeng mamahnya. Tentang jin yang bisa mengabulkan permintaan. Ia harap ia akan bertemu jin itu dan mengabulkan semua permintaannya agar ia hidup bahagia selamanya seperti kisah Aladin dan putri Yasmin.

"Mah, apa aku bisa sepelti Aladin yang menemukan botol ajaib?"

Mamahnya menguap menahan kantuknya yang tak tertahankan. hingga tak menyadari ucapan anak gadisnya.

"Ya, kau bisa seperti aladin. Kau akan menemukan botol keajaibanmu sendiri dan hidup bahagia selamanya."

Mamahnya bermaksud mengatakan bahwa setiap orang akan mendapatkan keajaiban indah yang sudah Tuhan persiapkan untuk setiap masing-masing umatNya. Namun gadis kecil itu berpikir bahwa ia akan menemukan botol ajaibnya sendiri suatu hari nanti.

"Semoga aku menemukan botol ajaibku segera." Lirihnya sebelum kegelapan merenggutnya.

*****

Brakk...

Nina meringis menahan ngilu saat punggungnya menghantam tembok di samping wastafel. Ia yakin punggungnya akan memar. Namun bukan itu sekarang yang ia khawatirkan. Bagaimana kalau ada sosok menyeramkan di balik asap itu yang mungkin saja akan mencelakakannya. Asapnya saja sudah begitu menyakitkan, bagaimana kalau sesuatu di balik asap itu jauh lebih berbahaya.

Kesempatan KeduaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang