Pembalasan

214 10 0
                                    

Tika mengantarkan Aira sampai rumahnya. Sedang Rere sudah pulang menaiki ojek online pesanannya. Sebelum berpisah, mereka sepakat agar kertas itu dibawa Tika. Mereka akan membahas mengenai kertas aneh itu besok pagi.

Setelah Aira masuk rumahnya, ia segera melajukan kendaraannya menuju rumahnya dengan kecepatan 60/km per jam. Ia tak sabar ingin segera mencari tahu arti tulisan di kertas itu. Walaupun mereka sepakat mencari tahu artinya besok siang, tapi ia sudah tak sabar ingin mengetahuinya malam ini. Ia hanya penasaran dengan apa yang Nina lakukan sampai dia secantik ini.

Sebenarnya, ia juga tak mengerti kenapa senekad itu sampai ingin membongkar rahasia Nina. Mungkin karena ia iri melihat semua lelaki memujanya. Sedangkan dulu ia yang lebih cantik darinya, tak jua ada yabg meliriknya.

Gadis ini tak menyadari bahwa aura kedengkian dalam hati Nina menular juga padanya. Jiwa-jiwa yang sudah terikat dalam kegelapan dan haus akan dendam. Membuat jiwanya ikut merintih, haus akan balas dendam.

Kendaraannya mulai memasuki jalan menuju rumahnya. Jalan itu melewati pemakaman yang sudah lama terbengkalai dan tidak terawat. Pohon kamboja yang terdapat di sisi kanan jalan terlihat meranggas karena sudah tua. Daun-daunnya berjatuhan membuat tanah kuburan semakin terlihat kotor. Keadaan itu diperparah dengan banyaknya sampah plastik dan kayu.

Waktu sudah menunjukan pukul 10 malam saat Tika mulai memasuki jalan singkat menuju rumahnya.

Karena pikirannya sedang penuh, sehingga ia tidak fokus pada jalanan di depannya. Tiba-tiba motornya menggilas batu besar dan nyaris membuat dirinya jatuh. Untunglah ia bisa menahannya.

"Hah, untung saja aku tidak jatuh."

Namun lagi-lagi ia buru-buru menginjak remnya ketika sosok anak kecil berlari dengan cepat ke hadapannya. Hampir saja ia menabrak anak kecil tersebut.

Tika auto mengerem motornya. Kemudian berteriak." Hei, jalan lihat-lihat dong. Cari mati, ya!"

Terdengar suara tawa di belakangnya.  Penasaran, ia melihat ke belakangnya untuk melihat anak yang barusan nyaris ditabraknya.

"Eh, mana anak tadi? Kok gak ada?"

Ia melihat kiri kanannya dan tak mendapati siapa pun kecuali pohon-pohon besar yang bergerak-gerak tertiup angin. Dan kegelapan di tanah pekuburan.

"Cepat sekali anak itu pergi. Aneh banget." Mendadak ia terdiam ketika menyadari sesuatu. Dan bulu kuduknya pun merinding.

Buru-buru ia menstarter kendaraannya. ia yakin anak kecil tadi adalah salah satu mahluk penghuni kuburan ini. Dan ia harus secepatnya pergi dari sini. Namun...

"Argh, kenapa malah mogok? Padahal bentar lagi sampai umah."

Gadis itu memandangi sekitarnya dengan teliti. Berharap menemukan manusia yang bisa ia mintai tolong.

Namun nihil. Hanya kegelapan yang mencekam yang menemaninya. Mendadak kening gadis itu terangkat. Ia tidak mengenali wilayah ini. Setahunya kebun yang biasa ia lewati tidak segelap ini.

'sebenarnya ia di mana?'

Krosakk... krosak...

Kepalanya menoleh cepat. Suara dedaunan yang terinjak. Sangat nyaring. Seketika bulu kuduknya meremang saat tak mendapati apa pun. Mentalnya semakin tertekan sampai ke dasar. Ia sangat ketakutan.

"Siapa di situ? Jangan nakut-nakutin ya." Teriaknya dengan bibir gemetaran.

Angin kencang menjawab panggilannya membuat tremornya semakin parah. Bergegas ia turun dari motor dan berniat mendorongnya sampai rumah. Namun di depannya, ia melihat sosok berpakaian serba putih menyeramkan berdiri menghadang jalannya.

Gadis itu berteriak kencang dan tak lama kemudian jatuh pingsan.

*****

Hujan turun tidak seperti biasanya di desa yang jauh dari desa lainnya. Desa yang sering dianggap membawa sial karena kelakuan para warganya. Karena suatu kejadian yang membuat warganya harus menerima kutukan. Kutukan yang membuat mereka tidak bisa hidup dengan tenang karena nyawa mereka taruhannya.

Bermula dari salah seorang dukun yang mengaku bisa memindahkan penyakit ke dalam botol. Cerita itu pun menyebar dengan cepat hingga banyak warga yang menemui dukun itu untuk memindahkan penyakit mereka ke dalam botol. Ajaibnya, mereka yang sudah memindahkan penyakitnya ke dalam botol, mendadak sehat dan segar bugar. Cukup membawa ayam cemani, lalu dipotong dan darahnya disatukan dengan darah orang yang akan dipindahkan penyakitnya. Kemudian darah yang sudah menyatu itu dipindahkan ke dalam botol. Beberapa saat kemudian pasien pun sembuh.

Cara ini mendapat sambutan luar biasa karena tidak perlu ke dokter yang berada jauh di kota hanya untuk berobat. Karena jarak dari desa menuju ke kota itu sekitar dua kilo meter. Gosip berkembang bahwa botol itu juga dipercaya bisa mengabulkan semua keinginan mereka.

Bertahun-tahun mereka hidup dalam kepercayaan sesat itu. Hingga suatu hari salah satu pasien itu meninggal dengan tubuh yang gosong. Kemudian pasien itu mendatangi warga dalam mimpi mereka dan meminta tolong mereka untuk membebaskannya dari iblis.

Esoknya, kematian yang sama kembali terulang. Warga sekampung mulai panik karena kematian yang bertubi-tubi dari warganya. Mereka menangkap dukun itu karena menganggap semua musibah yang terjadi karena ulah dukun itu. Kemudian mereka membakarnya. Namun sebelum terbakar ia meminta agar botol itu dibuang ke laut selatan, di mana ia berasal.

Hingga Juki dan Somad memutuskan membuang botol itu ke laut seperti yang dikatakan oleh dukun itu. Namun sayang, sebelum mereka membuang botol itu, ombak lebih dulu menyeret ke bawah hingga akhirnya mereka tewas sebelum sempat membuang botol itu. Dan botol itu sendiri hilang entah ke mana.

Petir tak hentinya memekik membuat keadaan desa semakin mencekam. Teriakan hewan-hewan yang berasal dari hutan semakin menambah angker suasana malam itu.

Di rumah sederhana yang dihuni tiga orang itu terlihat gelisah. Berkali-kali ketiganya melirik jendela berwarna hitam karena gelapnya pemandangan di luar.

"Alam sedang mengamuk. Kalian harus segera membawa anak itu beserta botolnya atau ia akan segera dibawa ke alam mereka." Bisik pria yang sudah sepuh itu.

"Ya, Mbah. Tapi, bagaimana kita pulang kalau sekarang saja hujan."

"Ya sudah, kita tunggu beberapa jam lagi. Kalau sudah reda, kita langsung pulang malam ini juga." Kata Surya.

Mereka pun menunggu hujan reda sampai tak terasa mereka malah ketiduran di ruang tamu yang beralaskan tanah yang kini terasa basah karena hujan deras merembes melalui tanah.

Dan tiba-tiba hujan pun berhenti namun mereka masih terlelap dengan nyenyak.

****

Kesempatan KeduaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang